TERAS7.COM – Semenjak ditetapkannya Desa Tiwingan Lama sebagai Desa Wisata, ihwal tersebut membawa berkah bagi masyarakat setempat. Di antara berkah tersebut adalah berubahnya wajah desa yang dulunya sebagai desa tertinggal menjadi desa berkembang dan juga perputaran roda ekonomi, berkembang pesat.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Arbani, Kepala Desa Tiwingan Lama kepada Teras7.com di rumahnya, Sabtu (15/6) bahwa dengan adanya ‘status’ baru Desa Tiwingan Lama, terlebih lagi ditambah dengan kehadiran objek wisata yang menjadi unggulan yakni Puncak Matang Keladan, hal ini menjadi potensi yang berkontribusi besar dalam mengurangi jumlah pengangguran di Desa Tiwingan Lama. Bagaimana tidak, masyarakat setempat banyak mendirikan warung, menjual berbagai macam jajanan maupun kue, menyewakan kelotok, berprofesi sebagai tukang ojek serta parkir dan sebagainya.

“Alhamdulillah, masyarakat di sini yang dulunya banyak mengangur, sekarang banyak kegiatan/pekerjaan yang dapat mereka lakukan. Kami bersyukur dengan ditetapkannya Desa Tiwingan Lama sebagai desa wisata dan semua masyarakat mendukung semua kegiatan untuk mengembangkan potensi desa maupun objek wisatanya,” kata Arbani.
Arbani juga menyebutkan potensi-potensi yang dimiliki Desa Tiwingan Lama selain mempunyai objek wisata unggulan, yakni masyarakat banyak memiliki keramba yang dihuni oleh berbagai jenis ikan seperti Ikan Nila, Ikan Patin, Ikan Mas dan jenis ikan lainnya. Selain itu masyarakat juga ada yang berprofesi sebagai penyadap karet, berternak maupun bertani dalam skala sedikit karena kurangnya jumlah lahan, buruh angkut dan lainnya.
Nasruddin salah seorang pemilik perahu menyampaikan, pendapatan yang diperoleh dari meyewakan perahu kepada para pengunjung untuk menikmati wisata alam tidak menentu.Dari pengakuannya, Sabtu dan Minggu adalah hari yang ramai dan itu berimbas terhadap pendapatannya.
“Pulau Pinus merupakan tempat wisata yang sering dikunjungi, di mana di sana juga terdapat Bukit Batas, kemudian Bukit Batu, dan juga Pantai Sirang,” jawab Nasruddin ketika ditanya Reporter Teras7.com tentang tempat-tempat yang sering menjadi tempat tujuan para pengunjung.

Untuk mengkoordinasi keberangkatan penumpang/pengunjung tersebut, maka dibentuklah organisasi yang diberi nama GASDAPRIKA. Nasruddin yang juga sebagai Sekretaris dari Gabungan Angkutan Sungai dan Danau Penyeberanga Riam Kanan (GASDAPRIKA) menerangkan bahwa jumlah anggotanya sebanyak 160 orang.
“Anggotanya sendiri berasal dari Kecamatan Aranio dan jumlah kapalnya sebanyak 160 buah dengan berbagai macam ukuran,”tambahnya.
Serupa dengan itu, berkah dari ditetapkannya Desa Tiwingan Lama sebagai Desa Wisata juga dirasakan oleh Salafiah, seorang pedagang yang telah berjualan selama 10 tahun. Ia menyebutkan barang dagangan lebih laku semenjak banyaknya kehadiran objek wisata di desa ini.
“Sekitar 3 tahun yang lalu atau semenjak adanya Matang Keladan, jualan ulun (Saya) semakin rame. Dahulu pendapatan saya sekitar sebulan sebanyak dua juta, sekarang Alhamdulillah ada peningkatan sekitar 3,5 juta an,”terang Salafiah.
Begitu pula dengan M. Yahya yang berprofesi sebagai tukang ojek mengaku kelimpahan berkah dengan kehadiran Matang Keladan.
“Penghasilannya sangat lumayan, ketika rame dalam satu hari bisa mencapai 1o kali ojek yang pendapatannya sebanyak 200 ribu, bahkan bisa mencapai 40 kali. Kalau hari-hari biasa kurang, berbeda dengan Sabtu atau Minggu atau hari-hari libur yang ramai dikunjungi wisatawan,” kata Yahya.

Untuk jalur menuju Matang Keladan, kata Yahya, khusus bagi ojek telah disediakan dengan waktu tempuhnya sekitar 10 menit-an dan keberadaan ojeknya sekitarnya 2 tahun yang lalu. Adapun jumlah tukang ojek yang tergabung dalam Ojek Matang Keladan ini sebanyak 35 orang.
Tidak berbeda dengan yang disebutkan Yahya, salah seorang tukang parkir mobil yang bernama Ansari Amin juga mengaku mendapat berkah tersebut. Namun untuk lahan parkir, menurutnya masih kurang, “Harus dibenahi sebenarnya, karena kalau rame sering penuh,” tambahnya.
Pada kesempatan itu pula, Ardi seorang wisatawan dari Surabaya mengetahui tentang Matang Keladan dari Google. Ia mengaku senang melakukan perjalanan dan ingin mengenal Kalimantan Selatan yang menurutnya masih memiliki tempat-temoat yang alami.
“Di sini masih berupa alam atau banyak memiliki hutan, istilahnya masih alami,” terangnya.