TERAS7.COM – Sumur peninggalan yang di katakan oleh masyarakat sekitar merupakan buatan buatan Jepang saat menjajah tahun 1940 an, yang dalamnya sekitar 4 meter, airnya tidak pernah kering walaupun musim kemarau.
Sumur dari jaman penjajahan Jepang ini masih berair bahkan tidak pernah kering. Hebatnya lagi, sumur ini juga menjadi penopang perekonomian warga sekitar yang berprofesi sebagai penjual air bagi para pedagang di Pasar Martapura selama puluhan tahun, karena air yang mereka jual diambil langsung dari sumur tersebut.
Salah satu penjual air di pasar Martapura, Amat mengatakan sudah lama sekali mengambil air disini untuk dijualnya.
“Selama saya mengambil air disini tidak pernah menemui keringnya air sumur ini, kecuali ada yang mengambil menggunakan mesin maka itu akan kering namun kering nya sumur ini tidak lama dan air akan terisi lagi,” ujarnya.
Diakuinya ia dan 24 temannya dalam sehari bisa mengambil air hingga 50.000 liter dalam seharinya, bayangkan kalau sumur biasa, maka akan kering namun tidak dengan sumur peninggalan Jepang ini.
Biasanya dalam sehari Amat mengambil air hingga sepuluh kali dengan muatan gerobak sekitar 300 liter, yang akan dijualnya ke warung-warung makan dan pedagang lainnya yang ada di Pasar Martapura dengan harga per jerigennya Rp.2000.
Dikatakannya, sumur tersebut adalah sumur umum, siapa saja yang ingin mengambil air dipersilahkan saja dan disini ada peraturan untuk cara pengambilan air, yaitu mengambil air tidak dibolehkan menggunakan alat mesin karena dianggap akan mengganggu warga yang ada di sekitar sumur.