TERAS7.COM – Ternyata dulu di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan sempat ada bioskop yang berdiri megah. Letaknya di bekas bangunan lama Pasar Bauntung Kota Banjarbaru di Jalan Lanan.
Bioskop ini dibangun oleh arsitek tata Kota Banjarbaru, Van der Pijl pada tahun 1961 atau beberapa tahun sebelum pembangunan bangunan lama Pasar Bauntung tersebut.
Diceritakan oleh salah seorang Tokoh Masyarakat Kota Banjarbaru, Hasbullah atau dikenal Om Abul, bioskop pertama di Kota Idaman ini dikenal dengan sebutan “Bioskop Sederhana” atau “Sederhana Theater”, dan ternyata dimiliki serta dikelola oleh keluarga Van der Pijl sendiri.
“Dulu saat aku Kelas 3 SD bioskop itu sudah ada, itu kelola oleh keluarga Van der Pijl, dan nama bioskopnya Bioskop Sederhana,” ujarnya. Kamis (26/05/2022).
Untuk posisi bangunan Bioskop Sederhana ini, ia mengatakan persis di dalam bagian Pasar Bauntung lama atau yang kemudian menjadi kios-kios pedagang, dan berhadapan langsung dengan los ikan.
Pada saat itu, Bioskop Sederhana ini diakuinya tak pernah sepi peminat. Sebab, selain pertama di Banjarbaru, bioskop ini juga menayangkan film-film koboi dari barat, yang pada zaman itu digandrungi oleh masyarakat.
“Penontonya ramai, yang nonton ada dari berbagai tempat, dan pada zaman itu yang ditayangkan film-film koboi, seperti Django, Sartana, pokoknya saat itu zaman Van der Pijl digandrungi film-film koboi,” bebernya.
Tak hanya film barat, Bioskop Sederhana dikatakan Om Abul, juga menayangkan sejumlah film Indonesia, dengan bintang saat itu, Rhoma Irama, Widyawati, dan Yenny Rachman.
Bioskop itu pun lanjutnya, dilengkapi dengan kursi penonton selayaknya bioskop yang ada sekarang. Hanya saja, saat itu masih menggunakan kayu.
Kemudian lanjut Om Abul, pada sekitar akhir tahun 1970, Bioskop Sederhana beralih kepemilikan usai dikontrak oleh TNI Angkatan Udara atau saat itu (AURI), dan berganti nama menjadi “Dirgantara Theater”.
Seiring berjalannya waktu kemudian Dirgantara Theater milik AURI ini pun dikontrak oleh pihak swasta sekitar tahun 1990-an, hingga akhirnya redup oleh banyaknya bisnis pertunjukan film besar yang mulai menjamur.
Setelah tidak lagi beroperasi, peralatan bioskop, seperti kursi, layar, dan lainnya, sampai saat ini tidak diketahui dimana keberadaannya.
Sekarang bekas bangunan Pasar Bauntung itu sudah rata dengan tanah, dan dari informasi yang beredar, disana akan dibangun Convention Center lengkap dengan Ruang Terbuka Hijaunya (RTH).