Indonesia memulai program vaksinasi COVID-19 pada Rabu (13/1), ditandai dengan penyuntikan Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebagai orang pertama penerima vaksin CoronaVac produksi perusahaan Cina, Sinovac-Biotech.
Penyuntikan Jokowi disiarkan secara langsung oleh televisi nasional dari Istana Kepresidenan Jakarta. Sebelum disuntik di lengan kiri oleh Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Abdul Muthalib, Jokowi yang mengenakan kemeja putih sempat menjalani tes tekanan darah.
“Vaksinasi ini penting kita lakukan untuk memutus rantai penularan virus, memberikan perlindungan kesehatan, keselamatan dan keamanan bagi kita semua masyarakat, dan membantu proses pemulihan ekonomi,” kata Jokowi kepada dalam pernyataan setelah penyuntikan.
“Meskipun telah dilaksanakan vaksinasi, saya ingin memperingatkan kembali tentang disiplin protokol kesehatan, yaitu memakai masker, jaga jarak dan mencuci tangan,” kata Jokowi.
Selain Jokowi, sejumlah pejabat negara, tokoh agama, dan pesohor hiburan turut diinjeksi vaksin CoronaVac di Istana Kepresidenan. Adapun Wakil Presiden Maruf Amin tidak ambil bagian dalam vaksinasi hari ini lantaran melebihi batas usia kriteria penerima, yaitu 18-59 tahun.
BPOM mengatakan uji klinis CoronaVac yang dilaksanakan di Indonesia, Brazil dan Turki menggunakan subjek pada rentang usia penerima vaksin 18 sampai 59 tahun, sehingga keamanan untuk penggunaan untuk usia di atas itu tidak diketahui.
Vaksinasi Covid-19 Direncakan Berlangsung Dua Gelombang
Vaksinasi Covid-19 direncakan berlangsung dalam dua gelombang, mulai Januari 2021 hingga Maret 2022.
Gelombang pertama dimulai 14 Januari-April 2021dengan sasaran tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang, serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada fasilitas layanan kesehatan.
Adapula petugas pelayanan publik seperti anggota TNI/Polri dan aparat yang berinteraksi langsung dengan masyarakat seperti petugas bandar udara dan pelabuhan.
Sementara gelombang kedua digelar dalam kurun April 2021 hingga Maret 2022, dengan menyasar kelompok masyarakat rentan baik dari aspek geospasial, sosial, atau ekonomi; serta masyarakat dan pelaku ekonomi lain dengan merujuk ketersediaan vaksin.
Secara total, Indonesia akan melakukan vaksinasi kepada 70 persen total penduduk atau 181,5 juta orang hingga Maret 2022 untuk mencapai kekebalan populasi.
Indonesia mencatat rekor jumlah kasus COVID-19 harian sebanyak 11,278 pada Rabu, menjadikan total kasus positif mencapai 858.043, menurut data Kementerian Kesehatan. Angka kematian bertambah 306 dalam 24 jam terakhir, menjadikan total korban jiwa mencapai 24.951.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Senin bahwa Indonesia diperkirakan akan mendapatkan antara 54 juta hingga 108 juta dosis vaksin secara gratis melalui GAVI (Global Alliance for Vaccines and Immunization).
Efikasi
Sinovac beroleh izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Senin (11/1), dengan efikasi sebesar 65,3 persen. Disusul pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan vaksin halal dan suci untuk digunakan.
Dalam pernyataan terbaru mereka Selasa, peneliti di Brazil mengatakan bahwa efikasi vaksin CoronaVac mencapai 50.4 persen dalam uji coba di negara Amerika Selatan itu, Reuters melaporkan.
Angka ini sedikit melebihi persyaratan yang ditetapkan WHO untuk vaksinasi COVID-19, yaitu 50 persen efikasi.
Indonesia telah menerima 18 juta vaksin Sinovac dari Cina, dengan 15 juta di antaranya berupa bahan baku vaksin yang bakal diproses perusahaan farmasi milik negara Bio Farma.
Dalam rapat kerja bersama Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kemarin, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah telah memiliki kontrak pembelian vaksin sebanyak 270 juta dosis, dari kebutuhan total 426 juta.
Pemerintah pun, terang Budi, kini dalam tahap akhir negosiasi dengan Pfizer untuk melengkapi pembelian vaksin menjadi 329 juta dosis.
Sisanya, akan dicukupkan pemerintah dengan mengupayakan vaksin gratis dari Covax/Gavi, wadah kerja sama multilateral pengembangan vaksin Covid-19.
Kontroversi Pesohor Sebagai Penerima Pertama
Meski pemerintah pusat menetapkan vaksinasi secara nasional per Kamis (14/1), Jakarta baru akan memulai penyuntikan vaksin pada Jumat.
“Seperti disampaikan Wagub (Ahmad Riza Patria), banyak tokoh yang akan divaksin puasa Senin-Kamis, sehingga disepakati menjadi Jumat pagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti kepada BenarNews.
Widyastuti menambahkan, Gubernur Anies Baswedan dan Ahmad Riza tidak termasuk ke dalam daftar penerima vaksin pada Jumat dikarenakan pernah terpapar Covid-19.
“Karena pernah terkonfirmasi positif, untuk saat ini tidak menjadi sasaran penerima vaksin,” lanjut Widyastuti.
Selain tokoh masyarakat yang menjadi panutan, vaksin Sinovac di wilayah DKI Jakarta akan diberikan kepada tenaga kesehatan dengan total penerima sebanyak 119.145 orang.
Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh, dikutip dari laman Kompas.com, mengkritisi langkah pemerintah yang mengajak pesohor sebagai penerima vaksin pertama, alih-alih memilih perwakilan DPR.
“Tidak ada pimpinan DPR, misal, Ibu Puan Maharani dan jajarannya. Tidak ada satu pun, kami kalah dari artis,” kata Nihayatul di laman tersebut.
Adapun pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai keputusan pemerintah yang mengajak pesohor sebagai penerima vaksin pertama di Indonesia, selain Presiden Jokowi, pejabat publik, dan tokoh agama sebagai hal wajar.
Menurut Trubus, kebijakan itu merupakan bagian komunikasi publik pemerintah yang ingin mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk melakukan vaksinasi.
“Saya melihatnya sebagai stimulus dan pendorong partisipasi masyarakat, jadi sangat dapat dipahami,” pungkas Trubus.