TERAS7.COM – Pangeran Hidayatullah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman atau kemudian disebut sebagai Sultan Hidayatullah Halil Illah merupakan salah satu tokoh sentral dalam Perang Banjar.
Perang Banjar sendiri adalah perang perlawanan Kesultanan Banjar terhadap kekuasaan Kolonial Belanda yang berlangsung pada tahun 1859-1905, atau menurut versi Belanda berlangsung pada tahun 1859-1863.
Dalam perang ini, Pangeran Hidayatullah yang menjadi pewaris dari kakeknya, Sultan Adam Al Watsiq Billah ini disebut Belanda dalam buku De bandjermasinsche krijg van 1859-1863 yang ditulis Willem Adriaan van Rees (1865) sebagai hoofd opstandeling yang berarti Kepala Pemberontak.
Pangeran Hidayatullah memimpin Perang Banjar sejak 18 April 1859 hingga ia tertangkap pada 2 Maret 1862, akibat tipu muslihat Belanda yang juga sebelumnya menyandera ibunya, Ratu Siti yang akhirnya Pangeran Hidayatullah diasingkan Pemerintah Kolonial Belanda ke Bukit Joglo, Desa Sawah Gede, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Selama berada di daerah pengasingan bersama dengan keluarga dan pengikutnya sekitar 40 orang, Pangeran Hidayatullah aktif menyebarkan ilmu agama islam di tempat pengasingan hingga wafat pada 24 November 1904 dalam usia 82 tahun.
Bahkan oleh masyarakat Cianjur dan sekitarnya, Pangeran Hidayatullah di tempat pengasingan dikenal dengan sebutan Ulama Besar Berjubah Kuning.
Karena saat Pangeran Hidayatullah saat ke Masjid Agung maupun saat berdakwah, hampir selalu menggunakan jubah berwarna kuning.
Berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara, pada tahun 1999 pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan kepadanya Bintang Mahaputera Utama.
Bahkan Pangeran Hidayatullah sudah berkali-kali diajukan sebagai Pahlawan Nasional, termasuk pada di masa kepemimpinan Bupati Kabupaten Banjar mendiang KH Khalilurrahman atau akrab disapa Guru Khalil.
Saat memimpin acara haul ke-113 Pangeran Hidayatullah, di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat tanggal 25 November 2017, ia menginginkan Pangeran Hidayatullah dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Karena hingga sekarang Sultan Banjar itu kata Guru Khalil belum mendapat pengakuan pemerintah terkait status tersebut.
Apalagi menurut Almarhum Guru Khalil, Pangeran Hidayatullah adalah seorang Sultan Banjar yang alim dan dikenal gigih melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda selama masa pendudukan di Kalimantan.
Pangeran Hidayatullah kata Almarhum Guru Khalil tidak pernah menyerah dan tetap melakukan perlawanan sengit kepada penjajah sesuai semboyan masyarakat Suku Banjar “Waja Sampai Kaputing” (dari awal hingga akhir).
Hal senada pun disampaikan oleh Keturunan keempat Pangeran Hidayatulah, Pangeran Yusuf Isnendar saat ditemui dikediamannya di Cikampek, Jawa Barat pada Kamis (4/11/2021).
Pada tahun 2017 jelas pria yang akrab disapa Pangeran Cepi ini, pengajuan Pangeran Hidayatullah sebagai pahlawan nasional sudah dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan.
“Mulai tahun 2017, kita mulai mengusulkan agar Pangeran Hidayatullah ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Dan pada tahun 2018, sudah mulai dilakukan penyusunan anggaran penelitian pangeran Hidayatullah,” ungkap Pangeran Cepi.
Setelah dianggarkan, pada tahun 2019 mulai dilakukan penelitian ke Kabupaten Cianjur tempat makam Pangeran Hidayatullah sekaligus tempat pengasingan, sehingga dibuatlah buku tentang Pangeran Hidayatullah.
“Dikarenakan adanya wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), maka anggaran untuk pengajuan pangeran Hidayatullah sebagai pahlawan nasional harus ditunda karena dana digunakan untuk penanganan covid-19,” tuturnya.
Untuk melanjutkan pengajuan penetapan Pangeran Hidayatullah sebagai Pahlawan Nasional kembali dianggarkan pada tahun 2021 ini.
“Semoga dengan dianggarkannya pada tahun 2021 ini maka akan cepat penetapan tersebut dilakukan,” pungkas Pangeran Cevi.