TERAS7.COM – Kota Banjarbaru patut berbangga. Di usianya yang menginjak 26 tahun, kota ini telah resmi menyandang status sebagai Ibu Kota Provinsi (IKP) Kalimantan Selatan.
Namun di balik kebanggaan tersebut, transformasi Banjarbaru sebagai ibu kota ini juga membawa sederet tantangan baru yang harus diantisipasi dengan matang.
Anggota Komisi II DPRD Kota Banjarbaru, Emi Lasari mengingatkan, status baru sebagai ibu kota akan menjadikan Banjarbaru sebagai magnet urbanisasi dari berbagai wilayah sekitar.
“Sebagai ibu kota provinsi, Banjarbaru akan menghadapi gelombang urbanisasi. Jumlah penduduk akan terus meningkat, dan ini akan berdampak pada persaingan dunia kerja, bisnis, hingga tekanan terhadap ruang kota,” jelas Emi.
Salah satu dampak nyata yang mulai terasa saat ini adalah meningkatnya kepadatan lalu lintas, terutama di jalur utama seperti Jalan Ahmad Yani. Emi menilai, kondisi ini harus direspons dengan percepatan pembangunan infrastruktur jalan, termasuk penyediaan akses alternatif menuju kawasan hunian baru.
“Pagi dan sore hari kemacetan sudah mulai terjadi. Ini harus segera ditangani dengan strategi manajemen lalu lintas yang lebih terukur, seperti pengaturan rute transportasi umum, jalur satu arah, serta integrasi konektivitas antar-kecamatan,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pemerataan pembangunan kota. Saat ini, aktivitas masyarakat masih terpusat di jantung kota, khususnya di sekitar Lapangan Murjani.
“Ini tidak sehat untuk jangka panjang. Perlu dibangun pusat-pusat kegiatan baru di kecamatan lain, seperti alun-alun dan ruang terbuka hijau. Tujuannya agar aktivitas masyarakat bisa tersebar, tidak hanya bertumpuk di pusat kota,” tambahnya.
Menurut Emi, pemerataan ini akan berdampak pada peningkatan kualitas layanan publik serta mengurangi tekanan lingkungan di kawasan padat penduduk.
Selain tantangan baru, Emi juga mengingatkan masih adanya pekerjaan rumah lama yang belum sepenuhnya tertangani, yakni persoalan banjir dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kita tidak boleh lupa, tantangan lama seperti banjir dan karhutla juga masih menjadi persoalan yang harus diselesaikan,” pungkasnya.