TERAS7.COM – Kebakaran Hutan dan Lahan (Kahutla) belakangan ini mulai “menghantui” Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, yakni Kota Banjarbaru.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarbaru, dari awal tahun 2023 hingga kini, tercatat ada sebanyak 44 kejadian karhutla.
Dari 44 kejadian karhutla ini, setidaknya sudah menghanguskan seluas 93,749 hektare lahan di Kota Banjarbaru. Dimana, 50 persen lebih kejadian karhutla terjadi di Juni ini.
“Selama 2023 hingga kini sudah ada 44 kejadian karhutla dengan total luas lahan terbakar 93,749 hektare, dan untuk bulan Juni ini ada 25 kejadian, dengan luas lahan terbakar 65,52 hektare,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Banjarbaru, Zaini melalui Pengelola Logistik Bidang Kedaruratan dan Logistik, Fico Hanugratama.
Dari 44 kejadian karhutla, Kecamatan Landasan Ulin jadi penyumbang karhutla terbanyak dengan 23 kejadian, disusul Kecamatan Liang Anggang 14 kejadian, dan Kecamatan Cempaka 7 kejadian.
Untuk penyebabnya, Fico mengatakan, faktornya dari alam seperti suhu panas musim kemarau, dan non alam, yaitu ulah tangan manusia tak bertanggung jawab.
“Untuk saat ini penyebab dari faktor alam dan faktor non alam, sebagian karna ulah manusia yang membuka lahan,” ungkapnya.
Fico juga menerangkan, jika karhutla tahun ini bukan terparah, karena kejadian karhutla terparah itu terjadi sebelum pandemi Covid-19, atau sekitar tahun 2019 lalu.
“Untuk ini belum bisa d bilang karhutla terparah, karena karhutla terparah itu masih sebelum Covid-19 , sekitar 2019,” terangnya.
Terakhir, kepada masyarakat, ia mengimbau agar untuk tidak membakar hutan dan lahan, selain dampaknya menyebabkan penyakit pernafasan, juga dapat mempengaruhi jarak pandang, khususnya bagi pengendara kendaraan bermotor.
“Himbauan untuk masyarakat agar untuk tidak membakar hutan dan lahan karna dapat mencemari udara yang berdampak pada ISPA, kabut asap yg di timbulkan akan mempengaruhi laju kendaraan yang melintas karena jarak pandang, akan berdampak juga pada kekeringan karena hilang pohon pohon sebagai penopang air,” imbaunya.
Sementara itu, salah seorang pengendara kendaraan bermotor, Nana mengaku jika kabut asap akibat karhutla lumayan menggangu jarak pandangnya.
Terlebih baginya, jika jarak pandang semakin sulit, maka akan berakibat kepada hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kecelakaan lalu lintas.
“Jarak pandang lumayan sulit, apalagi kalau semakin pekat (kabut asap -red), takutnya nanti bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas d jalanan,” pungkasnya.