TERAS7.COM – Belakangan ini, produktivitas tanaman karet di Tabalong mengalami penurunan. Kondisi iklim yang tak menentu diduga menjadi faktor kuat penyebab hal tersebut.
Pasalnya, penyakit-penyakit tanaman karet bersumber dari jamur yang tumbuh subur di tengah kondisi lembap.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulangan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Tabalong, Zulverzi Akhmad, pada Senin (25/09/2023).
Ia mengatakan, penyakit tanaman karet seperti gugur daun karet dan jamur akar putih disebabkan oleh jamur yang tumbuh subur di tengah kondisi lembap.
Sedangkan penyakit kering alur sadap karet terjadi karena penyadapan berlebihan atau tidak seimbang antara lateks yang dieksploitasi dan yang terbentuk kembali.
“Tanaman karet memproduksi lateks dengan baik ketika musim kemarau, karena proses fotosintesis atau pengolahan makanan di daun bekerja secara maksimal. Namun, dalam satu tahun terakhir, terjadi kemarau basah, sehingga kondisi perkebunan karet menjadi lembap dan menyebabkan jamur-jamur tumbuh hingga menyerang daun,” ujarnya.
Oleh karena itu, saat ini Disbunnak Tabalong fokus melakukan upaya pengendalian penyakit tersebut dengan memberikan pelatihan kepada 15 kelompok tani.
“Pengendalian dilakukan dengan cara menyemprotkan obat jamur fungisida dan fogging atau pengasapan fungisida untuk menjangkau daun-daun di ranting yang tinggi,” ucapnya.
Zulverzi menyatakan, upaya pengendalian penyakit tanaman karet mulai terlihat hasilnya, meski tidak secara drastis. Ia berharap jamur-jamur penyebab penyakit tanaman karet berkurang dengan upaya yang dilakukan ini, sehingga di musim hujan berikutnya tidak akan ada lagi jamur.
“Kalo secara drastis sih tidak, karenakan kondisi tanaman itu sedang sakit. Di posisi kita ini seharusnya masa penyembuhan, masa penyegaran kembali tanaman itu. Makanya kita sarankan pemupukan, cuma pemupukan itu mungkin tidak bisa dilakukan saat musim kemarau, artinya menunggu di awal-awal musim penghujan lah pemupukan itu bisa dilakukan.” ujar Zulverzi.
Disisi lain, menurutnya selain faktor iklim yang menyebabkan munculnya penyakit, turunnya produktivitas lateks juga disebabkan oleh usia pohon yang hampir semua tanaman karet di Tabalong terbilang tua, rata-rata berusia di atas 45 tahun.
“Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan sejak dini, mengingat pertumbuhan bibit karet memerlukan waktu 4 hingga 5 tahun untuk dapat disadap,” tandasnya.