TULUNGAGUNG, TERAS7.COM – Komandan Kodim 0807/Tulungagung, Letkol Czi. Nooris Agus Rinanto, S.I.P. mengunjungi makam Syekh Basyaruddin di Srigading Bolorejo, Kecamatan Kauman, pada selasa sore (19/7).
Letkol Czi. Nooris Agus Rinanto, S.I.P. melakukan ziarah ke makam ulama yang di sebut sebagai salah satu penyebar agama islam pertama di daerah Tulungagung, terutama di kawasan Srigading, Bolorejo, didampingi oleh Danramil 0807/13 Kauman, Kapten Inf Pamuji.
Sebagaimana diketahui, Syekh Basyaruddin adalah sosok yang dikenal masyarakat Tulungagung sebagai pendakwah islam pertama di Bumi Ngrowo (Nama Kabupaten Tulungagung zaman dulu).
Makam ini selalu ramai pengunjung yang datang tidak hanya dari Tulungagung namun juga dari luar kota, Bahkan peziarah yang berasal dari luar negeri juga berdatangan.
Menurut cerita, Syeh Basyaruddin selalu berdzikir di bambu dekat sungai, tujuannya jika beliau tertidur, beliau dapat jatuh ke sungai, sehingga terbangun dan dapat melanjutkan dzikirnya.
Cerita menarik tentang Syeh Basyaruddin adalah ketika beliau ingin mengambil kelapa, beliau hanya perlu menunjuknya saja dan pohon kelapa itu merunduk sehingga Syeh dapat mengambil buah apapun tanpa perlu memanjat.
Berdasarkan cerita para peziarah, mereka sering mendapat ketenangan setelah berziarah dan berdoa di makam ini. Kebanyakan peziarah berdoa mulai malam hingga subuh.
Lokasi makam ini cukup mudah ditempuh dengan kendaraan pribadi, namun jika naik kendaraan umum, peziarah dapat turun di depan gang dan melanjutkan perjalanan dengan naik becak.
Keturunan Prabu Brawijaya IV
Dilansir dari laman muqoddimahngrowo.wordpress.com, pada kajian tulis di daerah Kalangbret, keberadaan makam Srigading menyimpan sejarah Islam, terkait dengan pejabat tinggi Pemerintahan Ngrowo di Kalangbret.
Makam Syekh Basyaruddin terletak di Dusun Srigading, Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Dari terminal Kota Tulungagung ke arah barat, kurang lebih 4 Km, sampai simpang tiga Jethaan ke utara sekitar 1 Km.

Setelah sampai di Pasar Kliwon Kalangbret belok kiri sekitar 1,5 Km sampai di Dusun Srigading, Bolorejo. Tepatnya di lereng Gunung Bolo bagian utara, di pinggir kali yang mengitari Gunung Bolo, Syekh Basyaruddin di makamkan beserta keluarga dan kerabatnya.
Syekh Basyaruddin yang mempunyai nama asli Kiai Nur Soto hidup se zaman dengan Kiai Ageng Mohammad Besari Tegalsari dan Sunan Pakubuwono II (tahun 1727-1749). Beliau dipercayai oleh masyarakat Bolorejo, Kauman, Tulungagung, dan sekitarnya sebagai kiai yang babat Dusun Srigading bersama-sama ayahnya, Kiai Abdur Rahman. Beliau berdua kemudian mensiarkan agama Islam di Bolorejo dan sekitarnya. Oleh karena jasa-jasa Beliau inilah masyarakat Bolorejo menghormatinya sejak dahulu hingga sekarang.
Syekh Basyaruddin, disamping seorang ulama yang ahli dalam bidang tasawuf, Beliau masih keturunan Prabu Brawijaya VI yang menjadi raja tahun 1478-1498. Silsilah Beliau secara lengkap yang dituturkan oleh juru kunci makam, adalah:
- Girindra Wardana/Brawijaya VI ( 1478- 1498)
- Udoro/Brawijaya VII (1498- 1518)
- Raden Pangeran Demang.
- Raden Demang Ngadiluwih.
- Kiai Ageng Abdul Mursyad Mrican Kediri.
- Kiai Abdur Rahman Srigading, Bolorejo, Kauman, Tulungagung.
- Syekh Basyaruddin/Kiai Nur Soto Srigading.
Syekh Basyaruddin sendiri semasa hidupnya dikenal sufi dan penyabar.
Syekh Basyaruddin, apabila makan nasi, selalu memilih nasi yang banyak terdapat kerikilnya. Nasi tersebut oleh Syekh Basyaruddin, di makan secara perlahan, dengan menyisihkan satu per satu kerikil yang tercecer dalam nasi tersebut.
Sedangkan sehari-hari, Syekh Basyaruddin selalu menghabiskan waktunya untuk berdakwah, bermujahadah, dan tidak pernah absen membaca ayat al Quran.
Syekh Basyaruddin juga dikenal sebagai sosok yang tidak pernah membiarkan waktu terbuang sia-sia, kalau kebetulan terdapat waktu luang, Syekh Basyaruddin selalu memanfaatkannya untuk membaca al Quran.
Syekh Basyaruddin juga rutin melaksanakan puasa sunah, seperti puasa Senin-Kamis, puasa sunah di bulan Rajab, dan masih banyak lagi.