TERAS7.COM– Syekh Muhammad Kasyful Anwar merupakan pimpinan periode III Pondok Pesantren Darussalam Martapura, yang dari gagasannya dimulai pembaharuan-pembaharuan mendasar dalam sistem pendidikan dan metode pengajaran agama Islam di pondok tersebut.
Pondok Pesantren Darussalam (PPD) yang berdiri pada tanggal 14 Juli 1914 M merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang pertama dan tertua di Kalimantan Selatan.

Sebelum masa kepemimpinan beliau, metode pengajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Darussalam Martapura adalah model Halaqah.
Model halaqah tersebut tidak mengenal pembagian kelas dan batas usia santri serta anak-anak dan orang dewasa sama bercampur dalam satu kelompok.
Di masa kepemimpinan Syekh Muhammad Kasyful Anwar dalam rentang waktu selama 18 tahun, yaitu dari tahun 1922-1940, terjadi perubahan-perubahan fundamental, baik di bidang sistem pendidikan, penyusunan kurikulum, pemberdayaan tenaga pengajar, maupun peningkatan infrastruktur yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana fisik pembangunan.
Cara pengajian yang sebelumnya menerapkan model halaqah, oleh Syekh Muhammad Kasyful Anwar diubah menjadi model pengajaran klasikal dan berjenjang.
Cara halaqah tetap dipertahankan hanya sebatas kebutuhan ekstra kurikuler, yaitu santri dituntut untuk menimba ilmu agama tambahan dengan mengikuti berbagai pengajian majelis taklim.
Dalam proses belajar mengajar, Syekh Muhammad Kasyful Anwar menerapkan beberapa metode konstruksi, seperti metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, demonstrasi Qiasiyah dan Tadrij.
Sedangkan untuk pengajaran bahasa digunakan metode yang disebut “Assyahid”, yakni semacam ilmu urai bahasa di mana guru mengucapkan/menuliskan kalimat bahasa arab, yang kemudian oleh santri diuraikan berdasarkan kedudukan, jenis dan makna serta sifat dari kata atau kalimat tersebut.

Syekh Muhamamd Kasyful Anwar merupakan seorang ulama yang mempunyai sifat ikhlas dan jujur, ihwal demikian dapat dilihat dalam perjuangannya terutama dalam pembangunan dan memajukan Pondok Pesantren Darussalam Martapura dengan harta, tenaga, dan pikiran sampai-sampai gaji dan honor para guru banyak diberikan dari uang pribadinya.
Ia tidak mengharapkan pujian dan tidak juga berharap untuk makhluk, semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Referensi: Risalah Nurul Abshar susunan Tuan Guru H. Munawwar Bin Ahmad Ghazali (Buyut Syekh Muhammad Kasyful Anwar)