Bagi saya didunia jurnalistik, beliau relasi kesekian yang merupakan seorang alumni sekolah pamong praja, dulunya APDN sekarang terakhir bernama STPDN. Namun beliau merupakan relasi saya yang pertama dari sisi alumni APDN/STPDN yang menjabat sebagai Walikota.
Kini umurnya baru 50 tahun, 27 September nanti 51 tahun. Energik, visioner dan komunikatif. Itulah H Nadjmi Adhani, Walikota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Beliau jadi Walikota Banjarbaru karena ‘gerigitan’ , beliau melihat Banjarbaru meskipun miskin sumber daya alam, namun punya potensi besar di sisi lain.
Bukan faktor ekonomi yang menjadi dasar dirinya maju Pilkada tahun 2015 silam, karena apabila dilihat secara kematangan perekonomian, beliau lebih dari cukup, apalagi beliau dan keluarga hidup secara sederhana, tidak terlalu memusingkan lifestyle terkini. Gaji dirinya sebagai PNS Pemko Banjarbaru, dan gaji istri (Hj Ririen Kartika Rini) sebagai Dosen di Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat sudah sangat cukup menopang kehidupan mereka.
Apalagi beliau juga punya usaha perkebunan yang bekerjasama dengan adik iparnya, yang penghasilannya sangat sangat lumayan.
Sebelum ke politik, beliau mengingatkan seluruh keluarganya, agar jangan ikut campur dalam urusan pemerintah, karena beliau ingin roda pemerintahan tidak terganggu pengaruh keluarga.
Bahkan sang adik pun beliau ‘larang’ untuk menginjakkan kaki di Balaikota Banjarbaru (kantor Walikota Banjarbaru), agar tidak menimbulkan kesan yang membuat orang berprasangka negatif.
Beliau juga memberitahu keluarga, bahwa dengan jabatan sebagai Walikota, maka waktu untuk keluarga akan banyak tersita untuk warga Banjarbaru, meningkatkan mutu kehidupan warga, baik dari sisi ekonomi, kesehatan dan keagamaan.
Untungnya, keluarga memahami, waktu yang tersisa menjadi waktu berkualitas untuk keluarga. Saat sholat, beliau dan keluarga saling mendoakan.
Bahkan saat terjadi musibah wabah pandemik yang menyerang seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali di Kota Banjarbaru, beliau rela tidak terima gaji, beliau sumbangkan semua gajinya untuk penanganan wabah.
Tiap Jumat beliau pindah masjid, seusai Jumatan berkomunikasi masyarakat di sekitar masjid. Nadjmi mencari tahu apa saja keluhan dan saran warga, agar dapat bergerak dengan cepat, mengkoordinasi SKPD terkait, membuat skala prioritas, melakukan penanganan dan perbaikan.
Beliau juga mendorong gerakan subuh berjamaah, dalam kurun waktu setahun terakhir ini saja, Pemko Banjarbaru telah menghadirkan ulama ulama yang terkenal kealiman dan luas pengetahuan agamanya.
Sebut saja antara lain Habib Abdullah Bin Abdurrahman Al Muhdor Tarim, Dr Syekh Hisyam Al-Kamil Hamid As-Syafii, Al Azhar, Habib Murtadho Bin Abu Bakar Bin Thohir, Habib Sholeh Al Jufri, Syekh Munir Mabkhut Alghuli, dan Habib Sholeh Bin Muhammad Al Jufri.
Rangkaian kegiatan tabligh akbar juga turut mengisi perjalanan kota Banjarbaru beberapa tahun terakhir. Bahkan dalam hal ini, Pemko Banjarbaru menghadirkan sosok-sosok ulama seperti Ustadz Abdul Somad, Tuan Guru Bajang, Syekh Muhammad Jaber, Ustadz Das’ad Latif dan lainnya.
Hal itu beliau lakukan, untuk membangun dan membentuk Kota Banjarbaru yang berkarakter religius, karena hal tersebut adalah salah satu misinya, dengan kegiatan religius tersebut menjadi salah satu tonggak utama dalam membangun masyarakat Banjarbaru yang berkarakter.
