TERAS7.COM – Aksi Ridwan Effendi (35) yang berjalan kaki dari Kota Palangkaraya, Kalteng menuju Kota Martapura, Kalsel yang berjarak lebih dari 200 km untuk datang ke Kubah Guru Sekumpul atau KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani menarik perhatian masyarakat dan sempat menjadi viral di media sosial.
Kedatangannya di Kota Martapura dengan dikawal puluhan relawan emergency pada kamis sore (7/3) disambut antusiasme masyarakat yang berada di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Berikut ini adalah fakta-fakta menarik dibalik Ridwan Effendi atau akrab disapa Fendi dan aksi jalan kakinya hingga seusai kedatangannya di Kubah Guru Sekumpul.
Restu Ibu menyemangatinya berjalan kaki menuju Martapura
Fendi sendiri adalah warga Mendawai, Palangkaraya yang berprofesi sebagai montir di sebuah bengkel sepeda motor.
“Saya sendiri belum menikah, jadi tinggal bersama ibu dan beberapa saudara saya, sedangkan ayah saya sudah lama meninggal,” ujarnya.
Keberangkatan Fendi untuk berjalan kaki menuju Martapura sendiri menurutnya mendapatkan restu dari Ibunya.
“Beberapa hari sebelum berangkat, ibu dan tante saya melihat pengumuman soal pelaksanaan Haul Guru Sekumpul. Saat mereka membicarakannya, saya menyampaikan ingin hadir dengan jalan kaki. Ibu menyetujui dan disuruhlah saya berangkat pada jumat pagi tanggal 1 maret,” ceritanya.
Dengan doa dan restu dari ibunya, Fendi berangkat dengan berjalan kaki dari Kota Palangkaraya dengan membawa perbekalan seadanya mulai dari pakaian hingga obat-obatan.
“Saya sendiri sempat menelpon ibu ketika sudah sampai di Kapuas, Kalteng. Ibu saya tidak sama sekali khawatir dengan apa yang saya lakukan,” ujar Fendi.
Walaupun mendapatkan izin dari ibunya untuk berjalan kaki ketika berangkat, ketika pulang nanti ia rencananya akan menggunakan kendaraan.
“Karena ibu saya tidak mengizinkan saya untuk pulang kembali dengan berjalan kaki,” katanya.
Temannya tidak menyangka Fendi menjadi viral
Aksi jalan kaki Fendi yang menjadi viral ini juga tidak pernah disangka oleh teman-temannya di Palangkaraya.
Salah satu temannya, Jahid juga menyempatkan waktunya untuk bertemu Fendi yang sedang beristirahat dalam perjalanan menuju Martapura.
“Bang Fendi ini adalah teman satu profesi saya di Palangkaraya. Saya sendiri kaget teman saya jadi viral,” ujar Jahid.
Ia sendiri mengatakan datang ke Martapura dalam rangka pulang kampung dan mengadiri Haul Guru Sekumpul
“Jadi saya sempatkan untuk bertemu dengan saya yang sudah jadi viral ini,” katanya.
Jahid mengisahkan bahwa Fendi selalu sholat jumat di salah satu mesjid di Kota Palangkaraya.
“Tapi entah kenapa pada hari itu, Bang Fendi tidak ada disana. Beberapa waktu kemudian ada info dari teman saya yang lain bahwa ada yang jalan kaki ke Martapura, setelah saya cek ternyata teman saya sendiri,” ceritanya.
Antusiasme masyarakat Martapura menyambut kedatangannya
Kedatangan Fendi di Martapura sudah ditunggu-tunggu oleh warga Martapura entah sekedar ingin melihat hingga memberikan bantuan dari minuman hingga uang padanya.
Salah satunya Raudah, warga Desa Sungai Batang yang langsung keluar rumah dan turun ke jalan ketika mendengar Fendi akan lewat.
“Saya mendengar kemarin ada orang dari Palangka mau lewat disini, jadi saya penasaran ingin melihat langsung, benar atau tidak. Ternyata benar-benar berjalan kaki,” terangnya.
Uniknya bukan hanya warga setempat yang berada di jalur yang dilalui Fendi, tapi juga warga dari daerah lain ada yang sengaja datang.
Salimah warga Banjarbaru, rela datang ke Desa Sungai Batang, tepatnya di Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung Sungai Batang hanya untuk menyaksikan fendi
“Saya datang ke sini jam 8 untuk melihat beliau yang jalan kaki dari Palangkaraya ini, jadi saya tunggu beliau ini lewat disini,” ujarnya.
