TERAS7.COM – Tidak banyak warga yang mengingat peristiwa 32 tahun lalu yang terjadi di Tapin, tepatnya 05 Februari 1989 silam, tapi bagi warga Banjarbaru Utara Jalan Raden Panji Soeparto, itu menjadi hal yang tidak akan pernah terlupakan dan menjadi pembelajaran.
Siti Aisyah menceritakan hari Minggu pagi 60 orang berangkat ke Tapin menggunakan truk untuk pertandingan persahabatan sepakbola di Binuang.
“Tidak ada firasat apa-apa hari itu, berjalan biasa biasa saja,” ujarnya.
Siti Aisyah mengingat, waktu itu tidak bisa ikut rombongan pertandingan sepakbola karena ada undangan pernikahan dikandangan.
“Walaupun tidak ikut nanti kami akan menonton pertandingan setelah dari Kandangan,” tuturnya.
Sesuai rencana dari awal 60 orang yang naik truk sebelum bertanding mereka akan jalan-jalan ke Batu Hapu karena pertandingan akan dimulai jam 16.00 Wita.
“Saya langsung ke lapangan sepak bola ternyata tidak ada yang main,” imbuhnya.
Warga sekitar memberitahukan bahwa ada kecelakaan truk terbalik dan korban rombongan sepakbola, telah dibawa ke Puskesmas Binuang.
korban meninggal ada 24 orang, sisanya luka berat dan ringan.
“Saya bawa sebagian korban yang selamat ke Banjarbaru,” terangnya.
Ditempat terpisah Iswarti menceritakan bahwa anaknya Indarto (Almarhum) yang dulu masih SMA menjadi korban selamat, tetapi kaki anaknya tumbuh tidak normal mengecil.
” Harus ada biaya Rp. 25.000.000,-, saya biaya darimana, dulu belum ada BPJS,” pungkasnya.
Masih simpang siur, ada yang bilang karena kelebihan muatan seperti kata Yasmin pemilik sebuah warung makan. Tapi menurut Siti Aisyah tidak demikian sepertinya truk gagal di tanjakan.
Yasmin, warga setempat juga menceritakan, beredar cerita berbau mistis yang terjadi di sekitar Jl RP Suprapto. Pertama di areal tempat memandikan para jenazah di bekas gudang milik keluarga Raden Panji Suprapto yang sekarang hanya berupa lahan kosong. Dimana sebuah excavator yang digunakan, untuk melakukan penggalian saluran air atau siring berada tepat di belakang bekas areal gudang tersebut, selalu gagal digunakan atau tidak berfungsi seperti biasanya, walaupun sudah berganti dengan excavator yang lainnya padahal di tempat sebelumnya bisa digunakan.
Ada seorang tukang becak engan masuk ke Jalan RP Suprapto walaupun sudah di paksa dan diberikan uang tambahan tanpa memberitahu apa alasannya, dia tetap menolak dengan tegas.
“Ada juga yang melihat penampakan sosok besar dan tinggi di tempat yang sekarang telah menjadi sebuah caf’e. Hingga membuat yang bukan warga disana dibuat ketakutan. Serta ada yang melihat sosok ular besar tanpa buntut yang kepalanya berwarna emas bercahaya terbang rendah saat tengah malam kemudian hilang begitu saja,” katanya.
Hal yang berbeda di ceritakan Haji Alfian walaupun beliau bukan saksi hidup peristiwa tragedi berdarah tersebut. Saat kedatangan komedian Tukul Arwana para crew atau kru acara tidak bisa menggunakan kameranya walaupun sudah berpindah lokasi tetapi masih berada di daerah Mentaos yang akhirnya acara dengan berat hati di batalkan. “Saya tidak tahu apa ada hubungannya dengan tragedi maut 32 tahun silam atau tidak? tetapi sering terjadi peristiwa diluar nalar di sekitar Mentaos ini” tambahnya.