TERAS7.COM – Deteksi dini melalui skrining bayi baru lahir kini menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam upaya menyelamatkan masa depan generasi sejak usia dini.
Melalui Dinas Kesehatan, Pemprov Kalsel menyelenggarakan Workshop Skrining Bayi Baru Lahir (BBL) Tingkat Provinsi Tahun 2025 untuk memperkuat peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program ini.
Kegiatan yang dibuka secara virtual oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, Muhamad Muslim, diikuti tenaga medis dari rumah sakit dan puskesmas se-Kalsel. Muslim menekankan bahwa skrining BBL merupakan bentuk investasi jangka panjang dalam membangun generasi yang sehat dan berkualitas.
“Skrining bayi baru lahir adalah langkah awal menyelamatkan masa depan. Melalui deteksi dini, kita bisa mencegah gangguan tumbuh kembang yang bisa berdampak seumur hidup,” ujar Muslim.
Program ini mencakup skrining terhadap penyakit serius seperti Hipotiroid Kongenital (HK), Penyakit Jantung Bawaan (PJB), Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK), serta defisiensi enzim G6PD. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian.
Selama tahun 2024, tercatat 16.703 bayi telah diskrining untuk HK, dengan hasil dua bayi positif. Sementara itu, 35.409 bayi atau 48,31 persen dari total sasaran menjalani skrining PJB, dengan 20 bayi terdeteksi gagal skrining dan langsung ditindaklanjuti.
“Keberhasilan program ini tidak hanya ditentukan oleh alat dan fasilitas, tetapi juga oleh komitmen dan kompetensi tenaga kesehatan serta kolaborasi antar sektor,” tambah Muslim.
Workshop ini juga menjadi ruang koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan rumah sakit rujukan seperti RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yang telah menjadi mitra dalam pengolahan sampel sejak 2023.
Dengan memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas skrining, Pemprov Kalsel menargetkan penurunan angka kematian neonatal dan pencapaian indikator kesehatan dalam Sustainable Development Goals (SDGs).