TERAS7.COM – Pelatihan tematik tanaman karet, kerjasama Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang dengan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Banjar.
Pelatihan tersebut bertujuan untuk membekali petani dalam program peremajaan karet. Diikuti oleh 30 orang petani karet yang berasal dari tiga Kecamatan Karang Intan, Cintapuri Darussalam dan Mataraman. Pelatihan diselenggarakan di BPP Mataraman yang berlangsung selama 4 hari dari tanggal 3 s/d 6 Juli 2018.
Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan, Ir. H. Dondit Bekti, didampingi Ir. H. Edie Roosnandi Noor dan Gusti M Haris Fadillah, SP.,M.Ling., menyampaikan harapan, pelatihan tersebut akan meningkatan kapasitas dan kesiapan Kelompok Tani penerima program peremajaan karet, khususnya pada tehnik budidaya terapan pada tanaman.
Hal ini penting karena Kabupaten Banjar saat ini ada 40 ribu hektar kebun karet, yang 25 ribu hektar adalah kebun karet rakyat. Berdasarkan kondisinya ada 1200 hektar yang layak untuk diremajakan.
“Pada tahun lalu (2017) seluas 500 hektar yang diremajakan, dan tahun ini diusulkan seluas 375 hektar untuk diremajakan. Oleh karena itu diperlukan kesiapan petani,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian, Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si, menyampaikan kebanggaannya terhadap petani.
”Petani adalah Pejuang di Bidang Pertanian, tanpa petani upaya peningkatan produksi pertanian sulit diwujudkan,” tuturnya.
Dalam kenyataannya petani tidak mengenal subsektor. Selain mengusahakan tanaman perkebunan seperti karet yang menjadi andalan, petani juga mengusahakan tanaman pangan, ternak, bahkan ikan untuk dapat meningkatkan pendapatannya.
Oleh karena itu lanjutnya, Pemerintah melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian memprogramkan pelatihan yang diperlukan untuk mendukung program-program pembangunan pertanian di daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
“Pelatihan ini sebagai wujud kepedulian pemerintah dengan menyediakan anggaran untuk meningkatkan kompetensi petani dalam mengelola usahatani dengan menerapkan sistem diversifikasi dan integrasi berbasis karet,” lanjut Dr. Yulia.
Di tempat terpisah, Ir. Marhaenis Budi Santoso, M.Si, Widyaiswara Ahli Utama BBPP Binuang selaku pendamping dalam pelatihan tersebut mengungkapkan inti materi pembelajarannya.
Menurutnya bahwa dalam program peremajaan karet petani harus menerapkan sistem tanam jarak ganda (double row spacing) sesuai tehnologi rekomendasi dalam Sistem Usahatani Perkebunan Rakyat-Diversfikasi dan Integrasi (SUPRA-DIN).
Dengan sistem tamam jarak ganda, memungkinkan petani untuk mengembangkan diversifikasi dan integrasi berbasis karet.
Dalam kondisi lahan pertanian untuk memproduksi pangan semakin berkurang, usahatani diversifikasi dan integrasi tanaman perkebunan dengan berbagai jenis tanaman pangan dan hortikultura merupakan solusi.
Dengan demikian, stabilitas pendapatan usahatani lebih terjamin dan potensi kerawanan pangan di tingkat petani dapat diatasi.
Dalam diskusi, terungkap bahwa terdapat beberapa petani telah mengetahui tehnologi sistem jarak tanam ganda dan berminat untuk menerapkannyadalam peremajaan karet yang akan datang.
“Kami mau menerapkan tehnologi itu, rencana kami mau menanam pisang dan cabai di antara karet karena akan lebih menguntungkan,” pungkas Hery Supriati salah satu peserta wanita dari Karang Intan.