TERAS7.COM – Demi bisa bersaing di kancah nasional maupun internasional, Nabil Salim seorang desainer Banua menciptakan inovasi baru untuk kain sasirangan, yaitu dengan memunculkan motif buah Nanas di kain tersebut.
Nabil Salim mengungkapkan awal mula ia terpikir motif nanas tersebut tidak lain adalah karena niatnya yang memang ingin melihat kain sasirangan bisa bersaing di kancah nasional maupun internasional.
“Alhamdulillah 2019 itu karya saya mendapatkan perhatian di Banjarmasin Sasirangan Festival, kemudian dikirim ke Jakarta dan disana karya saya juga mendaptkan perhatian khusus,” ujar Nabil Salim kepada jurnalis Teras7.com pada Jum’at (16/10).
Dia juga mengatakan bahwa tantangan tersendiri baginya agar bisa membawa harum nama Sasirangan, dan dari sepengetahuannya pengrajin Sasirangan di Kalsel masih kurang dalam hal ilmu desainer.
“Tujuan saya itu niatnya ialah memberikan ilmu kepada pengarajin yang ada di Kalsel untuk bisa memikirkan ide yang tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya,” ujarnya.
Nabil Salim juga menjelaskan kenapa dia memilih nanas sebagai motif yang digunakan dalam karya sasirangan miliknya tidak lain adalah karena Nanas sendiri merupakan simbol sakral dalam budaya Kalsel.

“Nanas itu buah sakral bagi orang banjar, karena disimbolkan sebagai pembersih hati, dan dari segi khasiat nanas pun memiliki zat yang bersifat membersihkan,” ujarnya.
Terkait harga jual, dia mengatakan bahwa harga kain sasirangan miliknya bisa mencapai 5 Juta Rupiah per pasangnya.
“Kalau untuk harga sepasang kain itu yang standard 1,5 juta sampai 2 juta, dan kalau paling mahal itu terjual sampai 5 juta per pasangnya,” ujarnya.
Dan mengapa saat ditanganya Sasirangan bisa berhasil, menurutnya itu karena dirinya beinovasi menggunakan ilmu seniman, menjunjung kode etik seni dan budaya serta menciptakan ide yang tidak pernah terfikirkan orang lain sebelumnya, dan Nabil juga mengaramkan para desainer untuk menjiplak karya orang lain.
Kemudian, Nabil Salim berpesan agar para desainer muda untuk terus berkarya, jangan pantang menyerah untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
“Pesan saya seniman desainer ini harus punya nilai kode etik yang kuat, dan jangan pernah menghalalkan segala cara untuk berkarya, karena saya sendiri perlu waktu 21 tahun untuk bisa menyentuh panggung nasional,” ujarnya.
Sementara itu ditempat berbeda, Fatimah warga Martapura mengharapkan agar para desainer terus berkarya dan pemerintah juga bisa dapat membantu desainer dalam memajukan sasirangan di kancah nasional maupun internasional.
“Teruslah berkarya supaya Sasirangan mampu bersaing di kancah nasional apalagi jika sampai internasional, dan pemerintah terkait juga harus membantu para desainer dalam memajukan kain sasirangan khas daerah kita ini,” pungkasnya.
Nabil Salim juga sudah membawa Kain Sasirangan dalam beberapa pagelaran busana dalam daerah maupun luar daerah seperti, Banjarmasin Sasirangan Festival, Indonesia Fahsion Week, Fashion Rhapshody, dan hebatnya karya miliknya pun dibeli oleh perancang busana kenamaan tanah air yaitu Poppy Darsono.