TERAS7.COM – Lomba Debat Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh Pewadahan Nanang Galuh Intan Banjar 2018 (Naga Intan Banjar) di Gedung Pemuda, Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banjar, Martapura mencapai tahapan final pada sabtu sore (19/1).
Lomba debat yang diikuti oleh 16 tim dari 11 sekolah SMA sederajat di Kabupaten Banjar ini hanya menyisakan 4 tim yang lolos ke tahapan final, yaitu SMAN 1 Martapura tim A, SMAN 2 Martapura tim B, Darul Hijrah Putra dan SMAN 1 Karang Intan.
Dalam final tahap pertama debat ini, permasalahan mengenai penerapan sistem one village one product disetiap desa di Kabupaten Banjar menjadi bahan perdebatan antara SMAN 1 Martapura tim A melawan tim dari SMAN 2 Martapura tim B.
Sedangkan pada final tahap kedua, tim dari Darul Hijrah Putra beradu argumentasi melawan tim dari SMAN 1 Karang Intan mengenai permasalahan pariwisata adalah sektor utama penggerak ekonomi.
Berdasarkan hasil penilaian dari dewan juri yang terdiri atas Kholis Mabruri, Muhammad Akbar dan Afifah Indahsari, lomba debat ini berhasil di juarai oleh tim dari SMAN 1 Martapura tim A disusul oleh SMAN 2 Martapura tim A sebagai runner up dan SMAN 1 Karang Intan sebagai juara ke 3.
Selain diumumkan tim yang menang dan mendapat tropi, sertifikat dan uang pembinaan, juga diberikan penghargaan lain seperti supporter terbaik kepada SMAN 1 Mataraman, partisipan terbaik kepada MAN 3 Banjar dan pembicara terbaik yang diraih oleh SMAN 1 Martapura atas nama Marisa.
Kholis Mabruri, salah seorang Juri menjelaskan bahwa sistem penjurian yang digunakan dalam lomba debat ini adalah sistem gugur dengan beberapa parameter penilaian yaitu matter, manner dan method.
“Pada babak penyisihan 16 peserta kami dibagi jadi 8 sesi debat untuk mendapatkan 8 tim yang akan maju ke babak selanjutnya, lalu dari 8 tim tersebut akan kami adu lagi hingga didapatkan 4 tim untuk berlaga di final. Yang menjadi bahan penilaian kami yang utama ialah bagaimana cara peserta untuk menyampaikan materi yang diperdebatkan, apakah jelas atau tidak, apakah berbobot yang disampaikan dan sesuai tema atau tidak. Juga sikap peserta ketika berada di atas panggung juga artikulasi, body language dan public speaking menjadi penilaian kami,” jelas pria yang pernah menjadi Nanang Kabupaten Banjar Tahun 2012 ini.
Ia pun menambahkan bahwa peserta yang mengikuti lomba debat ini berada diluar ekspektasinya, karena walaupun yang mengikuti masih berstatus pelajar, tapi performa dan semangatnya luar biasa.
“Inilah perbedaan generasi zaman dulu dengan zaman sekarang, karena kemampuan mereka untuk berbicara menggunakan data dan mengolah persentasi diluar dugaan kami. Di zaman kami dulu agak sudah untuk berbicara dengan kemampuan seperti itu, karena kita harus banyak membaca buku. Sedangkan generasi sekarang mereka hanya dengan menggunakan gadget mereka dan terhubung ke internet, mereka bisa mengumpulkan data yang mereka perlukan untuk case building dan berdiskusi,” ungkapnya.
Pria yang pernah menjadi Presenter di TVRI Kalsel ini pun berharap event-event seperti ini bisa terus bertahan di tahun yang akan mendatang karena sangat menunjang bagi generasi muda untuk ikut serta mempertahankan eksistensi pariwisata dan budaya lokal di era digital ini
“Ini merupakan event yang pertama kali di lakukan Naga Intan Banjar, semoga di tahun berikutnya bisa terus berjalan dan pesertanya bisa lebih banyak lagi. Dengan ini pula kami harap bisa menunjang generasi muda untuk menggali sisi positif internet di era digital untuk belajar dan menambah wawasannya, daripada mereka menggunakannya untuk kegiatan yang bahasa kita sekarang, Un-Faedah,” harap Kholis Mabruri.