TERAS7.COM – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar Menggelar reses di Desa Mandikapau Timur wilayah Karang Intan.
Selain warga yang berhadir ada juga 26 Kepala Desa (Pembakal) yang hadir di kediaman Anggota DPRD kabupaten Banjar.
Anggota DPRD Kabupaten Banjar, Mulkan mengatakan pihaknya menggaris bawahi yang dominan dalam mempengaruhi peradapan manusia yaitu faktor ketahanan dan majunya ekonomi, keberhasil berkembangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan serta inovasi dan pengusaan teknologi.
“Saya mengajak stakeholder masyarakat hari ini berdiskusi tentang hal terkait ekonomi, karena kondisi saat ini yang dirasakan masyarakat adalah turunya harga benih,” jelasnya (31/10/2022).
Ia menjelaskan di desa ini sangat terasa bahwa sumber pendapatan masyarakat adalah dibidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
“Seperti perkebunan karet yang saat ini anjlok dari 40 sampai 50 persen, yang biasanya sepuluh ribu sekarang hanya lima ribu perkilogramnya,” jelasnya.
Menurutnya pun demikian dengan pertanian hari ini bisa dikatakan gagal panen, karena harga dari gabah kering di kawasan pertanian Kabupaten Banjar setiap tahun hasil panen Rp 50.000 Sekarang Rp 100.000 serta kondisi panen tidak seperti biasa.
“Dalam 1 hektar kita bisa mendapatkan 300 blekan, hari ini meraka hanya mendapatkan 100 blek artinya keberhasilan panen itu sangat rendah, akhirnya menimbulkan harga gabah kering menjadi naik dan otomatis harga beras saat ini rata-rata naik pervarietas dua ribu sampai tiga ribu,” jelasnya.
Kawasan Karang Intan termasuk sentra perikanan untuk pasar-pasar lokal dan regional dan hari ini nmenurutnya para petani ikan menjerit disebabkan naiknya harga pakan.
“kenaikan pakan sudah mencapai 20 persen di hitung mulai Januari kemarin, sekarang harga jual justru turun mulai januari, bisa di hitung modal naik pendapatan turun,” ungkapnya.
Lain lagi peternakan ayam potong yang bekerja hanya 5% saja, tetapi yang paling dominan dari masyarakat tersebut adalah petani karet mencapai 85% dari warga tersebut.
“Apa yang terjadi ketika harga menurun artinya ekonomi dipedesaan tidak baik-baik saja, kenapa saya berbicara ekonomi karena saya merasakan turunnya omset perdagangan, daya beli masyarakat,” jelasnya.
Ia mengataka ikan nila semasa pandemic sempat goyang dan masih bisa di jual keluar dengan 40 kantong plastic sedangkan sekarang hanya 20 katong plastic dalam satu malam.
“Artinya apa daya beli masyrakat turun, harga beras naik, pendapatan turun,” ucapnya.
Sementara itu salah satu Warga Desa Mandikapau Tumur, Ahmad mengatakan dalam kesempatan ini juga menyampaikan aspirasinya kepada Anggota DPRD Kabupaten Banjar tentang harga karet untuk petani.
“Harga karet sekarang ini hanya 5 ribu itu dalam 1 kilogram, dan di jual ke pengepul yang memberi harga tertinggi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan murahnya harga jual yang tak sebanding dengan harga pakan ternak bagi peternak ikan, turunya harga karet yang dimana mayoritas masyrakat Kecamatan Karang Intan adalah petani karet dan pertenak ikan tambak.
“Sekarang harga pakan mahal benar dan di jual di tawar orang ya jadi murah harga ikan sekarang ya mau gimana lagi dari pada kelamaan di tambak,” pungkasnya.