TERAS7.COM – Meski masih dihadapkan berbagai tantangan global dan domestik, perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) terus melanjutkan tren positifnya pada periode September 2024.
Sektor pertambangan, khususnya batubara, yang tetap menjadi komoditas utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di Kalsel. Selain itu, sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet juga memberikan kontribusi yang penting.
Dilansir dari MC Kalsel, Kepala Djpb Kalsel Syafriadi menuturkan menurut data terbaru, perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2024 tumbuh sebesar 5,23 persen (year on year/yoy).
Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang tetap terjaga. Namun, tekanan ekonomi global seperti fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian geopolitik masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.
“Sedangkan dari sisi belanja pemerintah, bulan Oktober 2024 terus tumbuh dengan baik, terdapat target-target yang harus dicapai dan momentum persiapan menjelang akhir tahun anggaran,” Banjarmasin, Kamis (28/11/2024).
Secara umum, terdapat beberapa indikator yang menunjukkan keadaan perekonomian Kalimantan Selatan yang masih positif tersebut antara lain Tingkat inflasi Oktober 2024 masih terkendali dan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (month to month/mtm) atau mengalami mengalami inflasi sebesar 1,81 persen (yoy), lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 1,71% (yoy).
“Dari lima daerah di Kalsel yang menjadi sampel pengukuran, tingkat inflasi tertinggi pada Kota Tanjung sebesar 2,61 persen (yoy), sedangkan yang terendah pada Kotabaru sebesar 0,78 persen (yoy),” ucap Syafriadi.
Penyumbang inflasi di Kalsel antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, dan sigaret kretek mesin. Pada Oktober 2024, neraca perdagangan di Kalimantan Selatan tercatat mengalami penurunan 7,02 persen dibandingkan Oktober 2023.
Pada 2024, tren surplus neraca perdagangan terus berlanjut meskipun mengalami penurunan secara month to month sebesar 7,65 persen pada Mei sampai dengan Juli yang disebabkan penurunan devisa ekspor akibat turunnya harga batubara dan peningkatan volume impor bahan bakar berupa gasoline dan solar serta minyak pelumas kendaraan bermotor, namun surplus neraca perdagangan Kalsel kembali menguat dan pada September 2024 US$1.189,38 juta dan sedikit menurun pada Oktober 2024 menjadi sebesar US$1.098,43 juta.
Adapun kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan Oktober 2024 telah terealisasi sebesar Rp17,19 triliun atau 75,34 persen dari target. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2023, kinerja pendapatan APBN terkontraksi 11,71 persen.
Kontraksi ini terus menurun jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya. Walaupun secara total pendapatan negara mengalami kontraksi, di sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 6,69 persen dengan realisasi sebesar Rp1,58 triliun.
“Dari sisi belanja negara, realisasi total belanja negara sebesar Rp32,67 triliun atau 83,53 persen dari pagu. Capaian ini meningkat 21,65 persen dibandingkan tahun lalu. Realisasi Belanja untuk Bulan Oktober ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp7,32 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp25,34 triliun” tukasnya.