Lokalisasi yang berada di Banjarbaru beliau tutup, bukan persoalan mudah, namun beliau berhasil melakukannya, dimana pendahulunya kesusahan untuk melakukan. De facto dan de jure, benar benar tutup, tidak hanya di atas kertas.
Tidak ada kericuhan, tidak ada aksi gusur, tidak ada aksi bentrok fisik, semua berlangsung dengan damai, kemampuan komunikasi Nadjmi menyentuh semua pihak. Lokalisasi ditutup bukan tanpa solusi, beliau melalui Pemko Banjarbaru bekerjasama dengan pemerintah pusat, memberikan bantuan modal kerja bagi para ‘pelaku’ usaha esek esek. Tutup dengan solusi.
Tutupnya lokalisasi membuat warga Banjarbaru tidak resah lagi, aktivitas ‘haram’ di lokalisasi tidak lagi mengintai dan menggoda para lelaki hidung belang, setidaknya di Banjarbaru.
Beliau juga berani mengambil keputusan, meniadakan aktivitas malam tanglong di bulan Ramadhan, terlalu banyak mudharatnya, beliau beralasan. Beliau lebih memilih, patuh dengan para ulama ulama, yang memberikan saran, karena malam tanglong selain pesta kembang api, juga terlalu ‘berisik’ di saat bulan Ramadhan, dimana orang ingin lebih khusyuk beribadah. Lebih baik melakukan kegiatan ibadah daripada kegiatan yang terkesan pesta pora.
Nadjmi juga mengubah tanah tanah kosong di komplek komplek perumahan, dikembalikan roh nya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Menjadi lebih nyaman, bermanfaat untuk warga, ramah anak. Dari yang biasanya terisi rerumputan atau berdebu, menjadi hijau, rapi dan bertambah fasilitas pendukung, warga bisa bersantai, anak anak bisa bermain dengan riang.
Beliau juga gencar membangun fasilitas fasilitas umum untuk warga berolahraga, dibeberapa ruang publik, beliau bangun dan tempatkan alat fitness outdoor, gratis dan bikin sehat. Aliran sungai kemuning dan kiri kanannya yang dulunya sempit dan terkesan kumuh, berubah, tidak hanya nya nyaman dilihat, Kawasan tersebut berubah menjadi Kawasan wisata baru, instagramable!!!
Sebagai mantan camat, beliau begitu memahami, warga perlu pelayanan yang optimal, efisien, efektif, tidak berbelit belit. Para pemangku kewenangan di SKPD SKPD dipacu untuk melakukan pemangkasan birokrasi agar masyarakat bisa dilayani dengan nyaman, cepat dan tepat.
Banjarbaru juga beliau bawa ke era teknologi terkini, berbagai aplikasi pelayanan berbasis internet di luncurkan, agar warga Banjarbaru dan para investor mudah berurusan, mudah berusaha, memangkas kemungkinan terjadi praktik KKN.
Tancap gas, beliau sejak dilantik tanggal 17 Februari 2016 oleh Gubernur Kalimantan Selatan, H Sahbirin Noor. Berbagai gagasan dan target beliau susun, berbagai masalah dan potensi di Banjarbaru dianalisa, disusun masterplan, road map dibuat, tidak ada euphoria, beliau langsung bekerja.
Beliau tidak mau kehilangan momentum, Banjarbaru ‘punya’ Bandara Internasional, Syamsudin Noor Airport, Banjarbaru juga daerah perlintasan darat antar kabupaten, antar provinsi.
‘Kampung’ Beliau buka, Kampung Pelangi, Kampung Sayur, Kampung Ikan, Kampung Purun, Kampung Pejabat (Pedagang Jamu Obat), dan kampung lainnya, semua bergerak cepat, pertumbuhan ekonomi menggeliat, tidak hanya perdagangan produk namun juga iklim pariwasata di ‘kampung’ tersebut menggema, membuka peluang usaha lainnya.
Perkembangan teknologi yang begitu deras, membuat Kota Banjarbaru tidak ingin ketinggalan, Banjarbaru terpilih menjadi bagian dari 50 kabupaten/kota smart city yang diseleksi bulan Maret 2018.
