TERAS7.COM – Tradisi bagarakan sahur, yang dahulu menjadi ciri khas Ramadan di Kalimantan Selatan, kini mulai jarang ditemui, termasuk di Kabupaten Balangan. Tradisi ini dulunya melibatkan anak-anak dan remaja yang membangunkan sahur dengan memukul botol kaca, panci, besi, hingga bambu, menciptakan irama meriah yang menggema di permukiman.
Sebelum turun ke jalan, para pemuda biasanya berlatih bersama agar suara tabuhan terdengar kompak dan serasi. Selain membangunkan warga untuk sahur, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat kebersamaan.
Namun, dalam satu dekade terakhir, suasana tersebut perlahan berubah. Tradisi bagarakan sahur kini lebih banyak dilakukan dengan pengeras suara yang diarak menggunakan mobil atau sepeda motor. Sayangnya, lagu-lagu yang diputar tidak selalu bernuansa Ramadan dan volume suara kerap kali terlalu keras, bahkan hingga mengganggu kenyamanan warga.
“Saya hampir tidak pernah lagi mendengar anak-anak zaman sekarang membangunkan sahur dengan alat-alat seperti dulu. Sekarang hanya pakai speaker keliling kampung,” ujar Irul, warga Balangan, Rabu (12/3/2024).
Perubahan ini memicu beragam tanggapan. Sebagian warga mengaku rindu akan suasana Ramadan yang lebih sederhana dan sarat makna, sementara yang lain menganggap perubahan adalah bagian dari perkembangan zaman.
Meski mengalami pergeseran, bagarakan sahur tetap menjadi bagian dari warisan budaya lokal yang memperkaya tradisi Ramadan di Balangan. Pelestarian nilai-nilai dalam tradisi ini dinilai penting agar generasi muda tetap mengenal dan menghargai kearifan lokal yang telah mengakar di tengah masyarakat.