TERAS7.COM – KH. Asmuni bin H. Masuni atau terkenal sebagai Guru Danau Amuntai merupakan salah satu ulama yang berpengaruh dan sangat terkenal di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, di mana nama Guru Danau tersebut merujuk tempat asal beliau, yaitu Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Ulama asal Amuntai yang juga merupakan alumni Pondok Pesantren Darussalam pada tahun 1977 ini khusus datang ke Haul ke 22 Syekh H Akhmad Marzuki Bin Syekh H Sulaiman Wali Al Banjari di Handil Malang, Desa Tambak Sirang Baru, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar pada minggu pagi (24/2) untuk memberikan tausiyah pada jamaah yang hadir.
Dalam tausiyahnya yang mengundang gelak tawa jamaah yang hadir, tak terkecuali Bupati Banjar, H. Khalillurrahman atau Guru Khalil ini beliau menjelaskan ciri-ciri seseorang yang disebut sebagai wali Allah menurut Syekh Abdul Qadir Jailani untuk membedakannya dengan mereka yang sekedar mengaku wali Allah.
“Yang pertama Wali Allah itu suka menutupi aib dan mengampuni kesalahan orang lain. Kedua punya ciri lembut dan penuh kasih sayang, tapi bukan berarti terlalu lembut, sampai ada cerita, ‘guru, ditempat kami pengajian tambah banyak, tapi maksiat tambah banyak juga.’ Itu akibatnya bila ulama cuma dianggap tempat meminta berkah dengan membacai air,” ujarnya disambut gelak tawa jamaah.
Guru Danau pun menekankan, walau lembut dan penuh kasih sayang, seorang wali Allah itu juga kuat dalam melaksanaan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyuruh ummat mengerjakan yang baik dan mencegah dari perbuatan yang buruk.
“Makanya syukur Alhamdulillah ada ulama jadi pejabat, yaitu Guru kita Bupati Banjar. Itulah berkat ulama jadi pejabat, setiap pekerjaan ada ‘ujungnya’, jadi ulama tidak ada di ‘peujungan’ lagi, makanya tegak amar ma’ruf nahi munkar,” tambahnya disambut senyum Guru Khalil.

Guru Danau melanjutkan bahwa ciri wali Allah yang lain adalah suka memberi makan orang lain dan suka sholat malam ketika orang lain sedang terlelap tidur.
“Tidak seperti kita yang suka makan dijamu orang, wali Allah itu suka menjamu orang dengan makanan. Tidak seperti kita orang awam, kalau menjamu pasti agak marah di dalam hati, tak paham kawan ini dengan situasi kantong teman. Juga wali Allah itu suka sholat malam, bahkan ada wali Allah dari kalangan perempuan, Rabiatul Adawiyah namanya, sampai sholat Sunnah 1000 rakaat dalam semalam. Kalau ada yang seperti itu berani aku menjujur 1 buah mobil Alphard,” ujar Guru Danau lagi yang juga menimbulkan gelak tawa hadirin.
Keberanian dalam berdakwah, tidak takut menghadapi ancaman hingga kemiskinan menjadi ciri lain dari seorang wali Allah ujar Guru Danau.
“Jadi wali Allah itu menganggap harta yang ada sementara aja, mereka sampai rela sedekah habis-habisan, tapi rejeki tetap mengalir. Karena wali Allah itu tujuan hidupnya hanya untuk menyenangkan hati Rasulullah, kalau senang hati Rasulullah maka Allah pasti ridho, itu yang penting dalam hidup ini,” ujarnya.
Guru Danau pun mewanti-wanti bagi jamaah yang hadir, jangan ada yang berani mengaku-ngaku wali Allah karena hukumnya sangat berat.
“Kalau ada yang mengaku wali tapi bukan wali, maka hukumnya murtad. Berkata alin tapi alfatihan tidak betul ya jangan mengaku wali Allah, karena dasar wali Allah itu adalah ilmu dan ibadahnya. Yang shahih lagi, yang dapat disebut wali itu seluruhnya pernah didatangi Rasulullah dalam mimpi,” jelasnya.
Guru Danau pun berpesan agar jamaah dapat mengikuti akhlak para wali Allah, seperti senyum, pemurah dan punya budi pekerti yang baik sebagai wujud cinta kepada para wali Allah.
“Makanya para wali Allah itu senyumnya nyaman dilihat dan yang pasti wali Allah itu pemurah. Karena pemurah itu orang yang diridhoi Allah, sedangkan orang pelit itu musuh Allah, walaupun alim, yang bahkan tidak mau mengajar ilmu agama tidak mau kalau tidak ada amplopnya, moga selamat pesantren-pesantren kita dari yang seperti itu. Tapi kalau mau melihat orang pelit itu cirinya mudah, lihat kucing disekitar rumahnya, kalau kurus pasti pelit,” ujarnya yang kembali membuat jamaah yang hadir tertawa.
“Juga jangan tertipu dengan harta dunia, makanya mari kita berdoa agar diwafatkan Allah ketika sedang menuntut ilmu, karena sudah pasti mati syahid. Juga kalau punya anak jangan sampai dihina-hina, kalau nanti dikabulkan Allah. Jadi walau tidak suka doakan saja yang bagus-bagus, insya Allah ada kebaikan bagi si anak,” tambah Guru Danau.