Kisah Hidup Datu Nuraya
TERAS7.COM – Kalimantan Selatan sudah sejak lama terkenal sebagai tempat yang masyarakatnya sangat berpegang teguh pada agama Islam dan menjadi buminya para ulama, dilahirkan, berdakwah hingga dimakamkan.
Karena itu banyak makam-makam Wali Allah yang tersebar di penjuru Kalimantan Selatan dan oleh masyarakat Banjar memberikan penghormatan dengan membangun kubah untuk penanda khusus pada makam-makam tersebut dan mempermudah para penziarah yang ingin mengunjungi tempat tersebut.
Di antara kubah Wali Allah tersebut sering kali di ziarahi oleh masyarakat salah satunya ada di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, yaitu Makam Datu Nuraya yang sangat unik karena memiliki panjang 60 meter dan menjadi makam terpanjang di Indonesia bahkan dunia dikenal dengan nama Datu Panjang.
Tak ada yang tahu lebih banyak soal kisah hidup Datu Nuraya, akan tetapi menurut kisah yang dikutip dari Manakib Datu Nuraya karangan H Muhammad Marwan, kisah di mulai dengan manusia yang bertubuh besar yang datang kepada Datu Suban dan 12 orang muridnya.
Dalam manakib tersebut disebutkan bahwa ketika datang, manusia yang bertubuh besar itu langsung mengucapkan salam sehingga diterima dengan baik oleh Datu Suban dan muridnya.
Ketika ditanyakan soal asalnya, manusia bertubuh besar itu cuma menjawab dengan kalimat Tahlil dan berulang ditanyakan dan dijawab dengan jawaban yang sama hingga tujuh kali, lalu kemudian manusia bertubuh besar itu roboh hingga meninggal dunia.
Pemakaman Manusia Bertubuh Besar
Datu Suban dan murid-muridnya kebingungan untuk memakamkan si manusia bertubuh besar, karena pada saat itu sedang terjadi musim kemarau hingga tidak ada air dan kesulitan untuk memandikan mayat. Tapi karomah kemudian terjadi, saat itu langsung hujan dan Datu Suban pun berhasil memandikan mayat.
Tapi kemudian karena tubuh yang besar tersebut membuat Datu Suban dan murid-muridnya ragu bagaimana cara mengangkat si mayat untuk dikuburkan, karomah kedua pun terjadi, dimana mayat yang bertubuh besar itu menjadi ringan seberat kapas dan dapat dimakamkan dengan mudah.
Makam Datu Nuraya sendiri sempat tidak diketahui keberadaannya oleh masyarakat setempat, namun karena sering terlihat cahaya muncul dari tempat makam ini pada malam hari, sehingga dicarilah asal cahaya tersebut oleh masyarakat setempat dan ditemukanlah dua buah batu berjarak sekitar 45 meter yang menghadap kiblat seperti makam pada umumnya.
Dari kisah yang diketahui masyarakat setempat tentang legenda Datu Nuraya, akhirnya dikeramatkanlah daerah penemuan makam tersebut.
Akses ke Makam Datu Nuraya
Untuk dapat mengakses makam Wali Allah yang langka ini cukup mudah, hanya berjarak 66 Km dari Kota Banjarbaru ke arah Rantau mengikuti jalan A. Yani, kemudian di sebelah kanan jalan ada papan penanda makam.
Dengan mengikuti jalan beraspal yang cukup mulus selebar 3 meter dari papan penanda makam sepanjang 3 km setelah melewati beberapa jalur tambang batubara, maka penziarah akan tiba di makam yang berada di tengah-tengah perkebunan karet milik masyarakat.
Menurut Syarifuddin (38) dan Abdul Majid (45) yang menjadi pengurus dan penjaga makam ini secara turun temurun menjelaskan pada jurnalis Teras7.com pada selasa siang (25/12) kenapa manusia bertubuh besar yang makamnya sekarang ada di Desa Tatakan, Tapin ini dinamakan Datu Nuraya.
“Tak ada yang tahu nama asli beliau, ada yang menyebutkan nama beliau Syekh Abdul Mu’in, Syekh Abdul Jabbar atau Syekh Abdur Ra’uf, juga tak ada yang tahu asal beliau. Tapi beliau dinamakan sebagai Datu Nuraya karena datang dan meniggalnya beliau ini hari raya, saat beliau dimandikan, ditemukan kitab yang dinamakan kitab Barencong yang konon katanya suatu hari nanti diwariskan ke Datu Sanggul dan dibagi 2 oleh Datu Sanggul dan Datu Kelampaian,” tuturnya.
Soal panjangnya tubuh beliau, Syarifuddin melanjutkan, tergantung keyakinan masing-masing, karena Datu Nuraya ini lebih panjang dari pada nabi Adam yang tingginya 30 meter.
“Kami tidak tahu makamnya yang panjang atau memang tubuh beliau yang panjang,” tambahnya.
Penziarah dari Malaysia
Pengurus makam ini sendiri mengatakan bahwa makam ini cukup padat didatangi penziarah pada hari-hari libur oleh pengunjung yang datang dari berbagai tempat, bahkan ada yang datang dari luar negeri seperti Malaysia.
“Di sini penziarah selain berziarah juga boleh melakukan selamatan,” ujarnya.
Ada berbagai fasilitas di makam ini seperti musholla, pendopo, wc, tangga, bahkan toko yang menjual cinderamata.
“Fasilitas yang ada disini merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tapin dan sebagian berasal pula dari sumbangan pengusaha tambang batubara setempat. Dulu akses jalan ke sini susah, karena belum ada jalan aspal. Kalau sekarang ada dibangun sejak tahun 2000-an mulai dibina pemerintah secara bertahap,” jelasnya.
Salah satu Penziarah, H. Zainuddin asal Desa Martadah, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut ini yang datang bersama dengan keluarganya datang untuk berjiarah karena karena mengetahui katomah Datu Nuraya.
“Makam seperti datu panjang ini sangat langka, karena sangat panjang. Walaupun kami kurang mengetahui sejarahnya, tapi kami tahu dengan karamah makam ini,” ujarnya.
H. Zainuddin juga mengatakan hampir setiap tahun menyempatkan waktu untuk berziarah ke makam Datu Nuraya dan juga makan Wali Allah yang ada disekitarnya.
“Jadi kalau bisa pemerintah memperlebar akses jalan, karena masih terlalu sempit bagi mobil, kalau berpapasan musti bergantian, apalagi mulai dari datu sanggul masih terasa agak sempit,” harap salah satu penziarah ini.