TERAS7.COM – Indonesia dari dulu terkenal sebagai negara agraris karena ekonominya bertumpu pada sektor pertanian dan masyarakatnya bekerja mayoritas menjadi petani.
Semakin berkembangnya zaman sektor pertanian semakin ditinggalkan, terutama oleh generasi muda atau milenial yang lebih tertarik ke bidang lain.
Akan tetapi karena jumlah pekerjaan yang ditawarkan dengan peminatnya yang tidak sebanding, persaingan pun jadi ketat, banyak milenial yang gagal dan terpaksa menganggur.
Teras7.com mencoba untuk menggali potensi sektor pertanian bagi milenial dengan berkunjung ke beberapa petani yang ada di Kabupaten Banjar
Salah satunya Amin Tohari (51), Ketua Kelompok Tani Maju Bersama, Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura yang menggarap 4 hektar lahan pertanian buah dan sayuran.
Amin Tohari mengatakan ia menanam berbagai buah dan sayur, diantaranya adalah semangka, melon, tomat, terong, kacang dan pare.
“Tapi berhubung saya mau mudik ke Jawa, kali ini saya tidak menanam sayur. Selesai lebaran baru saja kembali lagi menanam sayur. Jadi sementara ini buah semangka dan melon saja yang beberapa hari hingga beberapa minggu ke depan akan panen,” ujar pria yang sudah 6 tahun berdomisili di Desa Tungkaran ini.
Ia mengungkapkan tamanan buah dan sayur rata-rata menghasilkan keuntungan yang lumayan bagus dan sangat jarang terjadi kerugian.
“Misalnya yang kami tanam ini, yaitu semangka dan melon. Ongkos produksinya mulai dari menanam hingga dipanen sebesar 4000 rupiah perpohon dan bisa menghasilkan semangka dengan berat rata-rata 4 sampai 7 kg. Kalau dijual perkilo harganya 4000 rupiah, kalikan saja misalnya 4 kg, kita sudah berhasil mendapat keuntungan lebih banyak. Anggap saja 85% hasilnya bagus, kalau dihitung-hitung 1 hektar bisa menghasilkan keuntungan 15 juta. Sementara untuk sayur saya tidak pernah rugi, karena rata-rata bisa mendapat untuk 300 sampai 700 ribu perhari,” jelasnya.
Walaupun menguntungkan bagi petani, menanam buah dan sayur, seperti semangka khususnya tidak bisa sembarangan dan memerlukan keahlian.
“Perlu belajar untuk bertani ini, misalnya bagaimana cara mengawin-silangkan antara bunga jantan dengan bunga betina semangka agar hasilnya lebih sempurna. Masalah kualitas tanah juga perlu diperhatikan, kalau rendah perlu diberi pupuk agar subur,” ucap Amin Tohari.
Ia menambahkan hasil pertaniannya seperti sayuran dijual di sekitar Kabupaten Banjar hingga Kota Banjarmasin, sedangkan buah hingga mencapai Muara Teweh, Kalteng.
Bidang pertanian ini dapat menjadi bidang yang sangat potensial ujar Amin Tohari bagi generasi muda yang belum memiliki pekerjaan dan menganggur.
“Saya sendiri awalnya bertani tanpa modal. Saya sendiri menggunakan lahan yang saya pinjam dan diberikan bantuan modal, sekarang sudah berkembang dan bisa mendapatkan penghasilan lebih besar dari pegawai, tergantung kerja keras. Petani pemula pun kalau tekun bisa mendapatkan keuntungan rata-rata 4-5 juta rupiah, jauh lebih tinggi dari pegawai yang baru sekitar 2-3 juta. Yang penting bisa mendapatkan dan menjaga kepercayaan dari pemilik lahan untuk merawat lahannya dan bekerja keras dalam bertani,” ungkapnya.