TERAS7.COM – Pada hari Sabtu (10/8) ini, jutaan jamaah haji dari seluruh dunia sedang melaksanakan ibadah wukuf di Padang Arafah dalam rangkaian Ibadah Haji Tahun 1440 Hijriah.
Lalu bagaimana sebenarnya prosesi ibadah haji yang dirindukan oleh ummat muslim ini dijalankan mulai dari awal hingga akhir?
Kepada Teras7.com, staf Pelayanan Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banjar, Hade Mas Hadi mengungkapkan prosesi ibadah saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (9/8).
“Jamaah haji dari negara kita dibagi jadi 2 gelombang, yaitu gelombang pertama dan gelombang kedua. Perbedaan antara dua gelombang itu hanya rangkaian ibadahnya saja. Gelombang pertama sebelum berhaji melaksanakan berbagai ibadah di Madinah seperti Shalat Arbain atau shalat wajib 40 waktu di Mesjid Nabawi yang dialokasikan waktunya sekitar 8-9 hari, lalu berziarah dan kemudian menuju Mekkah untuk berhaji. Sedangkan gelombang kedua dilangsungkan di Mekkah melalui Jeddah, berhaji dulu baru nanti setelah berhaji baru ke Madinah melaksanakan ibadah-ibadah yang sama dengan gelombang pertama sebelum pulang ke tanah air,” ungkapnya.
Hade Mas Hadi menambahkan jamaah haji asal Indonesia lazimnya menggunakan prosesi Haji Tamattu, yaitu mendahulukan umrah daripada haji.
“Begitu sampai di Mekkah, kedua rombongan besar ini akan memulai Ihram dari Miqat masing-masing. Gelombang pertama dari Madinah memulai ihram di Bir Ali, sementara gelombang kedua memulai ihram di Jeddah. Mereka langsung melakukan umrah wajib yang sudah termasuk hitungan haji. Setelah itu ada waktu antara umrah wajib dan menuju wukuf, nah disini mereka isi dengan memperbanyak ibadah di Masjidil Haram. Kalau ingin umrah lagi tinggal keluar dari tanah Haram untuk memulai Ihram lagi,” ujarnya.
Pelaksanaan ibadah usai Umrah wajib dan menjelang pelaksanaan Wukuf itu disarankan dilakukan berkelompok, tidak sendirian. Namun ketika menjelang hari pelaksanaan wukuf, Ibadah umrah tidak disarankan dilaksanakan jamaah haji.
“Menjelang wukuf biasanya tidak disarankan melaksanakan umrah karena takutnya fisiknya terkuras kemudian dia bisa sakit atau dia lemes saat pelaksanaan wukuf,” terang Hade Mas Hadi.
Prosesi ibadah haji pun dimulai dengan pergerakan jamaah haji menuju Pada Arafah pada 8 Dzuhhijjah untuk melaksanakan wukuf di sana pada keesokan harinya.
“Puncaknya pada tanggal 9 Dzulhijjah itu mulai tengah hari akan ada Khutbah Haji, setelah Magrib masuk tanggal 10 Dzulhijjah jamaah haji mulai bergerak jalan kaki menuju Muzdalifah. Disini berhenti sejenak untuk bermabit, lalu pada tengah malam bergerak menuju kota Mina. Di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah atau hari raya haji, jamaah akan melontar jumratul ‘aqabah. Kemudian tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah berturut-turut atau 3 hari Tasyrik, mereka akan tetap di Mina untuk melontar jumrah. Tiap jumrah dilontarkan dengan 7 kerikil setiap harinya. Usai melontar kerikil setiap hari mereka pulang kembali ke perkemahan masing-masing yang ada di Mina,” jelasnya.
Karena jamaah haji berada di Mina untuk melempar jumrah sebagai bagian dari prosesi berhaji, mereka kata Hade Mas Hadi tidak melaksanakan Sholat Idul Adha, namun di Masjidil Haram, Mekkah tetap melaksanakan Shalat Idul Adha.
Usai pelaksanaan melontar jumrah di Mina, mereka akan ke hotel masing-masing Mekkah kembali ke Mekkah, lalu melaksanakan Thawaf atau mengelilingi Ka’bah 7 kali dan Sai atau lari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa sebagai bagian dari rukun Haji. Terakhir mereka melakukan Tahallul dengan mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Selesaikan prosesi ibadah haji dan jamaah menunggu waktu pemulangannya,” terang Hade Mas Hadi.
Karena jamaah haji asal Indonesia mengerjakan haji Tamattu, maka jamaah haji harus membayar dam atau denda, yaitu menyembelih seekor kambing untuk kurban atau puasa sepuluh hari, tiga hari dikerjakan waktu ihram dan tujuh hari dikerjakan saat kembali ke tanah air.
“Hal yang sama berlaku dengan haji Qiran, yaitu mengerjakan haji bersama-sama dengan umrah. Kalau mengerjakan haji dengan Ifrad, yaitu mendahulukan haji daripada umrah tidak kena dam, tapi pakaian Ihram yang dipakainya tidak boleh diganti mulai dari prosesi haji awal sampai akhir. Ketentuan ini tidak ada dalam haji Tamattu atau haji Qiran. Jadi masing-masing punya hal yang meringankan dan memberatkan,” tutupnya.