TERAS7.COM – Pemutaran perdana film sejarah nan sarunai ditandai dengan nonton bareng (nonbar) bersama Bupati Tabalong, H. Anang Syakhfiani, digelar di Pendopo Bersinar Tanjung. Jumat, (14/1/2022).
Dengan menggunakan monitor 3×5 meter yang dihadiri sekitar 80 pemain dan kru film, sebelum pemutaran film terlebih dahulu diisi dengan tampilan penyanyi yang berjudul selamat datang dan penyerahan poster film ke Bupati Anang.
Bupati Anang mengatakan, film yang dibuat hanya sebagian kecil dari sejarah panjang kerajaan nan sarunai, sehingga diharapkannya jejak sejarah ini dapat diperdalam lagi kedepannya. Pada kesempatan ini, Bupati Anang juga menceritakan, garis besar perjalanan kerajaan nan sarunai dari berbagai sumber literasi. Meski memiliki versi cerita berbeda-beda, namun tetap bermuara di satu titik yang menunjukkan bahwa pernah ada masa kejayaan kerajaan besar selama ratusan tahun, yang berpusat di Bumi Sarabakawa.
“Jadi kalau kita ingin membangun Tabalong ini menjadi Tabalong yang besar, itu bukan khalayan karena sebelumnya Tabalong sudah besar. Poin ini yang penting bagi saya,, oleh sebab itu kita harus yakin, kita harus optimis Tabalong ini harus bisa kita bangun lebih baik, paling tidak kita mengembalikan kejayaan Tabalong pada saat Kerajaan Nan Sarunai,” katanya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong, Masdulhak Abdi menuturkan, banyaknya sumber literasi sejarah nan sarunai mungkin akan menimbulkan perdebatan di kalangan penonton. Namun yang terpenting ialah pembuatan film nan sarunai, diharapkan membangkitkan dan memperkaya pelestarian seni Budaya Tabalong.
“Ya sperti yang saya sebutkan tadi, ini adalah titik awal, jadi kita hanya memantik kawan-kawan. Kita berharap para seniman, budiyawan, penggiat seni di Tabalong bisa lebih bersemangat ya dengan ini bisa mengikuti. Mungkin banyak hal-hal yang bisa kita garap, film sejarah, film apa saja yang bisa membangkitkan dan memperkaya pelestarian seni budaya kita semua,” tuturnya.
Terkait penggarapan film fiksi yang mengandung nilai sejarah nan sarunai ini, sebutnya, berlangsung selama tiga bulan dengan menggunakan dana APBD sekitar Rp. 190 juta dan proses terpanjang penggarapan film ini ialah pembuatan naskah.
“Pasalnya film yang diadaptasi dari novel berjudul novel The Last Nansarunai-Gumi Ngamang Talam, Sri Naida, dilengkapi lagi dengan penggalian data, diskusi, hingga mediasi bersama insan budayawan dan seniman Tabalong, yang berlangsung lebih dari satu tahun,” tandasnya.