TERAS7.COM – Satu tahun pasca munculnya Pandemi Covid-19 akibat virus SARS-CoV2 yang pertama kali muncul di Wuhan, Rebuplik Rakyat Tiongkok (RRT) pada Desember 2020 yang lalu, kini pandemi ini belum berakhir.
Dikutip dari situs Worldometer.com pada Senin (7/12), saat ini diseluruh dunia terdapat 67,4 juta lebih orang yang terinfeksi virus ini dengan 46,6 juta orang sudah sembuh dan menelan korban mencapai 1,5 juta orang.
Di Indonesia sendiri ada 575 ribu terinfeksi lebih kasus Covid-19 dengan korban jiwa 17 ribu orang dan 474 ribu orang sudah dinyatakan sembuh.
Dikutip dari VOA Indonesia, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito pada Kamis (3/12) mengungkapkan kenaikan kasus harian positif COVID-19 sempat memecahkan rekor sebesar 8.369 kasus.
Hal ini kata Wiku terjadi karena pemerintah sedang meningkatkan interoperabilitas data COVID-19 dimana pihaknya tengah dioptimalisasi untuk menyingkronkan data COVID-19 yang ada di pusat dengan yang di daerah yang memiliki perbedaan data.
“Angka yang sangat tinggi ini salah satunya disebabkan karena sistem yang belum optimal untuk mengakomodasi pencatatan, pelaporan, dan validasi data, dari provinsi secara real time. Sebagai contoh Papua pada hari ini melaporkan sejumlah 1.755 kasus, yang merupakan akumulasi dari penambahan kasus positif sejak tanggal 19 November hingga hari ini.” ungkapnya.
Selain itu meningkatnya kasus positif COVID-19 setiap harinya, kata Wiku tidak lepas dari menurunnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, dimana berdasarkan hasil pemantauan Satgas COVID-19, tren penurunan kepatuhan masyarakat tersebut terjadi dalam periode libur panjang yang terjadi beberapa kali.
Sampai 27 November, persentase kepatuhan masyarakat dalam memakai masker mencapai 59,32 persen, sedangkan kepatuhan dalam menjaga jarak aman tercatat hanya 43,46 persen.
“Padahal dalam studi yang disampaikan oleh Yilmas Kudai pada tahun 2020, ditemukan bahwa untuk dapat menurunkan angka kasus positif dan kematian, maka minimal 75 persen populasi harus patuh menggunakan masker. Namun nyatanya Indonesia saat ini hanya mampu mencapai 59,32 persen bahkan 42,53 persen dalam kepatuhan menjaga jarak dan tidak berkerumun. Adapun lokasi kerumunan dengan tingkat tidak patuh memakai masker tertinggi berada di restoran dan kedai sebesar 30, 8 persen, di rumah 21 persen, tempat Olah Raga Publik 18,8 persen, di jalan umum sebesar 14 persen, dan tempat wisata 13,9 persen,” jelas Wiku.
Selain itu menurut Wiku, dari 512 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, hanya kurang dari sembilan kabupaten/kota yang patuh dalam menggunakan masker, bahkan yang paling memprihatinkan adalah kurang dari empat persen dari seluruh kabupaten/kota di tanah air yang patuh dalam menjaga jarak.
“Perubahan perilaku adalah modal utama bagi seluruh lapisan masyarakat untuk berkontribusi dalam menekan angka penularan COVID-19. Nyatanya dengan kondisi seperti ini, kepatuhan masyarakat yang rendah dalam memakai masker, dan menjaga jarak menjadi kontributor dalam peningkatan penularan COVID-19, yang berdampak pada kenaikan kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir di Indonesia,” paparnya.
Tak jauh beda dengan situasi di nasional, di Kabupaten Banjar sendiri juga terjadi kenaikan, hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, dr. Diauddin saat ditemui di DPRD Banjar pada Senin (7/12).
Menurut Diauddin, Kabupaten Banjar mengalami tren kenaikan yang sama seperti di nasional, bahkan tren kenaikan di dunia.
“Di tempat kita memang ada kenaikan seperti di nasional dan dunia yang bisa dibilang sedang menghadapi gelombang kedua. Tapi secaera total angka ditempat kita naiknya tak terlalu signifikan,” ujarnya.
Diauddin mengungkapkan hingga Senin (7/12), jumlah kasus terinfeksi Covid-19 di Kabupaten Banjar sebesar 1007 kasus, dengan kasus aktif sebanyak 63 kasus.
“Dimana dari 63 kasus ini, yang dirawat di rumah sakit berjumlah 15 orang, sementara yang menjalani isolasi di Guest House Sultan Sulaiman sebanyak 19 orang,” sebutnya.
Diauddin berpesan agar masyarakat tetap berhati-hati, karena saat ini pandemi Covid-19 belum berakhir, bahkan terjadi kenaikan dan sempat memecahkan rekor.
“Sekarang bisa disebut terjadi gelombang kedua, jadi masyarakat harus tetap hati-hati dan menjalankan protokol kesehatan. Tak perlu dibatasi aktifitas yang dilaksanakan, misalnya Pilkada ini, yang penting protokol kesehatan tetap dilaksanakan,” pesannya.