TERAS7.COM – Mandikapau Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar merupakan sebuah desa yang bertetangga langsung dengan Desa Mandikapau Barat yang terkenal dengan Danau Tamiyangnya.
Selain memiliki potensi yang sama dibidang pariwisata sebagaimana tetangganya, desa ini juga memiliki inovasi yang tak dimiliki kampung lainnya.
Ketika sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banjar mengandalkan kebutuhan air minumnya dari sumur, air dari PDAM atau penjual air galon, desa ini berpikir lebih maju.
Mereka memanfaatkan mata air pegunungan yang ada di sekitar desa mereka dan mereka menggunakan teknologi reverse osmosis, sehingga air segar dari pegunungan menjadi lebih sehat.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa Mandikapau Timur, Supiani Abdullah saat ditemui Teras7.com di kediamannya pada Senin (17/6) yang lalu.
“Fasilitas air minum bagi masyarakat dengan teknologi Reverse Osmosis (RO) disediakan dengan menggunakan dana desa. Jadi masyarakat tidak perlu lagi merebus air untuk menyediakan keperluan air minumnya. Juga ada rasa puas dan segar saat minum air yang disaring dengan teknologi RO, rasa plong dimulut karena benar-benar air murni,” ungkapnya.
Teknologi RO ini ujarnya lebih baik daripada teknologi pengolahan air minum yang lada umumnya yang hanya menggunakan teknologi Ultraviolet (UV) saja.
“Kalau UV cuma membunuh bakteri di air saja, sedangkan kalau RO ini menyaring semua kandungan yang ada di air. Sehingga yang dihasilkan adalah air murni seperti produk air dalam kemasan merk Prof dan Cleo. Dengan teknologi RO ini juga air laut yang asin pun dapat menjadi tawar dan bisa diminum, karena garamnya tersaring oleh filter dari RO,” jelas Supiani.
Fasilitas air minum untuk masyarakat ini sendiri lanjut Supiani mampu memproduksi 100 galon air murni setiap harinya dengan biaya pengadaan fasilitasnya di awal hanya 12 juta rupiah saja.
“Yang mahal adalah membran yang ada di filternya yang mampu menyaring kndungan seperti asam, besi dan sebagainya. Air yang awalnya kandungannya sebesar 100 tds setelah disaring melalui teknologi ini tinggal menjadi 4-5 tds. Setiap jangka wktu tertentu pun membran diganti agar kualitas air menjadi lebih bersih,” ujarnya.
Kesuksesan air minum bagi masyarakat ini mendorong ia kembali menggunakan dana desa untuk pengembangan usaha desa di bidang Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
“Jadi kami membangun unit dalam Bumdes kami, yaitu produksi AMDK yang siap bersaing dengan produk AMDK dengan teknologi RO yang lainnya. Kami menggunakan dana desa sebesar 35 juta untuk penyediaan mesinnya yang mampu berproduksi hingga 400-500 galon air murni perharinya,” urainya.
AMDK tersebut siap diproduksi dalam waktu 1-2 bulan yang akan datang, menunggu izin kesehatan yang sedang menunggu beberapa waktu lagi akan terbit.
“Bahkan kami sudah teken kontrak dengan PMI Kabupaten Banjar, mereka siap membeli produk kami dan menyediakan truk sendiri untuk mengambil ke sini. Kelebihan produksinya akan kami salurkan ke desa-desa di sekitar kami,” kata Supiani.
Saat Teras7.com mengecek fasilitas air minum teknologi RO milik Desa Mandikapau Timur ini, terdapat belasan galon air minum yang siap diambil oleh pemiliknya.
Kepala Lingkungan 03 Desa Mandikapu Timur sekaligus pengurus fasilitas air minum ini, Fahri (35) mengatakan setiap hari puluhan warga mengisi air minum mereka ditempat ini.
“Rata-rata 30 galon setiap harinya saya isi. Biayanya sendiri 2000 rupiah pergalon untuk warga desa, sedangkan diluar warga desa biayanya 3000 rupiah. Tak hanya warga di sekitar sini saja yang mengisi air minumnya, bahkan ada warga desa Sungai Alang yang agak jauh pun mengisi air minumnya disini,” ceritanya.
Untuk perawatan mesin ini sendiri, Fadli mengatakan setiap 6 bulan sekali dilakukan penggantian membran dengan harga 600 ribu perunitnya.
Salah seorang warga sekitar, Mariana (30) mengatakan ia sangat terbantu dengan fasilitas yang ada di desa ini.
“Sudah kurang lebih 2 tahun disini saya ambil air minum disini. Rasa airnya enak dan segar,” ucapnya.
Begitu pula Nazamuddin (23), warga desa tetangga, Mandikapau Barat yang mengatakan hampir tiap hari ia mengambil air minum disini.
“Tak hanya untuk air minum saya sendiri, bahkan warga desa saya pun ambil air minum disini. Jadi saya yang antar jemput setiap harinya,” kisahnya.