TERAS7.COM – Perkembangan pariwisata Indonesia beberapa tahun terakhir sebelum terjadi pandemi Covid-19 memunculkan pertumbuhan beragam bisnis kuliner.
Walau sempat rontok di hajar pandemi Covid-19 pada triwulan ke 2 tahun 2020 hingga triwulan kedua tahun 2021, kini bisnis kuliner kembali bangkit.
Terlebih potensi cuan dari bisnis kuliner, baik berupa restoran, kafe hingga katering ini ternyata cukup besar.
Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) Provinsi Kalimantan Selatan Putra Qomaluddin Attar Nuriqli saat menjadi pemateri dalam Journalist Camp II Baret78 di Wisata Alam Roh 20, Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan pada 15 Januari 2022 lalu.
Menurutnya industri kuliner punya potensi keuntungan yang besar yang tak bisa diremehkan.
“Misalnya saja di salah satu pemerintahan Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan sampai menganggarkan biaya konsumsi sebesar 8 miliar setahun. Jadi jangan dianggap industri katering ini ecek-ecek,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Bang Qomal ini juga memaparkan tak hanya di sektor pemerintahan, potensi katering di perusahaan swasta juga cukup besar.
“Seperti perusahaan tambang besar yang karyawannya sampai 4.000 orang, perusahaan tersebut memerlukan katering untuk karyawannya setiap harinya. Jumlah tersebut tak bisa kita remehkan,” sambungnya.
Bang Qomal juga menceritakan bagaimana ketatnya persaingan antara pengusaha katering untuk mendapatkan tender katering di perusahaan tambang.
“Abang sendiri kemarin akhir mendapat kesempatan untuk menyediakan katering sebanyak 30 pcs setiap harinya untuk kantor mereka di Banjarmasin. Harganya sendiri cukup besar, sekitar 30-40 ribu rupiah per pcs, lebih tinggi dari katering biasa sebesar 20 ribu rupiah per pcs. Kalau ditotal lumayan besar, bisa mencapai 40 juta rupiah per bulan,” ungkapnya.
Namun menurut pemilik cafe Garis Kota Banjarbaru ini, belum banyak pengusaha katering lokal yang berhasil masuk dalam penyediaan katering di perusahaan besar.
“Untuk penyediaan katering di perusahaan besar misalnya, banyak yang dari luar seperti Kalimantan Timur, sementara dari kita sendiri masih kecil. Ke depan kita akan ubah itu perlahan-lahan,” katanya.
Salah satu yang dilakukan adalah meningkatkan edukasi para pengusaha kuliner di Kalimantan Selatan agar punya standar di bidang kesehatan hingga punya sertifikasi agar bisa mengikuti lelang tender katering di pemerintahan maupun perusahaan swasta.
Tak hanya melakukan edukasi, PPJI Provinsi Kalimantan Selatan lanjur Bang Qomal berencana untuk mengangkat kuliner daerah agar dikenal hingga level nasional.
“Dulu yang terkenal cuma Soto Banjar. Baru 4-5 tahun belakangan ada Gerakan untuk memperkenalkan makanan tradisional lain seperti Nasi Kabuli, misalnya melalui kegiatan mencetak rekor Nasi Kabuli terpanjang. Ini adalah hasil kolaborasi PPJI dengan Pemerintah Kota Banjarbaru. Ke depan kita akan mengangkat banyak produk lokal,” jelasnya.