TERAS7.COM – Dalam rangka memperingati Hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke 98, Kyai Wahab Foundation bersama PCNU Jakarta Pusat gelar webinar dan peluncuran buku “KH Abdul Wahab Chasbullah” secara virtual. Jumat (12/02).
Dalam acara webinar ini turut hadir beberapa pembicara berkompeten dibidangnya, antara lain KH Agus Sunyoto, Prof Ali Munhanif, Ph. D selaku Sejarahwan Islam, Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Suwandi D Pranoto selaku Wakil Sekretaris PBNU.
Acara dibuka oleh Ketua PBNU dan Pembina Kyai Wahab Foundation, KH H Hasib Wahab, kemudian dilanjutkan Gus Syaifuddin, selaku Ketua PCNU Jakarta Pusat yang menyatakan bahwa dalam menyambut satu abad kiprah Nahdlatul Ulama maka diselenggarakanlah acara ini dengan tujuan menggali kembali teladan Kiai Wahab.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, A Irfan Mufid.
Pembicara di acara tersebut, KH Agus Sunyoto menjelaskan bahwa Kiai Wahab sendiri merupakan tokoh yang memimpin rombongan Komite Hijaz, dengan misi membawa pesan dari kalangan ulama tradisional untuk melobi Raja Saudi penguasa baru di Tanah Arab.
“Bermaksud agar penguasa tersebut mampu memelihara warisan-warisan Islam zaman Rasulullah dan Sahabat, dan juga untuk kehidupan bermadzhab dapat diperbolehkan. Sehingga penggusuran makam Rasulullah dan yang lainnya bisa digagalkan,” ujarnya.
Lanjutnya, dalam konteks nasional ia pernah mendapat penjelasan dari Gus Dur, bahwa Kiai Wahab memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luar biasa tentang eksistensi golongan, partai politik dan ideologi.
“Dengan latar belakang Kiai Wahab dari pesantren, maka tidak bisa dianggap remeh, justru dengan penguasaan geopolitik itulah Kiai Wahab mampy membawa NU keluar dari Masyumi, karena posisi NU sendiri didalam Masyumi tidak menguntungkan secara sosial politik,” jelasnya.
Kiai Wahab sendiri menurutnya merupakan ulama yang ahli ushul fikih, yang mana hal tersebut selalu Kiai Wahab gunakan sebagai pisau analisis dalam mengambil keputusan politik maupun menerima pemikiran dari luar yang berbeda, namun tetap dijadikannya partner dalam berjuang.
Sedangkan, Sejarahwan Islam, Ali Munhanif menyampaikan bahwa Kiai Wahab menurutnya merupakan pelopor, arsitek, desainer, bahkan engine atau mesin dalam gerakan NU.
“Fiqh Wathoniyah (Fikih Kebangsaan) yang dikembangkan Kiai Wahab menjadi landasan penting dalam menangkap pluralisme atau semangat kemajemukan yang dimiliki umat Islam di Indonesia,” terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa Kiai Wahab telah mengantarkan landasan berfikir tentang nasionalisme Indonesia melampaui zamannya. Hal itu dapat dilihat dari Lagu “Ya lal Wathon” yang diciptakan Kiai Wahab sebelum kemerdekaan.
“Hari ini lagu tersebut bisa dinyanyikan oleh siswa BPK Penabur dengan fasih dan tanpa beban. Semangat kemajemukan dalam bingkai nasionalisme sedang menemukan momentumnya saat ini,” tuturnya.
Kiai Wahab menginginkan kalangan pesantren berdaya secara ekonomi, sehingga leluasa dalam berdakwah, hal itu menurutnya bisa dilihat dari Pembentukan Nahdlatut Tujjar oleh Kiai Wahab.
“Nahdlatut Tujjar sendiri merupakan semacam asosiasi perdagangan muslim pribumi yang merespon dominasi kelompok kolonial di kota-kota besar di Indonesia,” ucapnya.
Suwadi D Pranoto yang menjadi pembicara terakhir menjelaskan bahwa Kiai Wahab mempunyai posisi sebagai “Muharrik” di NU, yang mana Muharrik bermakna sebagai penggerak benar-benar diejawantahkan oleh Kiai Wahab.
“Dapat dilihat dalam konsolidasi yang dilakukan beliau dengan kiai-kiai di nusantara, maupun saat masih belajar di Mekkah,” ucapnya.
“Untuk menjelaskan sebuah keputusan baik di NU maupun negara, Kiai Wahab tidak hanya melalu mimbar-mimbar resmi, tapi blusukan silaturahim ke pelosok-pelosok Jawa dan luar Jawa untuk menjelaskan maksud dan tujuan keputusan itu diambil kepada para kiai dan para tokoh,” tambahnya.
Dalam diskusi ini juga dilakukan peluncuran buku berjudul ‘Pluralitas dalam Bingkai Nasionalisme’ (Telaah atas Pemikiran dan Perjuangan KH Abdul Wahab Hasbullah) karya Muhammad Izzul Islam An-Najmi (Gus Amik), cucu KH Abdul Wahab Chasbullah.
Acara webinar ini diakhiri dengan tanya jawab dan pembagian doorprize Buku KH Abdul Wahab Chasbullah, Peci NU, Helm NU, Kaos Mbah Wahab dan Smartphone kepada beberapa peserta yang hadir secara virtual.