Banjarbaru oleh pihak Kementerian Kominfo dinilai memiliki sektor unggulan pendidikan, perdagangan, pemerintahan dan permukiman. Selain itu, Kota Banjarbaru masuk daftar kota berkinerja tinggi, indeks kota hijau dan pemerataan pembangunan.
Bukan tanpa alasan kuat, dengan mengarah menjadi sebuah kota yang ‘smart city’ alias kota cerdas, setidaknya ada 4 benefit utama yang didapatkan daerah tersebut, pertama, kota menjadi kota layak huni.
Dengan mengimplementasikan konsep Smart City, dapat mengubah kota yang ‘sepi’ menjadi layak huni. Karena, kota yang smart akan terlihat dari banyaknya alat transportasi yang memudahkan warga untuk menjangkau suatu tempat.
Selain itu, jalanan juga akan terang karena lampu dipantau secara sistem dan kota ramai adanya taman kota.
Kedua, Produktivitas masyarakat dan daerah. Kota yang cerdas dapat meningkatkan perekonomian daerah secara merata, karena kota telah maju dan tersistem.
Sehingga dapat membuka banyak lapangan kerja dan memiliki masyarakat yang rajin bekerja, serta memiliki kreativitas yang tinggi.
Ketiga, Pelayanan Publik. Masyarakat dapat merasakan kesejahteraan pada pelayanan publik. Karena, semua pelayanan publik memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan.
Semua pelayanan publik dibuat dengan sistem, sehingga dalam melayani masyarakt lebih efesien dan efektif. Diantaranya adalah pelayanan kesehatan dan kantor pemerintah.
Keempat, Kenyamanan dan Keamanan. Kota yang pintar dapat memberikan keamanan terhadap masyarakatnya dengan adanya pelayanan parkir yang tertata rapi.
Masyarakat juga merasa nyaman, karena lampu yang menerangi seluruh kota. Sehingga memberikan rasa aman dan nyaman terhadap semua warganya.
Setelah masuk smart city, Nadjmi juga terus berusaha mengembangkan Banjarbaru, beliau kembali mencanangkan sebuah Kawasan, yang beliau sebut Aero City.
Dengan konsep aerocity yang akan menggunakan setidaknya 5600 hektar, Kawasan tersebut akan dibangun berbagai fasilitas dengan titik poin bandara internasional Syamsudin Noor.
Sebut saja dikawasan tersebut dikonsepkan untuk dibangun Gedung pusat pertemuan, hotel, tempat wista, fasilitas kesehatan, pendidikan, wisata, perumahan dan industri.
Nadjmi Adhani memilih jalur pendidikan sebagai track menjadi Walikota Banjarbaru. Pengabdiannya kepada warga Banjarbaru dibuktikan dengan membuat berbagai terobosan dan inovasi pembangunan.
Slogan “BANJARBARU BERKARAKTER, BANJARBARU MELAYANI, BANJARBARU BISA, BISA, BISA” menjadi ikonik Banjarbaru, sekaligus menggugah dan memberikan semangat bagi para warganya untuk berbuat yang terbaik bagi Kota Idaman tercinta ini.
Dalam setiap kesempatan, beliau selalu memberikan motivasi bagi para pegawainya. Jiwa kepemimpinan yang dimilikinya banyak dipengaruhi oleh perjalanan pengalaman pendidikan yang didapatkannya.
Sebagai seorang pamong praja pemerintahan, beliau sadar betul bahwa pemerintah itu pada dasarnya adalah pelayan bagi warganya. Karena itu, beliau memiliki kedekatan emosional dengan warga Banjarbaru dengan baik.
Untuk Pendidikan, beliau sedaya upaya memberikan yang terbaik, salah satunya dengan menginisiasi angkutan pelajar gratis, selain untuk keamanan para pelajar saat berang dan pulang sekolah, juga membantu mengurangi biaya pendidikan orang tua pelajar dari sisi transportasi.
