TERAS7.COM – Pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19 yang terus meningkat, sepertinya harus diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik yang memadai.
Maka dari itu, PLN berkomitmen terus menggenjot pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), dengan menambah pasokan listrik sebesar 1,8 Mega Watt (MW) dari pembangkit EBT, untuk memperkuat pasokan listrik di Pulau Kalimantan.
Penggunaan energi bersih melalui EBT menjadi pilihan utama salah satunya melalui penerapan teknologi subtitusi batubara, dengan biomassa atau co-firing, PLTBg, PLTB, PLTS, PLTBm, PLTA, yang berbasis lingkungan sebagai pengganti Pembangkit berbahan bakar fosil.
Hal tersebut ditegaskan Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, Edi Wibowo, M.T dalam sambutannya, pada kegiatan penandatanganan kontrak perdana excess power antara PT PLN (Persero) dengan PT Tapian Nadengan di Kantor Pusat PLN, Jakarta.
“Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan pada 2025 mencapai 23 persen, waktu menuju kesana tidak lah lama, mudahan roadmap kebijakan energi nasional pembangkit berbasis bio energi yang ditargetkan 5.5 GW dapat tercapai, dengan masuknya pembangkit-pembangkit EBT untuk support pencapaian target tersebut,” ucap Edi Wibowo.
Menurut Edi, sejauh ini beragam upaya telah dilakukan pemerintah, salah satunya dengan salah satunya menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukkan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang diharapkannya membawa angin segar dalam pengembangan EBT.
“Dengan pendatanganan kontrak kerjasama excess power ini diharapkan dapat menstimulus, juga mendorong munculnya invensi, dan investasi untuk akseleresasi pembangkit EBT tak hanya di Kalselteng, namun juga seluruh indonesia,” tutur Edi Prabowo.
Senada General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, Muhammad Joharifin mengungkapkan hadirnya EBT sangat berdampak positif pada lingkungan.
“PLN telah berhasil menerapkan pembangkit berbasis EBT di Kalimantan dengan total daya terpasang 57,8 Mega Watt, dan terbukti memberikan kontribusi dampak penurunan gas rumah kaca serta emisi karbon sebesar 26.535 ton CO2 di tahun 2022, atau setara 2 persen pembauran energi terhadap pembangkit di Kalimantan,” tutur Joharifin
Diketahui selain penandatanganan kontrak perdana excess power PT Tapian Nadenggan sebesar 1.800 kilo Watt (kW), PLN UID Kalselteng juga memperpanjang kontrak perjanjian 6 Pembangkit EBT swasta lain dengan total daya 8.800 kW, diantaranya PLTBg Sawit Graha Manunggal, PLTBg Unggul Lestari, PLTBg Maju Aneka Sawit, PLTBg Sukajadi Sawit Mekar, dan PLTBm Korintiga Hutani.
Hal ini menjadi terobosan pemenuhan energi, sehingga PLN tidak perlu membangun pembangkit baru, dan solusi memperkuat pasokan listrik di daerah yang notabenenya terisolasi.
Kemudian, dalam kesempatan ini pula, Direktur PT Tapian Nadenggan Budhi Dharmawira, turut berterima kasih kepada PLN, karena telah diajak menjadi bagian dalam menerangi pelosok Tanah Air.
“Mewakili perusahaan, kami mengucapkan terima kasih bahwa mulai hari ini perusahaan kami menjadi bagian dari upaya besar PLN untuk menerangi seluruh pelosok tanah air, khususnya di Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah,” ungkapnya.
Dirinya lebih lanjut mengatakan, transformasi energi listrik menggunakan EBT, dan akselerasi ekonomi berbasis teknologi ramah lingkungan, menjadi perubahan yang sangat penting untuk perubahan ekonomi yang selaras dengan arah kebijakan pemerintah.
Adapun kehadiran program ini merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global guna wujudkan Indonesia yang bersih dan kemandirian energi, sehingga meningkatkan kapasitas ketahanan energi nasional sesuai dengan prinsip Environmental Social Governance (ESG).