Oleh: Erna Lisa Halaby (Calon Walikota Banjarbaru 2024)
TERAS7.COM – Fourth Industrial Revolution (Revolusi Industri 4.0) telah mengubah secara fundamental model pengelolaan kota dari managemen kota konvensional menjadi manegemen kota moderen. Pengelolaan kota terbaru mengadopsi teknologi digital dengan sistem otomasi yang mengintegrasikan teknologi IoT (Internet of Things), big data (penyimpanan data yang kompleks), Artificial Inteligent – AI (kecerdasan buatan) dan robot.
Perangkat komputer yang selama ini digunakan di kantor-kantor, sebelumnya hanya tersambung dengan local area network (LAN), sekarang seluruhnya tersambung dengan IoT. Data real time tersedia di berbagai bidang yang dapat diakses oleh pengambil keputusan dimanapun berada. Hal ini memudahkan decision making process sehingga dapat dilakukan setiap saat dan dimana saja.
Lebih jauh, kumpulan data dari komputer yang terkoneksi dengan IoT melahirkan sistem data yang kompleks dan kemudian dianalisa menggunakan teknologi AI. Sebagai contoh, analisis data lingkungan dengan AI menghasilkan rekomendasi untuk tindakan yang diperlukan dalam rangka mengurangi pencemaran lingkungan.
Sejak satu dekade terakhir, pemerintah Jepang juga memperkenalkan konsep New Society, yaitu Society 5.0. Dimulai dari Society 1.0 sebagai masyarakat nomaden, Society 2.0 ditandai oleh masyarakat agraris bercocok tanam, Society 3.0 sebagai masyarakat era industri dengan produksi massal, dan Society 4.0 ditandai oleh penggunaan Information and Communication Technology (ICT).
Perkembangan terakhir disebut Society 5.0, yaitu suatu bangunan masyarakat yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana pembangunan yang dilakukan berpusat pada manusia (human centre development). Isu-isu sosial bersesuaian satu sama lain karena tersambung melalui sistem yang terintegrasi antara dunia maya (cyberspace) dan dunia nyata (physical space).
Society 5.0 adalah sistem sosial yang berkesinambungan dan tangguh (resilient) menghadapi tantangan serta situasi yang tidak bisa diprediksi dan tidak menentu. Society 5.0 adalah suatu konsep tentang tatanan sosial baru yang berusaha memastikan keamanan dan keselamatan bagi masyarakatnya. Dimana setiap orang dapat mencapai kesejahteraannya masing-masing.
Lalu bagaimana dengan Kota Banjarbaru? Menjawab pertanyaan ini, pemerintah Kota Banjarbaru membutuhkan visi baru yang mengintegrasikan kemajuan teknologi digital dalam pembangunan kota. Pemerintah Kota Banjarbaru perlu mencontoh perubahan mendasar negara kota Singapura dengan konsep Singapura Smart City.
Pemerintah Kota Banjarbaru juga perlu belajar kepada pemerintah Jepang yang mengimplementasikan konsep New Society, yaitu Society 5.0. Sehingga dalam 10 tahun ke depan, pembangunan Kota Banjarbaru dilakukan dengan pendekatan human centre development, yaitu pembangunan yang berfokus pada masyarakat Kota Banjarbaru dengan mengadopsi teknologi digital terbaru.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Kota Banjarbaru memasuki dunia baru atau tatanan baru sebagaimana yang disebutkan dalam konteks Revolusi Industri 4.0 ala barat dan Society 5.0 ala Jepang. Persiapan awal yang diperlukan adalah mengakuisisi keterampilan yang diperlukan dalam konteks Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Sekaligus mengidentifikasi profesi yang akan terdisrupsi, yaitu digantikan oleh teknologi digital terbaru.
Sejalan dengan hal di atas, berikut 10 pekerjaan yang terancam hilang (terdisrupsi) karena permintaannya turun oleh kemajuan teknologi digital. Sebagai contoh, petugas entri data (jasa tukang ketik), sekertaris eksekutif (administrator), akuntan (petugas pembayar gaji), pekerja perakitan dan bagian informasi pelanggan serta customer service.
Sebaliknya, terdapat lebih dari 10 pekerjaan baru yang lahir akibat kemajuan teknologi digital. Pekerjaan tersebut adalah anlis data dan ilmuwan, spesialis di bidang AI, spesialis di bidang big data, spesialis di bidang pemasaran dan strategi pemasaran digital, dan spesialis di bidang proses otomatisasi.
Menghadapi perkembangan terbaru teknologi digital, paling tidak lima strategi yang dapat dilakukan, yaitu: pertama, mempercepat digitalisasi proses pekerjaan baik di pemerintahan maupun sektor swasta. Kedua, memberikan kesempatan untuk bekerja jarak jauh (work from home). Ketiga, mempercepat otomatisasi pekerjaan. Keempat, mempercepat digitalisasi peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang. Kelima, mempercepat implementasi program peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang.
Hal yang juga perlu segera mendapat perhatian dari pemerintah Kota Banjarbaru adalah mempercepat proses transformasi digital organisasi dengan mengubah sistem pemberian tugas kepada pekerja dengan secara teratur menugaskan pada pekerjaan yang berbeda-beda (tour of duty yang panjang). Serta membuat perencanaan pelatihan dalam rangka akuisisi keterampilan baru menyesuaikan dengan Fourth Industrial Revolution 4.0.
Sehingga pemerintah Kota Banjarbaru tidak punya pilihan kecuali berselancar dalam teknologi digital terbaru dengan melakukan langkah berikut, yaitu: pertama, mengurangi kesenjangan keterampilan dan literasi digital angkatan kerja melalui pelatihan. Kedua, mengurangi kesenjangan keterampilan dan literasi digital antar pemimpin di daerah mulai dari pemimpin tertinggi walikota hingga RT/RW. Ketiga, mengantisipasi masalah kurangnya fleksibilitas birokrasi merespon perkembangan digital terbaru.
Sejalan dengan kecenderungan di atas, fokus pengembangan SDM Kota Banjarbaru ke depan adalah dimulai sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi dengan mempersiapkan anak didik dengan lima keterampilan paling dibutuhkan saat ini, yaitu: Pertama, kemampuan berpikir kritis dan analitis. Kedua, mempersiapkan siswa dan mahasiswa dengan kemampuan memecahkan masalah, mulai dari yang sederhana hingga yang paling rumit (problem solver).
Ketiga, mempersiapkan anak didik dengan keterampilan untuk mandiri, tidak banyak tergantung pada orang lain (self management). Keempat, mempersiapkan anak didik untuk memiliki kemampuan bekerja dalam tim (team work). Kelima, memberikan keterampilan kepada anak didik untuk mengelola dan mengkomunikasikan ide serta kegiatan-kegiatannya kepada rekan kerja serta lainnya.