TERAS7.COM – KH Asmuni atau akrab disapa Guru Danau dikabarkan meninggal dunia hari ini, Jumat (02/02/2024) sekitar pukul 16.30 WITA di kediamannya di Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Kabar meninggalnya salah satu ulama kesayangan masyarakat Kalimantan Selatan, terutama Amuntai ini dengan cepat menyebar ke telinga masyarakat.
Guru Danau merupakan panggilan akrab atau nama populer bagi Tuan Guru Asmuni. Nama “Danau” yang dilekatkan pada dirinya sebenarnya merupakan nama singkat dari tempat kelahiran dan tempat tinggalnya, Danau Panggang. Danau Panggang merupakan salah satu Kecamatan di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terletak sekitar 24 km dari kota Amuntai.
Guru Danau lahir tahun 1955 di Danau Panggang. Ayahnya bernama Haji Masuni dan ibunya bernama Hajjah Masjubah. Dia merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ayah Guru Danau berasal dari daerah Danau Panggang. Sedangkan ibunya beretnis Dayak Bakumpai berasal dari daerah Marabahan yang pindah ke Danau Panggang. Dari garis ibunya Guru Danau menjadi bagian dari zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau dikenal Guru Kalampayan.
Sewaktu kecil, Guru Danau bernama Zarkasyi. Oleh seorang habib yang bernama Habib Salim Mangkatip nama itu diubah menjadi Asmuni. Menurut Guru Danau, Asmuni itu berarti berharga.
Guru Danau hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama. Orang tuanya dahulu bekerja sebagai buruh kapal dengan pendapatan yang pas-pasan.
Pendapatan yang pas-pasan itu tidak menghalangi semangat orang tuanya untuk membiayai pendidikannya di sejumlah pesantren, baik yang berada di Kalimantan Selatan maupun di Pulau Jawa.
Guru Danau termasuk beruntung, karena tidak banyak orang di daerahnya yang mampu dan memiliki kesempatan untuk berangkat ke Pulau Jawa untuk belajar meski dalam waktu singkat.
Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiah Pesantren Mu‟alimin Danau Panggang (tamat tahun 1971) dan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Mu‟alimin Danau Panggang (tamat tahun 1974). Setelah itu dia meneruskan studinya di tingkat atas (aliyah/ulya) di Pesantren Darussalam Martapura (tamat tahun 1977).
Selama belajar di Martapura, selain belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama (tuan guru) yang bertebaran di Martapura.
Salah satu ulama tempatnya belajar adalah KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, salah satu ulama karismatik yang disebut juga dengan nama Abah Guru Sekumpul.
Setelah tamat di pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Tidak lama kemudian, pada tahun 1978, atas anjuran Guru Sekumpul dia kembali belajar di Pesantren Datu Kalampayan di Bangil, Jawa Timur.