TERAS7.COM – Banjarbaru merupakan kota yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan, di antaranya adalah pengembangan perikanan budidaya.
Secara keseluruhan, berdasarkan data yang dihimpun Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Banjarbaru, ada 12 ribu hektar lahan yang memiliki potensi untuk daerah pengembangan perikanan budidaya. Sekarang, sekitar 10 ribu hektar sudah dikembangkan sebagai kawasan perikanan.
Komoditas ikan air tawar seperti Nila, Lele, dan Patin adalah pengembangan perikanan budidaya yang mendominasi Kota Banjarbaru.
Pernyataan demikian disampaikan oleh Kabid Perikanan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarbaru M Aminuddin Said.
Aminuddin menerangkan, untuk budidaya ikan tawar ini banyak dijumpai di wilayah Mentaos yang sebagian besar masyarakatnya sebagai pembenih ikan.
“Di sana ada UPT Produksi Perikanan Air Tawar yang bertujuan untuk menunjang perikananan di Kota Banjarbaru,” kata Aminuddin kepada Teras7.com, Selasa (19/3).
“Benih-benih ikan yang sudah dipanen oleh warga Mentaos itu kemudian dijual hingga ke luar Kalimantan Selatan, terutama ke Kalimantan Tengah untuk memenuhi kebutuhan permintaan dari petani-petani pembesar,” tambahnya.
Selain itu, Aminuddin juga menuturkan, DKP3 Kota Banjarbaru juga sering mengadakan Bimbingan Teknis dan Pembinaan yang didampingi oleh Penyuluh Perikanan Lapangan (PPL) kepada masyarakat petani ikan untuk mengembangkan sumber daya manusia perikanan yang maju, profesional, sejahtera sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan perikanan, khususnya di wilayah Banjarbaru.
Sementara itu, salah satu pembudidaya ikan tawar yang berada di Jalan Mentaos Timur RT 01 RW 03 (Kampung Iwak) Mahfud kepada Teras7.com, Selasa (19/3) menyampaikan jenis-jenis ikan tawar yang ia budidayakan di kolamnya adalah ikan lele, ikan nila, dan ikan patin.
Berdasarkan keterangannya, ia hanya menjual bibit-bibit ikannya saja dengan tiap jenis bibit ikan memiliki harga yang berbeda. Misalnya bibit ikan lele dijual dengan kisaran harga 150 hingga 180 rupiah perekor, untuk bibit ikan nila seharga 180 sampai 200 rupiah, dan bibit ikan patin dipatok harga seribu sampai dua ribu rupiah perekor.
Ia melanjutkan, bibit-bibit ikan tersebut dipanen satu bulan sekali dengan benih ikan yang dihasilkan mencapai ribuan ekor.
Menurut pengakuannya, selama 10 tahun menjalani profesi sebagai petani ikan belum menemukan kendala maupun kesulitan dalam proses pembudidayaan ikan air tawar tersebut.
Saat musim kemarau atau pengeringan irigasi kemarin, persediaan air untuk kolam ikan yang ia miliki dalam keadaan stabil, hanya saja rawan banjir, ia menambahkan.
“Kami juga dapat sosialisasi yang rutin dan bantuan kolam fiber dari Dinas Perikanan Kota Banjarbaru,” ungkap Mahfud yang satu-satunya membudidayakan ikan lele di Mentaos.