Bertemu dengan teman sekelas Guru Sekumpul
Kedatangan Fendi di Martapura, khususnya di wilayah Desa Sungai Batang sendiri menarik perhatian tokoh masyarakat sekitar, yaitu Guru Abdurrahman atau akrab disapa Guru Penghulu oleh masyarakat setempat.
Fendi sendiri singgah di rumah Guru Abdurrahman pada kamis siang (7/3) khusus untuk bertemu teman sekelas Guru Sekumpul ketika menimba ilmu di Pesantren Darussalam Martapura ini.
Husain, cucu dari Guru Abdurrahman yang menjadi relawan emergency menceritakan bahwa kakeknya yang berumur hampir 90 tahun ini sangat ingin berjumpa dengan Fendi.
“Saya yang cerita pada kakek saya beberapa hari sebelumnya, ada jamaah yang jalan kaki dari Palangkaraya yang akan lewat, jadi kakek sangat menunggu agar bisa bertemu. Alhamdulillah bang Fendi mau singgah di rumah saya bertemu kakek,” ujarnya.
Fendi pun merasa senang disambut langsung oleh orang yang menjadi teman seorang Ulama besar asal Martapura ini.
Fendi juga didoakan oleh Guru Abdurrahman agar dapat selamat dan sehat hingga sampai tujuannya.
Menerjang hujan untuk segera sampai ke Sekumpul
Ketika sedang berada di Perbatasan Teluk Selong dan Kampung Keramat, hujan deras turun seketika, tapi itu tidak menyurutkan langkah Fendi.
Didampingi relawan dan masyarakat yang mengiringinya usai berkunjung ke rumah Guru Abdurrahman, Fendi langsung menerjang hujan agar bisa segera sampai ke Sekumpul, Martapura.
Bukannya surut, justru antusiasme masyarakat sekitar makin bertambah ketika hujan deras, makin warga berbaris di depan rumahnya hanya untuk menyaksikan pemuda ini lewat.
Perjalanan Fendi di sepanjang Jalan Ahmad Yani dari Pesayangan hingga Masjid Syiarus Sholihin atau Mesjid Pancasila pun cukup membuat jalan tersendat akibat antusiasme masyarakat untuk menyambut tamu Guru Sekumpul ini.
“Luar biasa bahagia dengan sambutan masyarakat, mungkin mereka melihat niat dan keyakinan saya. Saya bahagia dan akhirnya perjalanan saya ingin sampai ke Sekumpul tidak sia-sia,” terang Fendi.
Mendapat keistimewaan saat ziarah ke Kubah Guru Sekumpul
Seusai beristirahat sejenak di Mesjid Syiarus Sholihin yang berjarak 1 km dari Mushola Ar-Raudhah Sekumpul, Fendi melanjutkan perjalanan dikawal oleh relawan dari Posko Induk Sekumpul.
Ketika sampai di depan Gerbang Ar-Raudhah, Fendi disambut dengan istimewa oleh warga Komplek Sekumpul.
Haru pun terasa ketika Fendi memasuki Kubah Guru Sekumpul, ia meneteskan air mata ketika tiba di makam ulama yang membuatnya nekat melakukan aksi jalan kaki dari Palangkaraya menuju Sekumpul, Martapura.
Fendi merasa senang dan bahagia bisa sampai di Kubah Guru Sekumpul dan mendapatkan keistimewaan dari para ulama dan tokoh masyarakat.
“Perasaan saya sangat bahagia, susah diceritakan, saya berharap tahun depan bisa hadir lagi,” ungkap Fendi.
Diperebutkan beberapa orang yang menawarkan tempat tinggal gratis
Selain kedatangannya disambut antusias oleh masyarakat, Fendi juga ditawarkan banyak orang untuk tinggal di penginapan mereka, bahkan diantaranya adalah para ulama.
Tapi yang beruntung adalah Habib Husein Al Haddar yang tinggal di Jalan Puji Rahayu, Gang 6, Kelurahan Tanjung Rema Darat, Martapura.
Habib Husein Al Haddar berhasil membawa Fendi seusai berziarah di Kubah Guru Sekumpul untuk diajak menginap di rumahnya.
“Saya merasa senang diajak Habib tinggal dirumahnya, tapi rencananya ingin ke rumah sepupu yang tinggal di Desa Sungkai, jadi dia akan menjemput saya dari sini,” ujarnya.
