Jepang Ingin Fokus untuk Jalur Utara
TERAS7.COM – Rencana perpanjangan kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Surabaya akan tetap berjalan, meski Jepang menolak tawaran pemerintah Indonesia untuk bergabung dengan konsorsium Cina.
Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi. Menurutnya, tim ahli dari Tiongkok (Cina) akan dikirim untuk melakukan studi proyek dimaksud.
Pertengahan tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan konsorsium perusahaan Indonesia dan Cina, PT. Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), dilanjutkan sampai Surabaya, Jawa Timur, untuk menghemat biaya yang membengkak (cost overrun) akibat keterlambatan pengerjaan.
Jokowi ketika itu berharap, agar proyek tersebut digabungkan dengan Jepang yang saat ini tengah melakukan studi kelayakan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
Namun tawaran itu tidak mendapat sambutan positif dari Jepang.
“Mereka ingin fokus untuk yang jalur utara dulu,” kata Jodi, merujuk pada proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya yang direncanakan bakal merevitalisasi jalur kereta api di pantai utara Jawa.
Pemerintah kemudian dikabarkan menawarkan proyek kereta cepat untuk dilanjutkan Cina. Tawaran tersebut terungkap saat pertemuan Menteri Luar Negeri Wang Yi dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan di Toba, Sumatra Utara, pekan lalu.
“Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung juga diharapkan dapat diperpanjang menjadi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung-Surabaya,” kata Luhut dalam keterangan tertulis kementerian pada Kamis.
“Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan kepada Presiden Xi Jinping agar RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut,” sambungnya.
Jodi mengatakan tawaran itu disampaikan, karena pemerintah membuka kesempatan bagi investor dari negara mana saja yang ingin bergabung dalam konsorsium proyek kereta cepat Jakarta-Bandung-Surabaya.
“Kita pada intinya terbuka untuk investor dari mana saja, termasuk Jepang juga kita tetap welcome,” kata Jodi.
Masih Dalam Tahap Pembicaraan Awal
Pihaknya memastikan proyek yang ditawarkan kepada pihak Cina berbeda dengan yang saat ini tengah dikerjakan Jepang.
“Ini kan rute berbeda dari Jakarta-Surabaya yang sedang dikerjakan Jepang. Tapi semua masih dalam tahap pembicaraan awal,” tukas Jodi.
Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) memulai studi kelayakan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya pada September 2019.
Konstruksi proyek sepanjang 700 kilometer (km) yang diharapkan menyingkat perjalanan Jakarta-Surabaya menjadi 5 jam 30 menit itu ditargetkan bisa mulai pada pertengahan 2022 dan selesai pada 2025.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dalam kunjungannya ke Indonesia akhir Oktober, mengatakan dia dan Jokowi bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang infrastruktur, termasuk kelanjutan proyek MRT Jakarta dan kereta semi cepat jalur Jakarta-Surabaya untuk membantu pemulihan ekonomi akibat pandemi.
Adapun progres pengerjaan kereta cepat Jakarta-Bandung hingga akhir 2020, telah mencapai 64,4 persen, sebut Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra.
Proyek yang ditargetkan rampung pada tahun 2022 ini sempat mengalami penundaan akibat pembatasan mobilitas pekerja dan pasokan material dari Cina ke Indonesia karena pandemi dan persoalan keselamatan kerja.
Kemajuan tersebut, meliputi capaian realisasi lima terowongan dan juga 1.741 batang pier struktur jalur layang. Saat ini KCIC tengah menunggu pengiriman sebanyak 12.000 batang rel kereta dari Cina dengan potongan masing-masing 50 meter.
KCIC enggan menyebut berapa anggaran yang telah dihabiskan untuk proyek ini. Namun pemerintah sebelumnya mengestimasikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung bakal menghabiskan biaya hingga Rp80 triliun dengan 75 persennya berasal dari Cina.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada pertengahan 2020 mengatakan, jika proyek ini jadi diteruskan hingga Surabaya, maka jalur yang akan dilalui adalah Jawa bagian selatan seperti Garut dan Tasikmalaya di Jawa Barat dan Purwokerto, Yogyakarta dan Solo di Jawa Tengah.