Kini puluhan angkutan pelajar hilir mudik mengangkut pelajar, dari jenis MPV, mini bus sampai bus.dan jumlahnya pun terus bertambah, bahkan Pemko Banjarbaru melalui Dinas Perhubungan Kota Banjarbaru melakukan kerjasama dengan angkot – angkot di Kota Banjarbaru, pelajar terangkut gratis, sopir angkot tidak kehilangan pemasukan, brilian!!!
Rasanya Banjarbaru akan melaju cepat, apalagi Banjarbaru kini juga menyandang sebagai ibukota pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan.
Tata Ruang kota juga disusun detail, tidak mengesampingkan isu lingkungan, semua selaras, sepadan, setidaknya dalam 4 tahun terakhir ini, Banjarbaru menjelma sebagai golden boy di Kalimantan Selatan.
Untuk menuntaskan grand design yang tersusun memerlukan waktu, proses, jangan sampai grasak grusuk.
Dalam perjalanan hidupnya, Nadjmi terjun dalam berbagai organisasi, ikut berbagai kegiatan olahraga.
Kemampuan komunikasi, organisatoris dan prinsip fairplay tertempa dengan baik dalam karakter dirinya.
SD sampai SMA beliau hidup dengan suasana Banjarmasin yang ramai, hiruk pikuk, kota yang dinamis, sangat sangat dinamis, tergelincir sedikit, langsung terjerambab.
Lulus SMAN 1 Banjarmasin tahun 1988, beliau meneruskan kuliah ke Banjarbaru, tepatnya di Fakultas Perikanan, Universitas Lambung Mangkurat.
JATUH CINTA
Langkah tegap menyandang status baru sebagai mahasiswa membuat Nadjmi Adhani begitu percaya diri memasuki bangku kuliah. Fakultas Perikanan dipilihnya karena kecintaannya pada sungai yang menjadi lingkungan bermainnya waktu kecil.
Selain mengikuti perkuliahan sebagaimana biasanya, Nadjmi Adhani juga ikut dalam paduan suara Fakultas Perikanan. Dalam paduan suara, posisi laki-laki biasanya dibelakang dan wanita di depan.
Ketika latihan Nadjmi Adhani sering iseng menarik narik rambut teman mahasiswi yang ada di depannya. Rambutnya lucu, keriting dan unik sehingga gemas melihatnya. Nadjmi Adhani kemudian berkenalan dengan mahasiswi tersebut. Ririen Kartika Rini, begitu nama mahasiswi yang beliau Jahili.
Perkenalan ini berlanjut tidak saja saat paduan suara, tetapi juga di keseharian. Nadjmi Adhani pun menjadi dekat dengan Ririen.
Ririen mulai mengisi hari -harinya, namun tidak lama kemudian, setelah ujian semester pertama Nadjmi Adhani harus rela melepas almamater Fakultas Perikanan dan berganti dengan almamater APDN.
Cerita Nadjmi Adhani pindah dari Fakultas Perikanan ke APDN (Akademi Pemerintah Dalam Negeri) tidak serta merta begitu saja.
Ceritanya dimulai dari keinginan orang tuanya yang berharap anaknya kelak menjadi seorang pegawai negeri sipil melanjutkan jalan keluarga. Sebagai bakti dan patut kepada orang tua, Nadjmi Adhani mengikuti keinginan orang tua.
Setelah melalui serangkaian tes dan ujian, Nadjmi Adhani berhasil lulus di APDN. Awalnya dalam benak Nadjmi Adhani, APDN itu adalah sekolah untuk menjadi pegawai negeri.
Hal ini sesuai dengan pekerjaan kedua orang tuanya yang menjadi pegawai negeri sipil. Namun ternyata tidak. Setelah masuk di APDN, Nadjmi Adhani baru mengetahui bahwa APDN itu adalah sekolah pamong praja, sekolah pendidikan bagi pamong pemerintahan.
Sebuah pilihan yang beliau ambil dan harus diselesaikan. Awal masuk APDN, Nadjmi Adhani sempat kaget dengan perbedaan pola APDN dengan kuliah pada umumnya. Jika di kuliah umum, jam perkuliahan agak longgar, sedangkan di APDN ketat.
