TERAS7.COM – Pemuda pengrajin alat musik tradisional Panting di Desa Takuti Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar ini merasa tidak ada perhatian dari pemerintah setempat.
Padahal, pemuda bernama Busairi ini sudah berusaha mempertahankan dan melestarikan alat musik tradisional asal Kalimantan Selatan tersebut agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Busairi bisa dikatakan merupakan satu-satunya pengrajin alat musik tradisional Panting di Kabupaten Banjar yang masih aktif hingga saat ini.
“Dijenguk pemerintah kesini saja tidak ada, saya senggol melalui instagram, sudah saya tag Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar, tetap tidak ada tanggapan seperti acuh tak acuh,” ungkap Busairi. Senin (22/11/2021).
Busairi berharap pemerintah Kabupaten Banjar melalui instansi terkait bisa memberikan apresiasi dan perhatian kepada pengrajin alat musik Panting seperti dirinya dan pengrajin lainnya.

“Setidaknya ada perhatian pemerintah dalam melihat kondisi pengrajin alat musik panting seperti kami ini, karena sudah jarang ditemui yang mau tetap meneruskan budaya dan tetap melestarikan alat musik asli daerah Banjar di era jaman sekarang ini,” harapnya.
Lebih jauh ia menceritakan, pandemi Covid-19 saat ini sangat berdampak terhadap dirinya sebagai pengrajin, yang mana ia hanya mampu menjual 5 buah Panting per bulannya.
Bahkan, pemuda 23 tahun ini mengaku harus banting setir membuat kerajinan dari kayu sisa pembuatan Panting demi mendapatkan pendapatan berlebih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga sehari-hari.
Masih kata Busairi, alat musik Panting yang ia produksi ini dibuat dengan cara manual atau masih menggunakan cara tradisional menggunakan tangan langsung.
“Kita membuat alat musik Panting ini masih tradisional hanya menggunakan alat seadanya seperti kapak, pahat, palu dan alat seadanya,”jelasnya.
Busairi juga menerangkan kendala yang dialami dalam memproduksi sebuah panting saat ini adalah bahan baku kayu yang sekarang sulit didapatkan.
“Sekarang bahan baku kayu yang semakin sulit didapatkan karena hanya pohon-pohon tertentu saja yang bisa dijadikan bahan baku membuat panting,” tandasnya.
Busairi sendiri sudah menggeluti pembuatan alat musik Panting ini selama 4 tahun terakhir, manis dan pahit dalam menjual pun sudah ia rasakan.
Awal mula dirinya berkeinginan membuat Panting ini pun berawal dari kegelisahannya karena melihat generasi muda saat ini masih banyak belum mengenal apa itu alat musik Panting.
Sehingga mulai dari situ lah tercetus keinginan Busairi untuk membuat alat musik Panting, dan ia namankan Panting Banua Tunggul Dara.