TERAS7.COM – Reog Ponorogo diupayakan menjadi salah satu warisan budaya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 2010.
Selain menanti keputusan dari UNESCO, Danrem 101/Antasari mengatakan ada upaya lebih yang harus dilakukan, utamanya bagi masyarakat.
Ia mengambil contoh batik, keris dan angklung yang sudah dikenal dan dicintai di seluruh Indonesia sehingga seolah-olah sudah menjadi milik bersama.
Untuk itu agar masyarakat di Indonesia, tak hanya di Ponorogo, mengenal tentang reog, maka event yang melibatkan reog juga harus lebih sering digelar, seperti halnya pada saat penutupan TMMD ke 103 Kodim 1003/Kandangan.
Menurut Danrem 101/Antasari Kolonel Arm Syaiful Rachman S.Sos , Reog berpotensi untuk dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Apalagi belakangan reog mulai makin banyak dipentaskan dalam berbagai kesempatan. Seperti yang terjadi di Lapangan Lambung Mangkurat Kab HSS baru-baru ini.
Pagelaran Reog Ponorogo sambut Danrem 101/Antasari pada acara penutupan TMMD selasa (13/11/2018).
Danrem 101/Antasari, Kolonel Arm Syaiful Rachman dibantu segenap Prajurit Kodum 1003/Kandangan dengan menaiki kesenian Reog Ponorogo.
Tampak was-was namun senyum sumringah terkembang dari Danrem 101/Antasari
“Saya Bangga, penyambutannya luar biasa. Baru pertama kali naik Reog, ternyata rasanya luar biasa, kayak naik Motor trail yang penuh dengan adrenalin di medan pegunungan,” pada penutupan TMMD ke 103 Kodim 1003/Kandangan sekaligus hiburan dan tontonan untuk melestarikan kebudayaan bangsa ujar Danrem 101/Antasari.