Di APDN, pola penyelenggaraan pendidikan menganut sistem Tritunggal Terpusat, yaitu pengajaran, pelatihan dan pengasuh (JARLATSUH). Fungsi pengajaran bertugas memberikan bekal pengetahuan kepada siswa didik.
Fungsi pelatihan memberikan kemampuan motorikberupa keterampilan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas kepamongan. Bagian bidang pengasuhan memberikan dan menginternalisasi nilai-nilai kepamongprajaan kepada siswa yang merupakan calon pamong praja.
Di APDN waktu perkuliahan sangat teratur. Misalnya, subuh bangun, apel, olahraga, dilanjutkan dengan mandi dan bersih- bersih. Setelah itu jam 07.15 sudah di meja makan, jam 07.45 sudah apel. Jam 8 sudah masuk ruang perkuliahan, sampai sore.
Siang ada kegiatan ekstrakurikuler baik olahraga, drum band, musik. Kegiatan malam dilanjutkan dengan kegiatan kerohanian dan apel. Tidak jarang jam 10 malam kegiatan baru berakhir. Penampilan secara fisik sangat menjadi perhatian.
Sifat kepemimpinan Nadjmi Adhani semakin terasah di APDN. Mulai dipercaya menjadi danton (komandan pleton), kemudian aktif di senat. Nadjmi Adhani juga pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon III Mahasiswa, lalu menjabat sebagai Ketua Senat APDN Banjarbaru.
Namun, karena jodoh, kecemasan akan berakhirnya kedekatan karena beda kampus tidak terjadi. Saat lama tidak bertemu dengan Ririen, wanita pujaaan hati, tanpa sengaja bertemu lagi saat paduan suara 17 Agustusan. Waktu itu beliau dari kegiatan APDN 17 Agustusan.
Dengan alasan memberikan foto waktu acara 17 Agustusan, beliau mengantar foto ke tempat Ririen, dari situ pupuk pupuk cinta menabur menyuburkan kisah kasih mereka, berlanjutlah kisah cinta mereka lebih serius. Membangun keluarga yang harmonis dan bahagia, membesarkan mendidik dan menyayangi dua buah hati mereka dengan penuh cinta.
POLITIK SANTUN
Tahun 2015, ia bersama Darmawan Jaya Setiawan, sohibnya sejak mengenyam Pendidikan di SMAN 1 Banjarmasin maju pada Pilkada Kota Banjarbaru. Jalur yang dipilih, Independen (perseorangan), yang menjadi lawan adalah petahana.
Dengan nomor urut 3, beliau dan Darmawan Jaya Setiawan meraih sebanyak 40.715 suara (46,73 persen). Jauh meninggalkan Petahana, Ruzaidin Noor, yang meraih 25.728 suara (29,53 persen).
Beliau mengedepankan pengalamannya bergaul dengan masyarakat, langsung turun ke bawah, dan sudah beliau lakukan sejak puluhan tahun, bahkan sebelum terlintas untuk menjadi walikota.
Isi baliho dan spanduk saat itu sangat simple,foto dirinya dan Darmawan Jaya Setiawan dengan jas hitam, hem putih, dasi merah dan kopiah hitam.
Tidak banyak tulisan, bunyinya hanya Muda, Melayani, Merakyat.
Hasilnya, dari total suara sah 87.117 suara, pasangan jalur perseorangan ini hampir meraup suara 50 persen, tepatnya 40.715 suara (46,73 persen), luar biasa.
Keinginannya terwujud, menjadi Walikota, agar bisa lebih banyak berbuat baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.
“Saya tidak tahu apakah ibadah yang saya kerjakan diterima Allah, berdoanya semoga diterima, karena itu, dengan banyak banyak berbuat baik, semoga Allah Ridho, dan hal ini menjadi penyelamat saya di akhirat nanti,” ucapnya.
“Politik ini kata orang-orang alat untuk mencapai kekuasaan. Kalau saya tidak, politik ini alat untuk berbuat baik. Jadi dengan jabatan politik ini saya dapat lebih bermanfaat,” ucapnya.
