TERAS7.COM – Kabupaten Kutai Timur kembali dipercaya menjadi tuan rumah tingkat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kali ini Kabupaten “Tuah Bumi Untung Benua” ditunjuk menjadi tuan rumah pelaksanaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Penanggulangan Bencana (PB) Provinsi Kaltim. Rakorda PB yang mengusung tema “Bersama Kita Dalam Penanggulangan Bencana” ini, dibuka Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kaltim, Yudha Pranoto, di Hotel Royal Victoria, Sangatta Kamis (27/5/2021).
Dalam Sambutanya Yudha Pranoto mengatakan tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan banjir, adalah tipikal bencana yang sering terjadi di Kaltim.
“Kita semua harus menyiapkan langkah-langkah konkrit, untuk mengurangi resiko bencana. Dengan menyiapkan perencanaan secara terpadu dan terkoordinasi yang berwawasan lingkungan, sesuai dengan aturan yang berlaku,” tuturnya.
Yudha berharap, melalui Rakorda tersebut, peserta dapat meningkatkan koordinasi, sinergitas, sinkronisasi, kolaborasi dan evaluasi program kegiatan. Sehingga dapat menghasilkan rumusan bersama dalam penanggulangan bencana kedepan yang lebih baik dan berkesinambungan . Sehingga tercapai satu pemahaman, persepsi, kebijakan dan kesepakatan, dalam penanggulangan bencana di Kaltim.
“Untuk mewujudkan masyarakat Kaltim yang tangguh menghadapi bencana,” ujarnya.
Dalam kesempatan lain, Wakil Bupati Kutim H Kasmidi Bulang hadir dalam rapat ini mewakili Bupati. Mengawali sambutannya sebagai tuan rumah, Kasmidi mengatakan bahwa beberapa waktu belakangan ini bencana semakin meningkat, tidak terkecuali di Kabupaten Kutim. Lebih tepatnya bencana dan banjir yang menenggelamkan delapan kecamatan yang ada di pedalaman.
“Hal itu tidak terlepas dari beberapa faktor, termasuk perubahan cuaca yang menimbulkan permasalahan. Menjadi bencana banjir dan tanah longsor, akibat curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga perlu diwaspadai, hujan lebat disertai angin kencang yang sangat rawan terjadinya bencana alam,” ucap Kasmidi.
Berkaitan dengan pesan Presiden Joko Widodo, sambung Kasmidi, Indonesia menduduki rating tertinggi negara paling rawan bencana. Karena jumlah penduduk Indonesia besar, sehingga jumlah resiko terjadi bencana juga sangatlah besar. Maka menurut Kasmidi, kunci utama dalam mengurangi resiko dimaksud terletak pada pencegahan dan mitigasi bencana. Maka, pencegahan janganlah terlambat, bersikap reaktif pada saat bencana terjadi. Semua pihak harus mepersiapakn diri dengan antisipasi yang betul-betul terencana dengan baik. Lebih lanjut ia menambahkan, sistem peringatan dini harus berfungsi dengan baik. Harus selalu di cek, bekerja dengan cepat dan akurat. Termasuk kecepatan respon yang harus terus menerus ditingkatkan.
“Semua harus terencana dan rencana operasi saat tanggap darurat, di implementasi dengan cepat. Sekali lagi kecapatan adalah kunci (penanggulangan) penyelamatan dan mengurangi jatuhnya korban (bencana),” tuturnya.
Disamping itu, masyarakat di imbau dan diharapkan menjaga kebersihan lingkungan, saluran air dan kotoran yang tersumbat. Terutama faktor yang dapat menyebabkan banjir. Demikian halnya penebangan pohon secara liar yang membuat lahan menjadi gundul. Sehingga tidak mampu menahan debit air hujan yang meresap masuk kedalam tanah.
“Akibatnya, bisa mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang,” kata Kasmidi.
Rakorda PB ini diikuti 120 orang, tediri dari unsur organisasi perangkat daerah (OPD) dilingkungan Pemprov Kaltim, OPD Kabupaten/Kota Se-Kaltim, unsur perguruan tinggi, TNI, POLRI, dunia usaha, unsur masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
Adapun narasumber dalam Rakorda PB tersebut, Kepala Pelaksana BNPB (secara daring), Direktur Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, Ditjen Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri, Kepala Bappeda Provinsi Kaltim, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Kaltim, Kepala Pelaksana Kabupaten Berau.