Habib Husein Al Haddar sendiri tidak mempermasalahkan keinginan Fendi untuk bermalam di tempat lain
“Saya sendiri terharu dan senang melihat beliau, kepingin saya melayani jamaah guru kita yang tercinta, jadi saya bawa untuk bermalam. Tapi terserah beliau ingin bermalam dimana, tapi kami siap melayani beliau,” ungkap Habib Husein.
Klarifikasi Fendi soal status dirinya yang dikira orang alim
Selama di perjalanan, banyak masyarakat yang ingin berjabat tangan dengan Fendi, bahkan ada yang meminta berkat darinya, hal ini membuatnya kurang nyaman.
“Padahal saya ini cuma orang biasa saja, tidak ada garis keturunan ulama atau habaib, bahkan bukan ustadz, jadi cuma orang biasa saja,” ujarnya.
Bahkan ia mengungkapkan dirinya sempat meminum minuman keras beberapa hari sebelum berangkat berjalan kaki menuju Sekumpul.
“Sempat saya diajak oleh teman saya untuk minum minuman keras beberapa hari sebelumnya, tapi dengan kejadian ini saya merasa mendapatkan hidayah,” jelasnya.
Bahkan dengan aksinya yang menjadi viral, ia khawatir ketika pulang ke Palangkaraya nanti akan dianggap orang alim.
“Takutnya nanti banyak orang yang menganggap saya orang pintar, saya takut nanti besar kepala, padahal saya ikhlas jalan kaki ini untuk datang ke Kubah Guru Sekumpul,” ungkapnya.
Beberapa hal menarik yang dialami Fendi selama perjalanan
Hal yang paling diingat masyarakat adalah keteguhan hati Fendi saat berjalan kaki, ia selalu menolak ajakan beberapa pengendara yang ingin membawanya dengan kendaraan.
Bahkan dalam perjalanannya pada selasa (5/3), ia sempat mengalami keram di kakinya saat di Desa Paku Alam, oleh relawan emergency yang mengawalnya ia diantarkan untuk beristirahat ke Desa Pemakuan yang berjalan 1 km dari Sungai Tabuk.
Esoknya, bukan melanjutkan perjalanannya dari Pemakuan, justru ia mengulang rute perjalanannya dari Desa Paku Alam untuk menunaikan hajatnya berjalan kaki.
Selain kakinya yang melepuh, sering pula mengalami keram hingga membuatnya harus beristirahat, seketika itu pulalah datang bantuan dari relawan emergency berupa tukang pijat untuk mengurangi keram yang diderita Fendi.
Ia sendiri selama perjalanan membawa uang secukupnya untuk bekal perjalanan, akan tetapi setelah aksinya viral, justru yang yang dimilikinya bertambah banyak dari sebelumnya.
“Saya membawa uang sebesar 350 ribu, tapi sepanjang jalan warga memberi saya uang, semuanya saya sumbangkan, tapi justru bukannya berkurang tapi justru bertambah. Padahal uang tersebut amanah untuk disampaikan pada yang berhak,” terang Fendi.
Ia pun sering kali memberikan uangnya pada yang membutuhkan seperti untuk pembangunan masjid, pesantren dan terkadang memberikan uang pada anak-anak yang ditemuinya selama perjalanan.
Oleh Habib Husein Al Haddar, Fendi pun disarankan untuk memberikan uang yang masih tersisa nanti pada ibunya
Rencananya melelang tongkat dan topi yang menemaninya selama perjalanan
Topi purun dan tongkat kayu galam menjadi teman setia yang menemaninya dalam perjalanan menuju Kota Martapura itu rencananya akan ia lelang pada masyarakat.
“Tongkat dari kayu galam ini saya lupa persisnya kapan mulai saya pakai, yang pasti setelah saya sampai di Handil Bakti. Sedangkan topi purun ini saya dapatkan saat beristirahat dari masyarakat yang meminta sumbangan untuk pembangunan Pesantren di desa Pemakuan,” cerita Fendi.
Lelang kedua benda bersejarah yang menjadi aksi Fendi ini sendiri ditujukan untuk kepentingan Haul Guru Sekumpul dan relawannya.
“Rencana melelang ini sendiri merupakan pemikiran saya sejak di perjalanan setelah melihat bantuan para relawan emergency yang mendampingi saya. Rencananya akan saya lelang setelah pelaksanaan Haul dan hasilnya akan disedekahkan ke Panitia Haul,” ungkapnya.
Hingga berita ini diturunkan, kedua barang yang menjadi saksi bisu aksi jalan kaki Fendi tersebut masih berada di rumah Habib Husein Al Haddar.