“Kami ini (saya) sama frekuensinya dengan Pak Jaya, ada orang yang berpolitik sebagai kekuasaan lalu menggunakan power. Saya tidak menggunakan itu. Ada yang menggunakan power politik untuk mengumpulkan ekonominya. Tapi kami tidak, kami yang santun-santun saja. Saya melihat beda pandangan saja, ayo kita berkomunikasi, Anda tidak setuju ini apa masalahnya. Kalau kita jelaskan pasti ada titik simpulnya, ketemu titik temunya, itu kalau dengan kesantunan,” paparnya.
Dengan kinerja yang sangat baik, sayang rasanya kalau beliau hanya memimpin Banjarbaru 1 periode, karena ditangan Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan, Banjarbaru dapat Lebih Baik dan Semakin Baik.
BANJARBARU BERDUKA
Jodoh, rezeki, kematian adalah takdir yang menjadi rahasia Allah SWT, tepat tanggal 10 Agustus 2020, pukul 02.30 wita, sebulan sebelum masuk hari kelahiran beliau 51 tahun, 27 September, beliau berpulang ke rahmatullah, tanggal yang sama ketika Al Mukarom K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau kerap disapa Abah Guru Sekumpul wafat, 10 Agustus 2005.
24 Juli 2020, beliau dan istri dinyatakan positif terpapar covid-19, 26 Juli 2020 beliau dan istri dimasukkan ke RSDI Banjarbaru, untuk penanganan lebih baik, hari Senin, 27 Juli 2020 beliau dirujuk ke Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.
Dua minggu berjuang, kondisi beliau turun naik, tanggal 9 Agustus siang, kadar oksigen menurun diangka 46 persen, beliau masih sadar.
Semua sepakat, pria yang ramah ini, harus dipasangi ventilator, memasang ventilator harus dilakukan pembiusan, agar dirinya tidak merasakan sakit. Setelah dilakukan pemasangan ventilator, kondisinya berangsur angsur membaik, kadar oksigen sudah naik mencapai 75 persen.
Semua orang yang menyayanginya bisa sedikit bernafas lega, ada peningkatan kondisi menuju stabil. Namun. Cuaca seperti terus menangis, hujan turun mulai sore hari, berhenti sebentar, turun lagi.
Malam harinya, hujan kembali turun, kadar oksigen pria dua anak ini kembali turun, drastis, puncaknya, pukul 02.30 wita (Senin dinihari), H. Nadjmi Adhani bin H. Hardansyah, wafat, berpulang ke sisi Allah, hujan terus membasahi bumi, kali ini deras, sangat deras sampai subuh.
Pagi, hujan berhenti turun, namun mega masih menghitam, mendung namun tidak turun hujan, seperti menaungi iring iringan mobil yang membawa beliau ke tempat peristirahatan terakhir, di Taman Makam bahagia, Landasan Ulin.
Ribuan orang menunggu setia, menanti untuk melihat beliau terakhir kali, meskipun hanya dapat menampaki peti mati, khusyuk mensholatkan. Bulir bulir air mata banyak tumpah, mengiringi kepergian adik, abang, rekan, sahabat dan sosok ayah, sosok seorang pamong!
اَللهُمَّ اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَاَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًاخَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَاَهْلاً خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَاَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَاَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرَنَا وَكَبِيْرَنَا وَذَكَرِنَا وَاُنْثَانَا. اَللهُمَّ مَنْ اَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَاَحْيِهِ عَلَى اْلاِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلاِيْمَانِ. اَللهُمَّ لاَتَحْرِمْنَا اَجْرَهُ وَلاَتُضِلَّنَا بَعْدَهُ بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Wahai Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah dia.
Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah jalan masuknya cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilan rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta suami (istri) yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula.
Masukkanlah dia kedalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnah nya, dan dari siksa api neraka.
Penulis merupakan seorang warga biasa yang hobi menulis
Demang Pahuluan
Foto : Koleksi pribadi penulis dan Koleksi foto H. Nadjmi Adhani yang terunggah di Facebook beliau