TERAS7.COM – Di Pulau Kalimantan tepatnya Provinsi Kalimantan Selatan, ada salah satu seni bela diri yang cukup tersohor pada masanya yaitu seni bela diri Kuntau dahulu, namanya cukup populer di banua. Umumnya dapat kita saksikan pada resepsi perkawinan atau upacara adat.
Sayangnya, mayoritas generasi sekarang alias generasi milenial tidak banyak tahu apa itu kuntau. Kalaupun pernah mendengar istilah kuntau, hanya sekadar tahu tapi nyaris tidak pernah melihat atraksinya secara langsung.
Atraksi kuntau sudah sangat jarang ditampilkan. Perguruannya pun tidak banyak orang yang tahu. Mau berguru, tapi berguru dengan siapa dan di mana.

Minimnya informasi membuat kuntau nyaris terlupakan oleh khalayak. Padahal kuntau adalah bagian seni budaya lokal yang harus dilestarikan eksistensinya dengan mengajarkannya secara terbuka sehingga membuka mata publik dan menarik minat untuk dipelajari.
Syukurlah, sebelum kuntau makin terlupakan, muncul anak muda praktisi kuntau yang ingin seni beladiri leluhur ini tetap lestari di banua bahkan menjadi kebanggaan bangsa hingga mampu merambah dunia internasional.
Adalah Nazarudin Yusuf, pemuda asal Desa Gunung Batu, Kabupaten Balangan ini, gigih memperjuangkan eksistensi kuntau di kampungnya untuk dipelajari.
Lelaki yang kerap disapa Nazar ini, sendiri berasal dari perguruan Hasyim Harimau Teratai Putih yang biasanya perguruan ini melaksanakan latihan di Desa Auh Kecamatan Tebing-Tinggi, Kabupaten Balangan.

Nazar kini telah bisa menjadi guru untuk meneruskan seni bela diri bahari ini, karena dirinya sudah sampai ketingkatan “batamat (ke tahapan berikutnya)” suatu tahapan puncak yang ditunggu dan mendebarkan bagi anggota perkuntauan, pada bagian ini seorang murid diuji oleh gurunya, apakah bisa dikatakan lulus atau belum.
Dengan kata memulai dari satu dua orang murid, kini Nazar telah memiliki belasan murid. Biasanya ia menggelar latihannya di belakang rumahnya, yang kebetulan terdapat tanah lapang sehingga pas digunakan untuk berlatih kuntau.
“Kami biasanya latihan setiap hari Rabu dan Minggu, khusus di gunung Batu, di belakang rumahku, rata-rata usianya sekitar 9 tahun ke atas tetapi ada dua orang yang kecil, karena dia memiliki niat untuk belajar jadi di ikutkan saja, dan syukur karena niatnya memang betul-betul, hasil dari gerakan-gerakan nya cukup bagus,” ujar Nazar ketika ditemui di rumah, Sabtu (14/08/2021).
Dilanjutkan oleh dia, bahwa awalnya dirinya hanya untuk mencari kegiatan kegiatan yang lebih positif ketimbang hanya bermain handphone, lalu timbullah ide untuk melestarikan seni bela diri kuntau ini.
Dikatakan pula manfaat mempelajari seni bela diri kuntau cukup beragam diantaranya untuk perlindungan diri, untuk kesehatan, dan bisa menumbuhkan karakter diri menjadi yang lebih baik karena disini dituntut beradab.
Kini murid dari Nazar pun semakin bertambah, itu kemungkinan dikenakan biasanya ketika malam ia menggelar latihan yang dibuat semacam pertunjukan sederhana, bagi penonton yang menuntun tidak dipungut biaya hanya saja memberikan sumbangan seikhlasnya, mungkin itu yang membuat tertarik.
“Dahulu ada 15 orang kini semakin bertambah, mungkin karena pertunjukan sederhana yang kami tampilkan selama ini sembari latihan,” ujar Nazar.
Bagi yang ingin mengikuti latihan tersebut, tidaklah dipungut biaya ataupun persyaratan lainnya, hanya saja harus memiliki izin orang tua dan kemaun diri.
Pemuda yang kini berusia 17 tahun ini berharap, dengan ilmu yang diberikan olehnya, bisa meneruskan ilmu yang ia ajarkan, dan bahkan melampaui apa yang ia ajarkan atau bisa lebih baik dari gurunya, serta tidak lupa sebagai seorang guru ia berpesan kepada muridnya agar menjadi seperti padi. “Semakin berisi semakin merunduk, artinya meskipun banyak ilmu jangan sombong,” pungkasnya.
Sementara itu, Amin salah seorang murid Najar mengatakan bahwa, ia mengikuti latihan kuntau ini adalah untuk perlindungan diri. “Selain melestarikan budaya kita kalsel juga untuk perlindungan diri, karena kita tidak tahu kejahatan bisa datang kapan saja,” ungkap Amin.