Selama menggeluti usaha menjual tanaman hias banyak suka dan duka di hadapi Muhammad Ridwan. Mulai keuntungan yang cukup besar yakni mencapai puluhan juta rupiah perbulan, ia juga mesti menghadapi lilitan hutang akibat tidak dibayarnya sejumlah proyek pembuatan taman yang ia kerjakan
Kini, ia lebih berhati-hati dalam membangun usaha yang ia rintis, agar jangan sampai gulung tikar nantinya.
LIANG ANGGANG, Alrifhani
Sekitar lebih Rp. 23 juta perbulan penghasilan yang diraih oleh Muhammad Ridwan kelahiran Kota Batu Malang, Jawa Timur dari usaha yang ia miliki yakni Stan Bunga Variegata yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Km 20, Liang Anggang, Banjarbaru.
Keuntungan itu ia dapatkan dari hasil menjual tanaman hias yang ad di stan miliknya, yang menawarkan harga tanaman berkisar dari yang paling murah Rp. 3 ribu sampai dengan harga yang cukup mahal yakni sekitar Rp. 30 Juta.
Harga sendiri dipatok berdasarkan kualitas dan tingkat kelangkaan suatu jenis tanaman, yang menjadi salah satu indikator yang berpengaruh pada harga jual tanaman tersebut. Tidak hanya itu, ada juga harga satu tanaman mencapai Rp. 600 sampai 750 juta, mesti saat ini ia belum berani membeli tanaman tersebut untuk dijual kembali.
“Gak punya duit sampai segitu saya. Tanaman Bottle tree (Brachychiton rupestris) itu harganya bisa sampai Rp. 600 juta,karena tanaman dikirim langsung dari Afrika. Yang punya disini cuma H. Ijai, “Katanya kepada penulis saat ditemui di stan miliknya.
Ayah 2 anak ini mengaku kalau saat ini tanaman hias yang menjadi favorit para pembeli ditempatnya adalah bunga mawar (Rosa Sp.), dengan harga berkisar dari Rp. 15 ribu sampai Rp. 40 ribu pertanaman, kemudian tanaman Anggrek (Orchidaceae), dengan harga berkisar Rp. 35 ribu sampai Rp. 250 ribu, dan yang terakhir itu kaktus, dengan harga berkisar Rp. 20 ribu sampai Rp. 50 ribu.
“Harga bergantung besar kecilnya tanaman. Sering itu kalau orang beli tanaman kaktus yang berwarna-warni, “ katanya.
Diceritakannya, selama dia berbisnis usaha tersebut kendala yang sering dia alami adalah pada pembayaran untuk jasa pembuatan taman atau kebun. Sering kali kalau orang yang meminta dibikinkan taman maka mintanya dibikin cepat, namun setelah jadi sering kali pembayaran untuk jasa pembuatan taman tersebut molor.
Bahkan, ada orang yang sampai sekarang masih memiliki hutang pada dirinya sekitar Rp 400 juta. Padahal, uang sebanyak itu dulunya didapat dari hasil meminjam ke bank untuk modal usaha yang dirintisnya beberapa tahun silam ini.
“Kendala kami ini. Kalau itu bisa dilunasi saya bisa nutup bunga dari bank.Padahal sudah ditagih tapi katanya belum ada uang, mau gimanalagi. Tidak ada hitam diatas putih, cuma sekedar lisan, “ katanya seraya mengatakan kelemahannya dalam berbisnis tanaman hias ini.
Ia mengaku pernah mempunyai sebuah CV untuk bisnis ini, akan tetapi sepanjang perjalan usahanya, uang penghasilnya hanya cukup untuk membayar pajak saja.
Ia sebenarnya menginginkan dari pemerintah daerah atau pemerintah kota mengundang para pemilik CV yang bergerak di bidang tanaman hias ini, sehingga bisa ikut menggarap proyek pembuatan taman milik pemerintah.
“ Selama 5 tahun memiliki CV satu kali pun gak pernah diundang. Jadi saya lebih memilih mundur, soalnya rugi “ ungkapnya.
Ditanya soal kenapa memilih Usaha ini dari pada usaha lain? Ridwan (sapaan akrabnya—red) menceritakan, sebenarnya minat dibidang tanaman hias ini sudah dia geluti setelah selesai sekolah dasar pada tahun 1968 silam dan baru bisa dimantapkan pada tahun 2001 lalu.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, hobbi sekaligus pekerjaannya sekarang dia tinggalkan, untuk pekerjaan yang menurutnya waktu itu terbilang lebih menjanjikan.
“Saya sempat membuka usaha bengkel dan jualan nasi, namun usaha-usaha tersebut masih kurang menurut saya, “ ungkapnya.
Beberapa puluh tahun kemudian, dia menceritakan pada tahun 2001, untuk kembali secara pelan-pelan membuka usaha tanaman hiasnya ini, di awali dengan berjualan nasi sembari menjual tanaman hias di samping rumahnya yang terletak di Kelurahan Guntung Payung, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru.

Ketika usaha tersebut terbilang sangat lancar dan mendapat keuntungan lumayan besar, dengan berani dan persiapan yang matang, dia membuka usahanya lebih besar, sampai harus mengontrak tanah milik TNI, serta melakukan peminjaman uang kesalah satu bank ternama milik negara.
Dia berharap, Kota Banjarbaru bisa mengikuti langkah-langkah kota lainnya yang menyewakan lahan khusus untuk para pengusaha tanaman hias, selain bisa bisa menghasilkan pendapatan bagi daerah, keberadaan stand tanaman hias yang berada dalam satu lokasi bisa mempercantik wilayah sekitarnya.(*)