TERAS7.COM – Genderang pesta demokrasi akbar di Indonesia semakin kencang menggema. Segala tahapan demi tahapan dan pergerakan politik semakain massif disuguhkan publik. Sebab, Pemilu 2024 mendatang merupakan pesta demokrasi terbesar bagi masyarakat Indonesia dan tentunya akan melibatkan seluruh rakyat Indonesia yang telah mendapatkan hak untuk memilih atau yang sudah masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Para politisi sudah mulai menjalankan strateginya untuk menjadi yang terpilih, saling sahut sudah menjadi latar diskusi publik belakangan ini. Mulai dari peraturan-peraturan kepemiluan sampai pada saling adu argument tentang kebijakan-kebijakan publik yang berjubahkan motif politik. Tak luput serta pembahasan tentang keberadaan dan peranan generasi Z dalam warna pesta akbar 2024 mendatang yang tak kalah penting untuk disorot
Generasi Z (GenZ) merupakan istilah satu kelompok yang lahir dalam rentang tahun 1995-2012 dan dapat dipastikan bahwa GenZ merupakan generasi yang sangat lekat dengan kehidupan teknologi dan digital.
Survey BPS pada tahun 2020 mencatat jumlah Proporsi Generasi Z sebanyak 27,94% (74,93 jiwa ), Generasi Milenial (1981-1996) sebanyak 25,87% (69,38 jiwa), Generasi X (1965-1980) sebanyak 21,88% (58,65 jiwa), Baby Boomer (1946-1964) sebanyak 11,56 % (31,01 jiwa), Pre-Boomer (lahir sebelum 1945) sebanyak 1,87% (5,03 jiwa), dan Post Generasi Z (lahir 2013-sekarang) sebanyak 10,88% (29,17 jiwa). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa GenZ merupakan kelompok pemilih terbesar yang akan mendominasi pesta demokrasi 2024 mendatang.
Namun, sekarang yang perlu menjadi perhatian lebih adalah keberadaan generasi Z yang kemudian mulai bersikap apatis terhadap politik. Hal tersebut disebabkan oleh guliran-guliran isuk politik irasional yang banyak disuguhkan di media-media yang kemudian menjadi hidangan basi yang tak lagi layak dilirik.
Buah dari masalah tersebut itulah generasi Z kemudian memilih untuk menjadi acuh dengan isu-isu politik, dan pada akhirnya kehilangan semangat demokrasi, kebosanan, dan lebih memilih untuk tidak menyalurkan aspirasinya (golput), bahkan yang lebih berbahaya lagi adalah mereka kemudian akan menjadi sasaran empuk politisi-politisi nakal untuk membeli hak pilihnya dengan nominal uang (politik uang). Hal tersebut tentunya akan sangat berbahaya pada keberhasilan pesta demoktasi 2024 akan datang.
Antusiasme apatisme politik pada kalangan generasi Z merupakan penyakit yang harus segera disembuhkan, karena mereka merupakan tunas-tunas muda yang di masa mendatang akan menjadi punggawa di Negeri ini. Hal ini tentu menjadi suatu pekerjaan berat bagi semua kalangan terlebih penyelenggara pemilu untuk menerapkan strategi yang tepat agar apatisme politik dikalangan generasi Z ini dapat teratasi sebab sikap pemuda yang didominasi oleh generasi Z yang memiliki kesadaran politik yang tinggi adalah sebuah hadiah indah bagi kedewasaan politik dan demokrasi bangsa kita.
Eksistensi generasi Z sebenarnya dapat didorong melalui berbagai hal. Dianataranya adalah dengan melibatkan mereka dalam bagian dari penyelenggara pemilu secara langsung, hal tersebut tentu akan menjadi pengetahuan baik secara teknis maupun empiris seputar penyelenggaraan pemilu. Selain itu kandidat-kandidat peserta pemilu juga diharapkan bisa memberi ruang kepada mereka minimal untuk menjadi bagian dari tim pemenangan dengan tujuan agar mereka memiliki pengalaman tentang dinamika politik dan kepemiluan yang kemudian akan menjadi proses pendewasaan berdemokrasi.
Tujuan melibatkan generasi Z dalam peranan tersebut dapat melahirkan kesadaran kolektif untuk membentuk kesadaran memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan pilihan politik agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dan retorika politik para politisi demi kepentingan pribadi.
Dan yang tak kalah penting bahwa apatisme politik bisa diatasi dan dicegah dengan kepemimpinan visioner, (jujur, adil, tegas), kepemimpinan yang bertumpu pada intregitas, kepemimpinan yang telah meleburkan antara perkataan dan perbuatan, kepemimpinan yang tidak hanya sekedar menjadikan retorika lisan untuk mengambil empati dan membuat senang semua orang.
Selamat berdemokrasi !!!
Penulis: Untung Prasyatyo. F, S.Pd – Pengamat Sosial