TERAS7.COM – Cerita yang turun temurun di kisahkan kepada turunan warga Luklua, termasuk kepada penulis, yang kebetulan pernah berdiam di pinggir Sungai Luklua, cerita sepasang naga ini begitu melekat, meskipun dengan berbagai versi.
Luklua, sebuah kawasan pemukiman yang kini berstatus menjadi bagia Desa Jambu Hilir Kecamatan Kandangan. Nama Luklua sendiri oleh sebagian besar warga yang berdiam disana, merupakan sebuah nama yang merujuk pada mitos mengenai kejadian berubahnya sepasang suami istri menjadi naga yang kemudian turun ke sungai, sehingga nama Luk berasal dari kata Taluk, dan Lua adalah nama lain sebutan ular besar alias naga, Luklua, Taluk Naga.
Menurut cerita yang beredar dan di yakini oleh warga setempat, terutama turunan asli yang juriatnya sudah berdiam ratusan tahun didaerah tersebut, dahulu sekali, ada sebuah keluarga yang pekerjaan sehari – harinya selain bertani adalah mencari ikan di anak sungai Amandit, di Kandangan.
Suatu ketika, meskipun sudah kesana kemari membawa tangguk besar untuk menangkap ikan, tidak ada seekor ikan pun yang bisa mereka tangguk (tangkap). Matahari pun sudah sangat menyengat balukuk (punggung) suami istri pencari ikan tersebut, namun karena ingat tidak ada ikan menemani nasi untuk makan mereka dan anak laki laki mereka dirumah, suami istri ini tidak berputus asa menangguk berharap dapat ikan.
Tangguk yang dibawa, tidak terhitung lagi diangkat berulang-ulang, akhirnya tangguk yang mereka gunakan terasa lebih berat, setelah diangkat terdapat sebutir telur yang sangat besar dibandingkan telur ayam.
Karena tidak tahu telur apa yang di dapat, dan tidak seperti biasanya ada telur di sungai, telur tersebut mereka masukkan lagi ke dalam sungai. Anehnya, setiap kali mereka mengangkat tangguknya, telur tersebut masuk dalam tangguk, berulang kali pula telur kembali dimasukkan kedalam sungai.
Akhirnya, karena lelah menangguk tanpa satupun ikan yang di dapat, akhirnya telur itupun dibawa pulang. Sesampainya di rumah, anak kesayangan mereka sedang tidur pulas. Karena tidak mendapatkan ikan, maka telur itu pun direbus. Setelah matang, telur itu mereka makan sebagai lauk teman nasi.
Begitu perut mereka kenyang, keanehan terjadi, perlahan-lahan suami istri tersebut berganti rupa menjadi dua ekor naga yang besar. Tentunya hal ini membuat mereka terkejut, apalagi sang anak yang baru bangun tidur, yang ketika bangun langsung berhadapan dengan 2 naga besar.
Anak itu pun menjadi ketakutan, langsung dua naga tersebut menerangkan, bahwa mereka adalah orang tuanya, yang berubah menjadi naga setelah makan telur yang mereka dapat di sungai. Sang anak pun menangis karena sedih, melihat itu, kedua naga itu segera menjilati pipi putra mereka yang sangat mereka sayangi itu.
Setelah anaknya tenang, ayahnya menasehati, agar tidak makan telur di atas dulang. Telur itu adalah telur naga putih yang hidup di sungai tempat mereka sering mencari ikan dan siapa saja yang memakan telur itu akan menjadi naga seperti mereka.
Setelah meninggalkan pesan itu, kedua naga itu pun terjun ke dalam sungai dengan cara belungsur masuk ke dalam sungai. Sampai kini, tempat yang dipercaya sebagai lungsuran naga tersebut masih ada, terjepit diantara padatnya rumah warga.
Karena itu pulalah, daerah tersebut di kenal sebagai Luklua, karena di percaya di lokasi tersebut ada Taluk yang di huni naga, Luklua, Taluk Lua (naga). Bagi yang keturunan ‘langsung’ terutama yang wanita, ada kepercayaan apabila ingin menikah, maka salah satu prosesi bemandi mandi selalu disertai dengan campuran air Sungai Luklua dan Sungai Amandit, meskipun prosesi itu berada di luar pulau Kalimantan sekalipun.