Kesepakatan yang Kompleks
Yusuf Rendy Manilet, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, menilai kerja sama trilateral yang ditawarkan pemerintah kepada Jepang sebagai kesepakatan yang kompleks, terutama dari segi imbal hasil ketika proyek kereta cepat Jakarta-Bandung-Surabaya selesai dikerjakan.
“Permasalahannya ada pada bagaimana pemanfaatan setelah proyek selesai, bagaimana imbal hasil atau keuntungan dalam periode jangka waktu tertentu. Masalah teknis seperti ini tidak mudah dinegosiasikan,” kata Yusuf melalui sambungan telepon, Selasa.
Di tengah kehadiran Cina sebagai kekuatan baru di Asia, Yusuf menduga negara ini ingin mendapatkan keuntungan lebih.
“Apalagi Jepang dan Cina ini, di luar konteks teknis, tengah berusaha merebut ‘hegemoni’ di Indonesia. Tentunya Jepang tidak ingin (pengaruh Cina lebih besar), karena mereka sudah lebih dulu berinvestasi di sini.”ucap Yusuf.
Yusuf mengatakan, dengan batalnya potensi pendanaan tambahan dari Jepang dalam proyek ini, maka linimasa pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung juga berpeluang untuk menjadi mundur.
Akan tetapi, pemerintah masih berpeluang mendapatkan investasi dari negara lain melalui lembaga pengumpul dana investasi (sovereign wealth fund/SWF), Indonesia Investment Authority, yang baru diluncurkan Presiden awal Januari.
“Apabila pemerintah sukses menjalankan lembaga baru itu, maka bisa jadi pintu masuk untuk pembiayaan kereta cepat. Ketika itu berhasil, saya kira target 2022 bukan hal yang mustahil untuk dicapai,” kata Yusuf.
Selain Cina dan Jepang, Yusuf melihat Korea Selatan sebagai negara yang memiliki peluang untuk ikut terlibat dalam proyek kereta cepat ini.
“Korsel juga punya pengalaman membangun kereta cepat. Terlepas dari itu, trennya juga saat ini Korsel-Indonesia sedang berada di periode honeymoon dalam kerja sama ekonomi karena banyak investasi baru yang masuk dari sana,” ujarnya.
Berjanji Tepat Waktu
Pekan lalu, Wakil Presiden China Railway Group Limited (CREC) Ren Hongpeng mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menyelesaikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tepat waktu meski terhalang pandemi COVID-19.
“Meskipun mengalami kesulitan akibat pandemi, kami akan tetap berusaha menyelesaikan proyek KA Cepat Jakarta-Bandung sesuai jadwal,” kata Ren saat bertemu Duta Besar Indonesia untuk Cina, Djauhari Oratmangun di Beijing.
CREC adalah salah satu investor dan kontraktor kereta cepat yang bertanggung jawab atas pembangunan jalan, jembatan dan terowongan di sepanjang ruas jalur Jakarta-Bandung.
Dalam proyek tersebut, Ren mengklaim pihaknya telah memperkerjakan 6.000 pekerja dari Indonesia.
Djauhari mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi perhatian utama pemerintahan kedua negara dan pintu gerbang untuk pembahasan proyek-proyek selanjutnya.
“Oleh karena itu saya berharap agar proyek ini segera rampung. Apabila proyek ini selesai, maka akan ada pembicaraan proyek selanjutnya,” kata Djauhari.
Kereta cepat Jakarta-Bandung memiliki panjang trase 142,3 km dengan rencana empat stasiun yakni di Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar.
Total nilai kontrak proyek ini mencapai U.S.$ 6 miliar dan digarap oleh tujuh perusahaan yakni China Railway International, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), CREC, Sinohydro Corporation Limited, CRCC Wingdao Sifang Co Ltd, China Railway Signal & Communication Corporation dan The Third Railway Survey Design Institute Group Corporation.
sumber : benarnews.org