TERAS7.COM – Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Balangan, Kalimantan Selatan menyebutkan bahwa turunnya harga karet karena kualitasnya yang kurang dan adanya wabah penyakit menyerang tanaman karet.
Kepala Bidang Perkebunan DKP3 Balangan Mahrita menyebutkan, turunnya harga karet saat ini karena dipengaruhi oleh kualitasnya yang kurang, serta adanya wabah penyakit gugur daun dan akar putih menyerang tanaman karet serta cuaca panas yang berpengaruh terhadap tanaman.
“Kami sudah berusaha melakukan suatu tindakan untuk melakukan pembekuan terhadap karet, yaitu dengan menggunakan asap cair,” ujar Mahrita di Balangan, Rabu (6/9/2023).
Menurutnya, hal tersebut juga telah disosialisasikan kepada kelompok masyarakat petani karet, tetapi sampai saat ini para petani karet tidak melakukannya dengan alasan pembekuan dengan asap cair lebih ringan.
“Petani lebih memilih membekukan karet dengan pupuk SP36 atau lainnya karena dapat lebih berat daripada dengan asap cair, karena akan berpengaruh terhadap timbangan karet itu sendiri,” ujarnya.
Mahrita menyebut para petani lebih memilih membekukan karet dengan pupuk, padahal kualitas karet jauh akan lebih bagus kalau menggunakan asap cair. Dengan hal ini bahwa sangat jelas kualitas karet kurang bagus, sehingga berpengaruh terhadap nilai jual karet.
“Padahal dengan anjuran yang kami sampaikan yaitu menggunakan asap cair itu karetnya akan bersih dan bagus tidak berbau, tetapi para petani lebih memilih mencari berat daripada mengutamakan kualitas,” tuturnya.
Selain dari segi kualitas yang menurun, juga adanya wabah penyakit yang saat ini menyerang sekitar 42 ribu hektare tanaman karet di Balangan yaitu gugur daun dan akar putih.
“Kami terus berupaya untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, semoga semua masalah ini cepat selesai nantinya,” ujarnya.
Sebelumnya seorang petani karet Sadiah di Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan mengakui harga karet saat ini sangat murah tidak sebanding dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok.
Menurut Sadiah, harga karet yang biasa diproduksi petani setempat hanya antara Rp4000 hingga Rp5000 per kilogram, yang mana hampir tiga kilogram karet baru bisa membeli harga satu kilogram gula pasir.
“Selain harga yang murah, saat ini hasil latek karet sangat sedikit lantaran musim kemarau ditambah lagi letaknya sangat encer hingga jika dibekukan sangat merosot,” ujarnya.
Sedangkan Sadiah sendiri menyadap karet kisaran Rp50 ribu, itu dikumpulkan hasil karet selama tiga hari penyadapan yang dirata-ratakan sekitar Rp15 ribu per hari.