TERAS7.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Selatan merilis data sebaran kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan data yang diterima dari Kepala Dinkes Kalsel, dr Diauddin, kasus ISPA di Kalimantan Selatan hingga Senin (02/10/2023) kemarin, sudah menyentuh angka 5.713 kasus.
Dari 5.713 kasus ini, Kota Banjarbaru menjadi daerah tertinggi sebaran kasus ISPA se-Kalimantan Selatan, dengan 846 kasus, diiringi Kota Banjarmasin sebanyak 825 kasus, dan Kabupaten Barito Kuala sebanyak 776 kasus.
“Sebaran Kasus ISPA terbesar terjadi di Kab/Kota yang kasus karhutla juga tinggi, yaitu Banjarbaru dan Banjar dan Barito Kuala, adapun Banjarmasin meskipun tidak ada Karhutla tapi menjadi penerima dampak dari 3 Kabupaten tetangga,” ujarnya.
Tingginya ISPA di Banjarbaru ini berkaitan erat dengan jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang ditangani BPBD Kalsel di kota tersebut yakni 442 kejadian, atau menjadikan kota tersebut yang tertinggi di Kalimantan Selatan.
Akibatnya, berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kedua kota yang bertetanggan ini yakni Banjarbaru dan Banjarmasin masuk kategori tidak sehat.
Bahkan, dari data tersebut pula, Dinkes Kalsel sampai-sampai menyatakan jika tingkat kualitas udara di Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin sudah di level merugikan.
“Tingkat kualitas udara khususnya Kota Banjarmasin dan Banjarbaru sampai pada level merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan,” ungkapnya dalam data yang diterima.
Oleh karenanya, Dinkes Kalsel menilai perlu adanya edaran dari pimpinan daerah Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin untuk peningkatan upaya pencegahan yang lebih spesifik.
“Perlu edaran pimpinan daerah untuk peningkatan upaya spesifik protection, pencegahan Karhutla dan pengurangan emisi kendaraan bermotor,” tulisnya pada data tersebut.
Adapun di samping peningkatan ISPA secara masif, beberapa Kabupaten/Kota di Kalimantan juga mengalami peningkatan kasus Pneumonia dan Influenza Like Illness (ILI).
Sementara itu sebelumnya, Pemerintah Kota Banjarbaru melalui BPBD setempat menyatakan jika hingga kini kasus ISPA akibat karhutla di Banjarbaru terbilang masih sedikit.
“ISPA pun hanya sedikit, ribuan yang dikatakan Dinas Kesehatan itu terjadi keseluruhan dari Januari. Jadi, itu lah yang perlu kawan-kawan mengerti,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Banjarbaru, Zaini usai rapat paripurna DPRD Banjarbaru baru baru ini.
Selain itu, saat ini kata Zaini, roda perkonomian dan transportasi di Banjarbaru masih bisa berjalan dan tidak menggangu.
Oleh karenanya, dari ketiga aspek tadi menjadikan Pemerintah Kota Banjarbaru beranggapan jika belum saatnya menaikkan status karhutla menjadi darurat bencana.
Apalagi untuk menaikkan status karhutla menjadi darurat itu kata Zaini bukan hal yang mudah.
“Status itu tidak semudah yang kawan-kawan bayangkan, ada hal-hal yang perlu kita pelajari betul-betul,” tukasnya.