TERAS7.COM – Sebelum ayam berkokok pun para penjual dan pembeli Pasar Subuh Sekumpul mulai beraktivitas dari jam 02.00 pagi sampai dengan jam 10.00 pagi. Biasanya pengunjung mulai memadati pasar tersebut dari jam 04.00 wita dan semakin padat menjelang siang. Penjual maupun pembeli ini berasal dari macam daerah.

Kebanyakan yang berada di Pasar Subuh Martapura ini merupakan penjual sayur keliling, pengusaha rumah makan, serta para ibu rumah tangga. Pasar Subuh Sekumpul ini merupakan relokasi pasar subuh yang dulunya berada di dekat pasar Sepeda Martapura.
Seperti Bahril Fadilah (42), ia berdagang tahu mentah dan tempe dari tahun 2012 di Pasar Subuh Sekumpul. Untuk tahu biasanya ia ambil dari pabrik di Gang Mufakat.
“Biasanya membawa tahu sampai 8 papan sampai 10 papan dan tahunya dipotong sendiri sesuai ukuran. Ukuran untuk satu tahu panjangnya 3 cm lebarnya 2 cm, untuk satu potong tahu dijual seharga 400 rupiah,” terangnya.
Penjualan tahu biasanya tambah Bahril, dihitung setiap bungkusnya berisi sepuluh tahu dibandrol dengan harga Rp.4.000 dan apabila membeli 1 papan tahu tanpa dipotong harganya sampai Rp. 45.000 per papan.
Sama dengan tempe, ia mengaku hanya menjualkan punya orang, biasanya orang menitip harga Rp 2500 per potong. “Saya menjual kembali dengan harga Rp.3.000 per potong tempe dengan ukuran 8 cm dengan lebar 3 cm,” terangnya.
Omset bersihnya lanjut Bahril, sekitar Rp.100.000 perhari. “Biasanya saya membawa pulang uang seratus ribu rupiah,”ujarnya.
Kendala yang dihadapi penjual tahu dan tempe tambahnya, apabila kedelai kosong maka tahu dan tempe tidak berproduksi sehingga tempe dan tahu mengalami kelangkaan dan harganya pun ikut naik.
Sementara itu Arifin (45) penjual jagung, menyatakan ia mengambil jagung dari Kabupaten Tanah Laut. Biasanya harga satu karung Rp.180.000, dengan isi satu karung 180 biji jagung.
“Jadi saya membeli satuannya hanya Rp1000. Saya menjual satuannya dengan harga 1.500 rupiah perbiji, biasanya para pembeli membeli per sepuluh jagung. Untuk pembeli sendiri biasanya ibu rumah tangga, pengusaha rumah makan dan pedagang sayur keliling. Penjual jagung saya ini lakunya bisa sampai 5 karung perhari dan keuntunganya dari penjualan bersihnya 150.000 rupiah,” paparnya.
Sedangkan jagung kendalanya pada saat musim kemarau, jagung banyak yang rusak buahnya, sehingga tidak layak konsumsi. “Sehingga para penjual seperti saya terpaksa mencari jagung yang masih baik dan cepat-cepatan dengan pengusaha lain.
Harapan kedepanya usahanya ungkap Ridwan, dapat berkembang lebih baik dari yang sekarang dan untuk pemerintah diharapkan mengambil peranan aktif atas kendala yang dihadapi petani kedelai dan jagung.
