TERAS7.COM – Jamban apung merupakan salah satu budaya masyarakat Banjar dalam memanfaatkan bantasan sungai untuk kehidupannya sejak zaman dahulu hingga zaman modern.
Pada perkembangan selanjutnya, keberadaan jamban apung di masa ini semakin berkurang efisien, selain masyarakat tidak lagi terlalu bergantung pada sungai juga keberadaan jamban apung dapat menimbulkan penyakit.
Untuk memaksimalkan pemberantasan jamban apung yang sudah menjadi program Pemerintah Kabupaten Banjar sejak tahun 2016, dilaksanakan Kick Off Pembongkaran Jamban dan Launching Gebraks di RTH Mesjid At Taqwa Desa Pekauman Ulu, Kecamatan Martapura Timur pada kamis pagi (14/3).
Bupati Banjar, H. Khalilurrahman menjelaskan tidak menampikkan jamban apung yang ada di sungai merupakan salah satu kebutuhan masyarakat Banjar yang sebagian besar bermukim di bantaran sungai.
“Saya dulu juga hidup di pinggiran sungai, karena saya orang Pekauman. Saya tahu masyarakat memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari untuk mandi, mencuci dan buang air besar,” cerita pria yang akrab disapa Guru Khalil ini.
Walaupun begitu menurutnya, budaya masyarakat ini tidak bisa lagi dipertahankan, karena keberadaan jamban apung dapat menurunkan kualitas air dan membuat air tercemar dengan bakteri.
“Kalau dulu orang buang air, ikannya masih banyak, jadi tinja langsung lenyap dimakan ikan, sekarang jumlah ikan semakin berkurang, akibatnya tinja dari masyarakat yang buang air di jamban apung tetap utuh hingga sampai ke Banjarmasin. Ini menjadi salah satu alasan kenapa kita lakukan pemberantasan jamban apung,” terangnya.
Pembongkaran jamban apung yang dilakukan Pemkab Banjar ini sendiri mendapat dukungan dari daerah lain seperti Kota Banjarmasin.
“Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina yang mendengar ada program kami ini sendiri sangat berterima kasih, karena Banjarmasin jadi tempat tertimbunnya limbah tinja dari Kabupaten Banjar melalui sungai. Jadi kita bisa menghindari wabah kolera, diare, muntaber dan sebagainya,” jelas Guru Khalil.
Guru Khalil menjelaskan bahwa jumlah jamban apung dari Astambul hingga Sungai Lulut ada 9000 unit, karena buang air di sungai masih menjadi budaya masyarakat, sehingga untuk memastikan program pembongkaran jamban apung ini, selama tahun 2016-2020 pemerintah melaksanakan pembongkaran 1000 jamban apung.
“Selain itu kita bikin terobosan untuk mempercepat pemusnahan jamban apung, yaitu melalui program Gebrak’s atau Gerakan Bersama Realisasi Akses Sanitasi yang didukung oleh program nasional, memang tidak mudah memberantas jamban apung karena beberapa faktor, seperti kesadaran masyarakat, ekonomi yang lemah, lahan yang terbatas, konstruksi septik tank di tanah rawa serta besarnya pendanaan,” jelasnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kabupaten Banjar, M. Hilman menambahkan bahwa hingga tahun 2018 ada 564 unit jamban apung yang sudah dibongkar.
“Yang kami bongkar ada di 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Martapura, Kecamatan Martapura Timur, Kecamatan Martapura Barat dan Kecamatan Sungai Tabuk. Tahun 2019 ini rencananya akan kami bongkar sekitar 300 jamban apung. Dengan target kami hingga 2020 ada 1000 unit jamban apung yang dimusnahkan, jadi tinggal 150-an unit yang kami musnahkan di tahun 2020,” terang Hilman.
Selain 4 Kecamatan, Hilman menjelaskan sebenarnya sebagian besar kecamatan di Kabupaten Banjar berada di bantaran sungai dan masih banyak jamban apung yang belum dapat dibongkar.
“Kalau ditotal ada 156 desa diseluruh Kabupaten Banjar yang berada di pinggir sungai, dengan pembongkaran ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk membongkar jamban apungnya agar terwujud kehidupan yang sehat dan modern,” jelasnya.
Walaupun ia menjelaskan pembongkaran jamban apung sudah menjadi program pemerintah, bukan berarti pemerintah lepas tangan.
“Jadi kita siapkan dulu ketersediaan air bersih dan kita bangunkan wc dulu, baik wc individu atau wc komunal, setelah wc dapat difungsikan itu baru jamban apung kita bongkar, itu yang sudah kami lakukan,” kata Hilman.
Seusai pelaksanaan Kick Off Pembongkaran Jamban dan Launching Gebraks di RTH Mesjid At Taqwa Desa Pekauman Ulu, Guru Khalil didampingi oleh Kepala Dinas PUPR, Kepala Dinas Perhubungan Aidil Basith, Kapolres Banjar AKBP Takdir Mattanete langsung menaiki perahu menuju Desa Antasan Senor, dimana akan dilaksanakan pembongkaran salah satu jamban apung yang secara simbolis.