TERAS7.COM – Perubahan nama Martapura FC menjadi Dewa United diumumkan setelah tim sepakbola asal Kabupaten Banjar diakusisi pada Senin (22/2) yang lalu cukup mengejutkan para pecinta dan insan sepakbola Kalimantan Selatan.
Sebagaimana yang diketahui, Martapura FC sendiri masih terdaftar sebagai Klub yang berlaga di Liga 2.
Setelah diakuisisi, klub ini tidak lagi bermarkas di Martapura, namun di Tangerang Selatan dan dipimpin oleh Kevin Hardiman sebagai CEO.
Untuk mengarungi Liga 2 pada tahun 2021 ini, Dewa United juga telah memilih Kas Hartadi sebagai pelatih baru yang sudah berpengalaman dibidangnya.
Menanggapi perihal tersebut, Ketua Umum (Ketum) Martapura FC, HM Hilman menungkapkan secara gambling alasan mengapa Martapura FC itu dijual pada Rabu (24/2) siang.
Hilman menjelaskan proses akuisisi klub Martapura FC dengan pihak Dewa United masih belum 100 persen diselesaikan.
“Proses yang belum tuntas ini, terkait dokumen administrasi dan proses pengalihan manajemen. Saya berharap, proses akuisisi ini akan segera selesai,” bebernya.
Ada beberapa pertimbangan lanjut Hilman, yang membuat manajemen Martapura FC harus melepas klub berjuluk Laskar Sultan Adam tersebut.
Hal yang pertama, tujuan dibentuknya Martapura FC sebagai wadah bagi pemain sepakbola Banua, agar bisa berlaga di kompetisi nasional, akan tetapi pada kenyataannya tidak berbanding lurus dengan tujuan awal.
“Kita amati bersama sekarang ini, bagaimana kondisi pada musim-musim terakhir Liga Indonesia, Martapura FC sangat terbatas memainkan pemain lokal. Bahkan, hampir tidak ada lagi, penyebabnya, pemain lokal dianggap tidak kompetitif untuk bersaing. Kalau kita cuma menonton orang lain yang main dan cuma di Liga 2. Kenapa tidak menonton klub sepakbola yang lain (Barito Putera) di kompetisi besar dan homebase-nya ada di sini,” tegas Hilman.
Untuk pertimbangan kedua, Hilman mengakui bahwa manajemen mulai terseok-seok dalam hal finansial beberapa musim terakhir ini.
“Terlebih, disaat pandemi Covid-19. Hal ini sangat berdampak pada pemasukan klub, ditambah jadwal kompetisi yang tidak ada kepastian,” sahutnya.
Sebenarnya, pada kompetisi 2020 lalu Martapura FC sudah melaksanakan persiapan dan sudah turut bertanding satu kali, hingga kemudian akhirnya ditunda akibat pendemi Covid-19.
“Saat penundaan itu pun tim tidak dibubarkan. Proses persiapan, proses pelaksaan kompetisi sampai pada akhirnya kompetisi diberhentikan itu memakan dana yang tidak sedikit. Tentu saja ini menjadi beban utang kita saat itu, ditambah tidak ada pemasukan,” tuturnya.
Dilain sisi, Hilman mengakui industri persepakbolaan di Martapura ini tidak terlalu mendukung terhadap kesehatan finansial klub, terutama dari segi sponsor, pemasukan tiket pertandingan dan merchandise.
“Saat kondisi normal sebelum pandemi Covid-19 saja tidak untung, apalagi setelah adanya pandemic ini,” sebutnya.
Sebelum Martapura FC dilepas menjadi Dewa United, Hilman mengakui sudah menawarkan klub ini ke banyak pengusaha asal banua, namun tidak ada yang melirik klub ini.
“Bahkan Ketua DPRD Banjar pun sudah tahu sebelumnya,” katanya.