TERAS7.COM – Dikutip dari situs resmi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mendorong penyebaran teknologi bioflok untuk budidaya lele karena telah terbukti mendorong peningkatan produksi ikan lele, bahkan jika budidaya dilakukan di lahan yang terbatas.
Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok sendiri adalah Pembudidayaan Ikan lele dengan metode pemanfaatan gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air.
Selain terbukti telah terbukti meningkatkan produksi lele di lahan yang terbatas, dengan teknologi bioflok budidaya lele menjadi lebih ramah lingkungan, hemat dalam penggunaan air dan pakan serta dapat dilakukan di lahan yang terbatas.
Dengan lahan yang terbatas, selain meningkatkan produksi lele, biaya produksi juga dapat di tekan dan waktu budidaya juga lebih singkat, jika dibandingkan dengan budidaya lele dengan cara konvensional.
Teknologi bioflok ternyata juga meningkatkan kualitas daging lele yang dipanen, dimana rasa dagingnya berbeda dengan lele hasil budidaya konvensional, dan juga mampu menekan pakan buatan atau pellet serta air hasil budidaya lele tidak berbau dan sangat baik sekali untuk pupuk tanaman, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan bahkan dpt disinergikan dg budidaya tanaman misalnya hortikultur dan buah-buahan.
Budidaya ikan lele dengan sistem bioflok ini sendiri menjadi wujud dari keselarasan pembangunan perikanan budidaya dengan tiga pilar pembangunan yaitu meningkatkan kedaulatan dalam arti kemandirian pembudidaya, mendukung keberlanjutan dalam hal usaha budidaya dan lingkungan serta mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya.
Penyebaran teknologi Bioflok untuk budidaya ikan lele ini sendiri dilakukan dengan memberikan bantuan pada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) tergabung dalam Kelompok Masyarakat, Kelompok Masyarakat Hukum Adat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Pendidikan, dan Lembaga Keagamaan dengan tujuan meningkatkan produksi ikan lele, mendorong peningkatan kapasitas kelembagaan penerima bantuan pemerintah, dan mendorong peningkatan kemampuan usaha penerima bantuan.
Bantuan Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok ini sendiri terdiri atas benih ikan, pakan ikan, obat ikan dan vitamin serta prasarana, sarana, dan peralatan operasional peralatan perikanan, serta pembinaan bagi penerima bantuan yang aspek teknis dan manajemen usaha yang dilakukan secara berkala dan berjenjang oleh Penyuluh, Dinas Kabupaten/Kota, Dinas Provinsi, UPT Direktorat Jenderal, dan Direktorat Jenderal KKP.
Di Kabupaten Banjar yang memiliki potensi usaha perikanan budidaya yang cukup besar, sudah ada 2 Pondok Pesantren yang mendapatkan bantuan untuk budidaya ikan lele sistem Bioflok ini, yakni Ponpes Darussalam Takhasus, Desa Tanjung Rema Martapura pada tahun 2019 dan Ponpes Ushuluddin, Desa Tambak Anyar, Martapura Timur pada 2020.
Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Banjar, HM. Riza Dauly saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (12/3/2021) mengungkapkan bantuan untuk Ponpes Ushuluddin, Desa Tambak Anyar, Martapura bahkan sudah mulai dipanen.
“Pada Jumat pagi, kita mendapatkan undangan untuk melakukan panen ikan lele dengan sistem Bioflok di Ponpes Ushuluddin. Panen untuk siklus pertama sendiri menghasilkan sebanyak 2,3 ton,” ungkapnya.
Program bantuan ini jelas HM. Riza Dauly diharapkan dapat menjadi media pembelajaran di kalangan santri sehingga bisa mencetak wirausaha yang memiliki keahlian bidang sektor perikanan dan dapat menurunkan jumlah pengangguran di Kabupaten Banjar.
Untuk mendapatkan bantuan dari KKP RI ini Lembaga Pendidikan dan Lembaga Keagamaan seperti Pesantren bisa menyiapkan proposal yang dikirimkan ke Dinas Perikanan Kabupaten Banjar.
“Bila berbentuk yayasan, harus berbadan hukum dengan anggotanya bisa dari pengurus atau dari santri. Yang jelas kita tekankan, bantuan ini hendaknya bisa dimanfaatkan setelah diterima dan terus bergulir sehingga perwujud kemandirian pengelolaan usaha dari bantuan tersebut. Karena pemerintah tak harus selalu memberikan suntikan bantuan terus menerus,” jelas HM. Riza Dauly.