TERAS7.COM – Lingkar Hijau Indonesia (LHI) melaksanakan diskusi mengenai permasalahan sampah di Fave Hotel Banjarbaru pada rabu sore (29/5).
Diskusi dengan tema “Sampah, Antara Ancaman dan Potensi, Sinergitas Pengelolaan Lingkungan di Kota Banjarbaru” ini mengundang puluhan peserta perwakilan dari pemerintahan, akademisi, organisasi kemahasiswaan serta perwakilan RT/RW se Banjarbaru.
Diskusi ini sendiri di isi oleh 3 orang narasumber, yaitu Kabid Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru Irwan Budiansyah mewakili Pemko Banjarbaru, Prof. Husaini mewakili bidang Akademisi dan Kisworo dari Walhi Kalsel mewakili LSM.
Kabid Persampahan DLH Banjarbaru dalam diskusi ini mengetengahkan tindakan yang telah dilaksanakan pihaknya dalam menangani sampah di Kota Banjarbaru.
“Volume sampah di Kota Banjarbaru per hari sebesar 120 ton dengan jumlah TPS sebanyak 116 unit, belum termasuk TPS liar yang ada di pinggir jalan. Sampah ini ditangani oleh armada kami sebanyak 42 unit yang melakukan pengangkutan sejak jam 5 pagi. Kami sendiri berencana mengurangi sampah yang masuk ke TPA dengan daur ulang menjadi 20% pada tahun 2025,” jelas Irwan Budiansyah.
Sementara dari kalangan akademisi yang sudah berpengalaman mengenai permasalahan sampah, Prof. Husaini mengatakan ada banyak cara yang dilakukan untuk menangani permasalahan sampah.
“Pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan berbagai cara mulai dari primitif, semi modern hingga modern. Berbagai metode punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti metode management untuk menihilkan sampah dengan pelibatan pihak ketiga yang dilaksanakan oleh Amerika dan Australia yang secara efektif menihilkan sampah hingga 80-90%. Ada juga teknologi aerogenerator yang sudah diterapkan di Indonesia, tapi mengalami kegagalan karena mahalnya biaya operasional. Tinggal kita memilih mana yang cocok untuk kita terapkan ditempat kita,” terangnya.
Prof. Husaini juga melemparkan ide untuk menihilkan sampah dimulai dari hulu, yaitu pelibatan produsen yang menghasilkan barang untuk ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah yang dihasilkan dari konsumsi barang produksi mereka.
Sementara Kisworo dari Walhi Kalsel mengatakan permasalahan sampah akan terus ada sepanjang masa.
“Sampah ini menjadi bisnis yang terus ada hingga kiamat. Akan tetapi kasus sampah di Banjarbaru cukup kompleks, apalagi karena posisinya yang berada di tengah Kabupaten Banjar. Banjarbaru secara tidak langsung terdampak pula pada permasalahan sampah yang ada di kabupaten tetangganya ini. Ibarat rumah kecil yang harus menampung sampah dengan skala rumah mewah. Sehingga harus memerlukan pemikiran bersama dihilirnya untuk memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Banjarbaru. Selain itu perlu juga penyelesaian berbagai permasalah sampah yang ada di masyarakat dengan menerapkan punish and reward yang lebih konkrit. Tujuannya tumbuh kebiasaan yang baik untuk mengelola sampah di Banjarbaru,” tutur Kisworo.
Direktur LHI, Rudy Fahrianor saat diwawancarai awak media di sela-sela acara ini mengungkapkan diskusi ini dilaksanakan agar dapat menghasilkan ide pengelolaan sampah yang lebih baik.
“Kita tahu TPA di Banjarbaru sudah menjadi TPA Regional, dengan adanya diskusi yang kami selenggarakan ini dapat menyumbangkan rumusan dalam pengelolaan sampah di Kota Banjarbaru sehingga menjadi lebih baik,” ujarnya.
Pengelolaan sampah kata Rudy Fahrianor harus di mulai dari hulu ke hilir sehingga penanganan berbagai sampah seperti sampah rumah tangga, sampah pasar tradisional dan sampah pasar modern bisa terintegrasi lebih baik dengan pendanaan pemerintah dan kerjasama semua pihak.