TERAS7.COM – Balogo merupakan salah satu jenis permainan tradisional dari Kalimantan Selatan. Nama Balogo sendiri diambil dari kata logo, karena permainan itu menggunakan logo.
Permainan tradisional Suku Banjar ini biasanya dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa, baik secara beregu maupun perorangan, dengan jumlah pemain terdiri atas satu hingga tiga orang.
Masing-masing tim yang beranggotakan beberapa pemain harus dapat meruntuhkan logo pasang/target yang membentuk piramida mini dengan logo lain yang terbuat dari tempurung kelapa atau dalam bahasa lokal disebut ‘logo tanding.
Permainan ini juga menggunakan sebuah alat yang disebut panapak atau campa. Bentuknya seperti alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 centimeter (cm) dan lebar empat cm. Fungsi alat ini untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan merobohkan logo yang dipasang saat bermain.
Cara memasang logo adalah dengan mendirikannya secara berderet ke belakang pada garis-garis melintang dengan jarak 3-5m.
Inti dari permainan ini adalah keterampilan memainkan logo untuk merobohkan logo yang dipasang. Regu yang paling banyak dapat merobohkan logo lawan adalah yang keluar sebagai pemenang dengan dihitung jumlah perolehan point.
Permainan Balogo dulunya sempat populer di antara tahun 70-90, namun sekarang sangat jarang di temui orang-orang yang, memainkan permainan ini.
Tetapi jika anda berkunjung ke Kabupaten Balangan, anda dapat menyaksikan permainan ini dimainkan, yang letaknya sangat strategis, yaitu di terminal Paringin.
Pertandingan Balogo tersebut dinahkodai oleh komunitas Balogo. Dikatakan oleh Ketua Komunitas Balogo Balangan, H. Yazid Fahri, bahwa mereka memiliki jadwal latihan rutin, yaitu setiap malam setelah sholat isya, serta pagi hari setiap hari minggu, dan terkadang juga sore.
Diungkapkan oleh H. Yazid Fahri selaku Komunitas Balogo Balangan, bahwa adanya mereka dengan olahraga satu ini adalah untuk terus melestarikan permainan Balogo, supaya tidak hilang tergerus oleh zaman.
“Tujuan utamanya kami ada disini adalah untuk pelestarian olahraga tradisional khas Banjar (menolak punah) sekaligus bernostalgia masa kejayaan Balogo di era 70-90an serta temu kangen remaja-remaja pada masa itu,” tuturnya kepada jurnalis teras7.com Kamis (05/11/20).
Lanjutnya, selain untuk menjaga permainan ini, kami juga ingin memperkenalkan olahraga khas Banjar kepada masyarakat luas khususnya di Balangan, dan umumnya pada dunia.
“Selain memiliki ciri khas dari logonya, permainan ini juga memiliki kekhasan lainnya yakini, pemain Balogo wajib menggunakan sarung dan kopiah,” cetusnya.
Di tempat terpisah, salah seorang pemain Balogo yang juga tergabung di komunitas Balogo Balangan yakni Aries Maldini, ia mengatakan bahwasanya kenapa dia suka permainan ini adalah, selain ingin melestarikan permainan tradisional, juga karena olahraganya yang murah dan tidak terlalu ribet.
“Di dalam permainan ini murah dan mengasah akurasi tanpa harus mengeluarkan biaya dan tenaga yg extra,” ungkapnya.
Permainan ini lanjutnya, juga ramah lingkungan karena bahan permainannya 100% alami dan bahannya juga mudah didapatkan disekitar lingkungan.
Karena hanya terbuat dari batok atau tempurung kelapa bekas serta bambu atau paring sebagai pemukul atau stick Balogo dan arena permainan hanya memerlukan lahan seluas 3x30m.
“Harapan dari bubuhan Balogo yakni, olahraga tradisional juga masuk dalam kurikulum pendidikan di semua sekolah maka dengan ini semua anak akan mengenal budayanya sendiri serta ikut melestarikannya dan makin banyak event olahraga tradisional lainnya bahkan kegiatan balogo menjadi salah satu destinasi wisata di Balangan oleh Pemerintah Daerah katanya.
Dengan begitu makin banyak pihak pemerintah dan swasta yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut sehingga permainan balogo di masa akan datang bukan hanya sebuah dongeng belaka tetapi keberadaannya harus dilindungi oleh semua orang.