TERAS7.COM – Ditengah jutaan Jemaah yang hadir pada haul ke 14 Guru Sekumpul Martapura, banyak hal yang menggugah hati masyarakat, mulai dari Riduan Effendi pria yang berjalan kali mulai Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah, menuju Kota Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, yang menempuh perjalanan 200 kilometer lebih, hingga tiga orang anak yang menuluskan niatnya mengayuh sepeda dari Kota Kapuas Kalimantan tengah hanya untuk hadir pada acara haul terbesar se Asia ini.
Tiga anak ini ialah Sairi, Lana dan Amir yang berusia 13 tahun, masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SPM) sederajat, dengan alasan datang karena cinta dengan Ulama KH Zaini Abdul Ghani atau yang dikenal dengan Abah Guru Sekumpul.
Mereka menceritakan bahwa keberangkatan mereka tidak lain hanya untuk hadir dalam acara haul Akbar Guru Sekumpul ke 14. Dengan meminta restu orang tua dan keingin yang sudah sejak lama ingin hadir bersama juta Jemaah.
Sairi menuturkan, keberangkatan mereka sudah direncanakan lama, mereka harus menyisihkan uang belanja sekolah 5 ribu rupiah setiap harinya, hingga uang terkumpul mencapai 100 ribu rupiah dalam waktu satu bulan.
Seleta uang terkumpul, mereka pun masing masing meminta izin restu dari orang tua, dengan kepolosan sifat seorang anak mereka mengatakan, “Bah, Ma, saya ingin berangkat ke haul Abah Guru Sekumpul menggunakan Sepeda,” ucap Amir menceritakan sebelum mereka berangkat ke Kota Martapura.
Pada awalnya memang mereka tidak mendapat restu dari orang tua, namun mereka terus meminta hingga akhinya ketiga anak ini pun direstui berangkat menghadiri haul Guru Sekumpul dengan mengayuh sepeda.
“Lama kelamaan akhirnya orang tua membolehkan untuk berangkat,” tutur Sairi menambahkan cerita.
saat ditanya dari mana mereka mengenal Abah Guru Sekumpul, sedangkan seusia mereka saja Guru Sekumpul Sudah meninggal dunia sebelum mereka lahir, mereka menjawab hanya mengenal dari cerita-cerita orang dan melihat di media sosial.
“Kami kenal Guru Sekumpul dari cerita-cerita orang dan sering menonton Youtube beliau,”tambah sairi yang diamini temannya.
Dalam perjalaan, mereka juga menceritaan sesuatu yang bagi mereka sangat menarik, yakni saat mereka beristirahat dan melaksanakan sholat di sebuat masjid di wilayah Banjarmasin, Sairi sempat kehilangan sandal, dan itu membuat perjalan mereka makin berkesan dan tidak akan bisa dilupakan.
“Ada yang berkesan, kala itu Sairi kehilangan sandal di masjid,” jelas Lana sambil tertawa membuat suasana wawancara menjadi renyah disaksiakan puluhan Jemaah yang empati kepada mereka.
Dalam perjalanan mereka berangkat dari Kapuas pukul 07.00 Wita, hingga tiba di Kota Martapura pada malam hari, mereka menginap di tempat keluarga Amir, dekat dengan Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura, hanya dengan bermodalkan uang 100 ribu rupiah dan beberapa lembar pakaian.
“Kami tidur ditempat keluarga dekat Rumah Sakit Ratu Zalecha, rencanya senin kami akan balik lagi ke Kapuas dengan kembali mengayuh sepeda,” tutupnya.